Sulthan terus memandang ke depan. Bahkan teman karibnya, Hafizh, dan secangkir kopinya ia abaikan. Ia tak mau melewatkan momen di depan matanya walau sedetik.
"Than, lu daritadi liatin apaan sih?" Tanya Hafizh yang merasa jengkel karena daritadi ia curhat tetapi tidak digubris oleh Sulthan. Hafizh menoleh ke belakang, mencari tahu objek yang sedang dilihat Sulthan, namun ia tidak melihat sesuatu yang menarik perhatian.
"Itu, gue ngeliatin cewek itu, tuh." Jawab Sulthan sambil menunjuk dengan dagunya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan.
Hafizh menoleh lagi ke belakang, lalu bertanya lagi, "cewe yang mana, sih? Di situ cewek ada banyak! Yang jelas dong lu kalo ngomong, elaah.."
"Tuhh yang pakaiannya serba hitam, coba lu perhatiin dia, deh, baik-baik." Jawab Sulthan yang terus melihat ke depan.
Hafizh memutar badannya seratus delapan puluh derajat, memperhatikan perempuan yang memakai serba hitam yang terlihat sangat aneh. Ia menyipitkan mata, memerhatikan perempuan itu dari atas sampai bawah, seperti yang dilakukan Sulthan.
Hafizh mengembalikan posisi badannya seperti semula-menghadap ke Sulthan- lalu berkata, "duh, please, Sulthan. Lo itu kenapa, sih? Yang gue tau, lo itu susah sekedar suka sama cewek. Tapi sekalinya lo merhatiin cewek, ehhh malah merhatiin yang kayak begituan.
"Kaos item polos, jaket kulit item, celana jeans item, sepatu boots item, gelang serba item, jam tangan item, kuku dicat item, anting item, rambut diwarnain merah-pink-kuning dan acak-acakan gak karuan, diliat dari dia berpakaian aja udah mencerminkan kalo dia itu bukan cewek bener, Than. Belum lagi sama rokok yang ada di tangannya, tuh cewek absurd banget deh kayaknya,"
Tidak. Bukan itu yang ada di pikirannya saat ini. Malah tidak terbesit sedetik pun dalam otak Sulthan bahwa perempuan itu se ekstrem yang dipikirkan Hafizh.
"Gue hanya melihat kekosongan dalam jiwa dia, Fizh." Suara Sulthan melemah seperti bisa ikut merasakan apa yang dirasakan perempuan itu.
"Kekosongan dalam jiwa? Mungkin dia emang lagi jomblo aja kali, makanya mukanya ngenes gitu." Balas Hafizh seakan tak peduli.
"Dia merasa hancur, Fizh. Dia merasa kesepian. Gue merasa kalau jiwa dia memanggil jiwa gue buat menghibur dia." Suara Sulthan semakin melemah dan serak, seperti benar-benar merasakan apa yang perempuan itu rasakan.
"Ya pantas, lah, dia merasa hancur. Lihat dia baik-baik, Than. Dengan penampilan seperti itu, dia bisa saja habis di perkosa lalu ditinggal pergi, makanya kamu lihat dia seperti hancur. Dia mungkin udah gak punya masa depan lagi." Terang Hafizh.
Sulthan lalu menjitak kepala Hafizh. "Lu kalo ngomong jangan sembarangan, cuy. Harus berpikir positif, siapa tau sebenernya dia nggak seperti yang lu bayangkan."
"Terserah lu aja, deh, Than" Timpal Hafizh. "Terus lu sekarang mau apa? Mau deketin dia? Buat apa?"
Sulthan terdiam sejenak.
Sahabatnya itu benar.
Untuk apa dia repot-repot mendekati cewek seperti dia?
"Gue mau coba deketin dia. Gue bakal buktiin ke elu kalo dia nggak seperti yang lu kira." Jawab Sulthan mantap.
"So, prove it, dude!"
HAIII AKU ZREVAA DAN AKU MAU NGENALIN FIRST STORY AKU YANG AKU BUAT GA SENDIRIAN LOH, DISINI AKU BUAT BARENG poetrynabeela TAUUU, COCOOK KAN? I HOPE U ALL SUKA SAMA CERITA YANG KITA BERDUA BUAT. Goodbye, jangan lupa vote and comment ya;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackstrips
Teen FictionKehidupan Nikita abstrak setelah ditinggal Haidar. Ia berasa ingin mati. Hilang ke inti bumi. Lenyap bagai asap. Dan sampai Nikita bertemu Sulthan, akankah hidupnya berubah? Atau justru ia semakin ingin mengecilkan badannya seperti atom dan mulai me...