"Eh eh eh udah, Nik, udah." Ujar Sulthan sambil meleraikan Nikita dan Leo. Jangan sampai ada perkelahian di antaranya.
Tiba-tiba tangan Leo menepis tangan Sulthan yang ingin melerai mereka. "Lu apaan, sih! Udah, deh, jangan ikut campur urusan gue sama si cewek cabe ini!" Ucapnya.
Tak terima dibilang begitu, Sulthan mendorong badan Leo sampai tersungkur ke lantai. "Lu yang apaan! Dia kan daritadi diem, bahkan nggak ganggu elo! Awas aja kalo lu ganggu dia lagi!" Ujar Sulthan.
Sulthan bangkit, lalu melihat sekelilingnya. Huh, ia sudah menjadi pusat perhatian ternyata. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian jika sedang berantem seperti ini.
"Eh udah dong! Apaan, sih, lu semua. Ini bukan tontonan! Bubar bubar bubar.." Teriaknya ke seluruh penjuru kelas.
Saat ia lihat kelas sudah kondusif, ia melihat ke arah Nikita. Dia hanya duduk, lalu memasang headset ke telinganya. Bahkan cewek itu tidak bicara sesuatu, atau hanya senyum, gitu?! Dasar cewek aneh.
"Gak bilang terima kasih buat gue?" Tanya Sulthan saat ia menghampiri Nikita.
Orang yang ditanya tidak menyahut. Entah karena suara headset nya terlalu keras, atau juga karena cewek ini tidak mau membuat komunikasi dengan Sulthan.
Mungkin pilihan yang ke dua itu lebih tepat. Bahkan Nikita sama sekali tidak ingin membuat interaksi dengan siapa pun. Ia merasa sekolah barunya terasa memuakkan! Bahkan di hari dia pertama sekolah.
Sulthan yang merasa kesal karena pertanyaannya tidak dijawab, langsung mencopot sebelah headset yang Nikita pakai, lalu berkata, "hey, gue tuh lagi ngomong sama lo."
Nikita mendelikkan matanya. Ia tidak suka diganggu terus, apalagi sama Sulthan. He's moodbreaker!
Nikita menghembuskan napasnya, lalu berkata dengan tenang, "lu tuh punya masalah apa, sih, sama gue?"
"Eh? Lu tuh nyadar gak, sih? Kalo tadi gue gak misahin lo dan ngebela lo dari Leo, mungkin lu sekarang udah babak belur sama dia!" Jawab Sulthan meninggikan suaranya.
Nikita bangkit dari duduknya. Ia mendekatkan mukanya dengan muka Sulthan. Ia menatap mata cowok yang ada di hadapannya dengan tajam, lalu berkata, "gue gak butuh bantuan dari lo. Ngerti?"
.....
"Lu liat, gak, sih, ekspresi dia pas muka dia tepat di depan lo? Hah?" Tanya Hafizh yang geram melihat perlakuan Nikita terhadap sahabatnya.
Alih-alih menjawab, Sulthan hanya diam, fokus pada permain PES yang sedang ia mainkan di rumahnya.
"Eh semprul," Hafizh menjitak kepala Sulthan yang kemudian Sulthan mem-pause permainannya. "Gue lagi ngomong sama lo."
Sultan yang meringis kesakitan berkata, "biasa aja kali, gak usah jitak kepala segala. Sakit, tau!"
"Ya udah gue minta maaf," ujar Hafizh yang lalu memakan cookiesnya. "Terus gimana sama si bad girl itu?"
"Gimana apanya?" Tanya balik Sulthan.
"Setelah apa yang dia lakuin ke elu, apa lu masih mau berusaha untuk deketin dia?"
Sulthan hanya diam. Sebenarnya, ia sendiri juga bingung, untuk apa dia repot berusaha mendekati Nikita?
"Yaa, gue gak tau, deh, Fizh. Kita liat ke depannya aja." Jawab Sulthan.
.
.
.
Haiii selamat berjumpa di part 3, jangan lupa vote and commentnya ya, btw part 4 bakalan beda lohhLove yaaaaa:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackstrips
Teen FictionKehidupan Nikita abstrak setelah ditinggal Haidar. Ia berasa ingin mati. Hilang ke inti bumi. Lenyap bagai asap. Dan sampai Nikita bertemu Sulthan, akankah hidupnya berubah? Atau justru ia semakin ingin mengecilkan badannya seperti atom dan mulai me...