Hurt

32 14 2
                                    

Pagi yang cerah, namun tak secerah suasana hati Nikita saat ini. Sulthan baru saja memberi message LINE, memberitahu bahwa dirinya tidak bisa menjemput Nikita hari ini.

Sulthan:
Nik, sorry gue gak bisa jemput hari ini. Gue sakit, gak akan masuk sekolah juga. Tolong bilangin ke sekretaris, ya.

Sialnya, mobil Nikita juga dibawa oleh orang tuanya ke luar kota. Alhasil, dengan terpaksa Nikita berangkat ke sekolah menggunakan angkot.

Nikita menyusuri jalan, tanah basah bekas hujan tadi malam.

Ada seseorang dari belakang menggunakan vespa putih datang dan berhenti di depan Nikita. Nikita terpaksa menghentikan langkahnya.

Nikita bisa melihat bayangan wajah seseorang itu dari dalam helm. 'Ya ampun, dia lagi. Apa gak bisa sehari aja gak ketemu sama dia?' Batin Nikita.

Seseorang itu mematikan mesin vespanya, lalu berkata, "mau berangkat sekolah?"

Dengan malas, Nikita menjawab, "kelihatannya?"

"Bareng sama gue aja."

"Gak. Gue gak mau." Ujar Nikita sambil melipat tangannya.

"Ayo, lah. Sama gue aja. Daripada lo naik angkot kepanasan terus telat masuk kelas."

Nikita berpikir sejenak. Benar juga apa yang dikatakan Haidar. Tapi, ia tidak mau. Ia tidak mau menahan batin untuk tidak terbawa perasaan lagi olehnya.

Tanpa berpikir terlalu lama lagi, Nikita langsung naik ke jok belakang. Haidar mengulas senyum, menyalakan mesin vespanya dan langsung berangkat.

Selama di perjalanan, Nikita terus diam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan di saat Haidar mengajaknya ngobrol atau bertanya pun Nikita tetap tidak bergeming.

Saat sampai di sekolah, Haidar langsung ke tempat parkir motor, memarkirkan vespanya. Nikita turun dari motor dan lalu bergegas pergi meninggalkan Haidar. Ia tidak ingin terlalu lama bersamanya.

Namun, Haidar tidak kalah sigap. Ia menarik tangan Nikita di koridor menuju kelas. Nikita yang geram dengan perlakuan Haidar berujar, "APA LAGI SIH?" Suara Nikita terdengar menggema sepanjang koridor.

"Kenapa?" Tanya Haidar pelan.

"KENAPA APA?" Suara Nikita menggema lagi sepanjang koridor.

"Kenapa kamu selalu menghindar? Apa aku berbuat salah sama kamu?"

"LO GAK SALAH APA-APA! SEKARANG LEPASIN TANGAN GUE!"

"Please, Nik. Kenapa selalu menghindar?" Tanya Haidar memelas.

"Lo gak usah ngomong kayak gitu, kenapa sih? Lemah dasar! Jijik gue dengernya!"

"Apa ini karena..... Caecilia?" Tanya Haidar hati-hati. Ia tidak mau menyinggung perasaan Nikita dengan menyebut nama pacarnya, Caecilia.

Namun tidak seperti dugaan Haidar. Nikita tersinggung. Lebih tepatnya marah. Atau kecewa. Semua perasaan yang terdengar menyedihkan bercampur, berkecamuk di benak Nikita saat Haidar menyebut nama cewe itu.

"Lo gak usah geer, deh! Gue gak semenyedihkan itu ditinggal sama lo!" Ujar Nikita. Ia langsung melepas tangannya dari tangan Haidar kasar, lalu pergi meninggalkan Haidar. Air mata pun meleleh, jatuh seperti hujan ke pipi Nikita.

BlackstripsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang