"Nik! Nikita!" Teriak Sulthan pada Nikita yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah.
Nikita menghentikan langkahnya, lalu memutar badan.
"Mau ke mana?" Tanya Sulthan.
"Mau.. Balik?"
Sulthan menggenggam pergelangan tangan Nikita, lalu berkata, "lu berangkat sekolah sama gue, pulang juga harus sama gue, lah!"
Nikita yang ingin menghemat uang sakunya hanya mengangguk saja. Lalu mereka berdua kembali ke parkiran mobil.
...
Badai Tuan telah berlalu
Salahkah ku menuntut mesra?
Tiap pagi menjelang
Kau di sampingku
Ku aman ada bersamamuSelamanya
Sampai kita tua
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu
Ku di sebelahmu..Sayup-sayup terdengar lagu Banda Neira-Sampai Jadi Debu dari radio, ditemani dengan hujan kecil.
"Untung lo pulangnya sama gue. Kalo engga, lo kehujanan terus sakit." Ucap Sulthan membuka pembicaraan.
"Gue suka hujan." Jawab Nikita tanpa mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Kenapa? Kenapa suka hujan?"
"Orang menyedihkan suka hujan karena mereka merasa gak nangis sendirian. Like me. I'm a sad person who love rain." Jawab Nikita sekenanya.
Sulthan hanya terdiam. Bagaimana bisa seorang pemberani seperti dia mempunyai kehidupan yang menyedihkan?
"Sekolah kita ada murid baru, loh, Nik. Tadi gue sempet kenalan sama dia. Dari SMA Mutiara Bakti." Ujar Sulthan mengganti topik pembicaraan.
Nikita mendengar itu langsung kaget. Ia takut kalau yang Sulthan maksud itu Haidar.
"Cewek apa cowok?" Tanya Nikita.
"Cowok."
"Namanya siapa?"
"Haidar apa Haedar, ya, gue lupa. Pokoknya namanya itu."
Shit.
Dugaan Nikita benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackstrips
Teen FictionKehidupan Nikita abstrak setelah ditinggal Haidar. Ia berasa ingin mati. Hilang ke inti bumi. Lenyap bagai asap. Dan sampai Nikita bertemu Sulthan, akankah hidupnya berubah? Atau justru ia semakin ingin mengecilkan badannya seperti atom dan mulai me...