Grumpy girl?

69 23 2
                                    

Sendiri. Itulah kata yang mungkin pas untuk mendeskripsikan Nikita saat ini. Kalau saja kejadian itu tidak pernah terjadi, mungkin hidupnya tidak akan seberantakan ini dan mungkin hubungannya dengan Haidar masih terus berlanjut.

Haidar. Sesosok laki-laki yang pernah singgah di kehidupannya. Sesosok laki-laki yang pernah singgah di hatinya, mengisi kekosongan hidupnya.

Haidar, kamu lagi apa sekarang? Kamu di mana? Aku kangen. Aku ingin bertemu

Tak terasa, pertahanannya yang ia jaga dengan kuat malah runtuh. Air matanya akhirnya jatuh, sekuat apa pun dia tahan.

Tidak.

Ia tidak boleh cengeng seperti itu. Ia tidak boleh lemah seperti itu.

Nikita menghapus air matanya. Air mata adalah tanda kelemahannya, dan ia tidak mau terlihat lemah oleh siapa pun, termasuk dirinya sendiri.

Ia beranjak dari kasurnya menuju cermin yang ada di kamarnya. Ia menatap keras pantulan dirinya di cermin.

"Nikita, lo kangen sama dia? Hah, apaan sih lo! He never even loved you,Niki! Lo harus tunjukkin ke dia, kalo lo bisa kuat!" Ucap Nikita pada dirinya sendiri.

Ia lalu menghempaskan badannya ke kasur, memikirkan kembali kata-kata yang baru saja ia ucapkan.

Udah, gak usah so kuat, lo harusnya ngaku kalo lo masih sayang sama dia, tanpa sadar hatinya berucap.

Apaan sih?! Gua udah ga sayang, ngapain naro perasaan ke cowok macam dia?! Balas otaknya.

Cinta itu buta, Nik, lo tau itu. Sebrengsek apapun yang Haidar lakuin ke elo, gaakan ngerubah apapun kalo lo masih sayang dia, balas hatinya.

"ARGHHHH STOP ITTT!!!! I HATE THIS FEELING! Please, stop it...." Teriak Nikita.

Nikita lalu bangkit dari kasurnya, melempar bantal ke penjuru kamarnya, melempar selimutnya, ia banting lampu kamar di sudut kamar.

Ia benci seperti ini. Ia benci perdebatan antara hati dan otaknya.

Ia lalu duduk di depan cerminnya. Menatap dirinya kosong. Monster macam apa dirimu ini, Nikita?

HP di saku baju sekolahnya berdering, tanda telepon masuk. Ia lihat layar HP nya, tetapi tidak ada nama di situ. Lalu ia angkat teleponnya dan berkata,

"Siapa?"

"Widihhh... Galak amat, bos. Jangan galak gitu, dong. Nanti lucunya hilang, hahaha.." Suara laki-laki terdengar tidak asing di telinga Nikita. Tapi, siapa?

"Gak penting banget sih lo." Jawab Nikita ketus. Ia tahu apa yang harus ia lakukan pada laki-laki iseng seperti ini!

"Ini gue, Sulthan. Masa lu gak ngenalin suara orang ganteng kayak gini, sih?" Ujar Sulthan yang diiringi suara tawa yang menurut Nikita sangat menyebalkan!

Kenapa laki-laki ini tau nomor Nikita?

"Ada apa nelepon gue?" Jawab Nikita, masih dengan suara ketusnya.

"Gue cuma mau bilang, lu cantik, tapi judes. Lu jangan judes gitu, dong! Ntar cowok pada kabur, lagi. Hahaha.."

"A pretty face doesn't mean a pretty heart, ngerti?"Jawab Nikita yang lalu ia langsung memutuskan teleponnya.

'Lu jangan judes gitu, dong! Ntar cowok pada kabur, lagi.'

Ucapan Sulthan bergema di telinga Nikita.

Apa itu alasan Haidar meninggalkannya? Tapi, Nikita tidak pernah judes ke Haidar. Bahkan, ia tidak mampu melakukannya.

BlackstripsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang