HAPPY READING
Dan disinilah aku sekarang, menatap kaca di depan ku, aku tidak memanggil make up artist hanya untuk mendandani aku ke pemberkatan dan pesta Papa, aku mendandani diriku sendiri, tadi pagi saat aku keluar kamar, Quentin tidak ada, sepertinya Ia sudah kembali ke kamar nya tadi malam.
Setelah melakukan hair-do dan segala perlengkapannya sendiri, aku turun ke lobby, beberapa pasang mata menatapku, kulihat beberapa paparazzi mengikutiku yang ku hiraukan begitu saja.
Mobil sport Renio memasuki kawasan lobby, aku memasuki mobil nya.
"You look good" ucap Renio yang berbalut tux berwarna senada dengan gown ku.
"Thanks. You too" ucapku.
Ia menjalankan mobilnya, hp ku bergetar menunjukan dua sms, satu berisi dari Quentin, Ia bilang semalam Ia pergi karna orang tua nya diundang ke pernikahan papa, Ia menjemput orang tua nya dan tidur di rumah mereka di Inggris, kedua dari Mama, Ia juga diundang dan kini menuju tempat pemberkatan di Gereja, dan mereka baru sampai tadi subuh.
Aku sungguh senang melihat keadaan lalu lintas sekarang, ya! Padat! Ku harap aku sampai disana saat mereka mengucapkan janji suci itu, sehingga aku dapat merusaknya.
Sesuai rencana, kami tiba saat pintu Gereja sudah tertutup, aku mendapat sms dari Quentin menanyakan keberadaan ku, begitu pula mama dan.... Evie? Tatiana mengundang pihak Scott? Tak tau malu! Ku hiraukan smua sms mereka, disinilah aku sekarang dengan Renio, didepan pintu Gereja.
Aku melirik Renio, Ia mengangguk tanda siap, aku menguping kedalam terdengar Papa mau memulai janji sucinya, aku segera membuka pintu Gereja, katakan aku tak sopan, ayolah! Siapa yang merestukan pernikahan mereka slain diri mempelai sendiri?!
"Hai, smuanya, maaf kami telat, ku kira pernikahannya batal" ucapku saat smua pasang mata melihat kami terkejut, cukup ramai rupanya, Papa tidak punya saudara lagi, mungkin mereka teman-teman dan sahabat papa.
Aku dan Renio berjalan menelusuri tengah Gereja, dan terlihat tempat duduk kosong dipaling depan, sepertinya sudah disiapkan untuk ku dan Renio,
Kami pun duduk.
"Sudah bisa dilanjutkan?" tanya sang pastor.
"Tanya mempelai perempuannya, Papa ku sih sudah siap menyerahkan hartanya untuk Sang mempelai wanita" ucap Renio dan aku terkekeh, mama menatap ku tajam, dan beberapa pasang mata bingung. Papa menghela nafasnya lalu mengangguk pada pastor.
Ya, ini saatnya, aku tak mau mendengarnya, Papa mulai mengucapkan janji itu, jangan, jangan.
"Ren, aku tidak tahan, aku hancurkan sebentar ya?" tanyaku.
"Hahaha, ya hancurkan saja, aku sudah malas" ucap nya terkekeh.
Aku menatap kebelakang, ada Quentin, ia menggerakkan bibirnya perlahan, tanpa suara 'what are you doin'?' tanyanya tanpa suara, aku menggelengkan kepalaku, menarik nafas, lalu, yap! Mari berlari sebelum aku muntah.
"Aku, Tatiana La'Diane.." ucapannya terputus.
Olehku.
"Hah, maaf, aku sepertinya butuh oksigen, Asma ku kambuh, ada dokter disini?" tanyaku.
Semua tamu undangan terdiam, mama menatapku tajam lagi, Renio tertawa puas seakan alasanku kaliini adalah alasan bodoh, ya memang.
"Tidak ada? Sebaiknya aku keluar, pernikahan ini akan membuat ku mati" ucapku berlari keluar.
Terdengar papa menghela nafasnya lagi.
Aku berlari kesamping Gereja, menangis, ini akhirnya, Papa ku akan disiksa wanita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA (COMPLETED)
Teen FictionApakah sulit menjalani hidup dengan kedua orang tua yang bercerai dan keduanya memiliki dambaan hati-hati masing-masing? Apakah sulit menyukai seseorang yang seharusnya tak kusukai? Apakah salah mencintainya sampai rasanya sesakit ini?