Peti putih keemasan itu tampak cantik, balutan jas dan dasi dengan warna senada membuat nya tampak gagah, andai dia tahu, aku tak pernah membencinya, aku tak pernah tak ingin berada didekatnya, aku mau, Rain sangat ingin berada disamping papa, tapi apa daya, semua terlambat. Andai waktu itu, Rain benar-benar berjuang, pasti Papa tidak akan seperti ini, walau akhirnya semua akan membenci Rain.
Peti itu ditutup, suar tangisan semakin kencang terdengar di telinga ku, aku hanya bisa terdiam didepan peti putih keemasan ini, dan berDoa agar Tuhan memberikan jalan yang terbaik. Mama mengusap punggungku, Ia menangis hebat, Daddy memeluk mama dan bergantian memelukku, Renio berada disebelahku persis, kami selalu berpegangan tangan, terkadang, bersandar, bahkan berpelukkan. Scott berada di seberang peti, Ia mengamatinya dengan sangat intens, matanya sendu, mukanya mengeras, tangannya selalu terkepal, Viona mengelus punggungnya, namun Scott mengelak, Ia menepiskan tangan Viona, Viona memutuskan untuk pergi dari sisinya, sisinya sekarang kosong, benar benar Ia sendiri, datanglah Julient. Wanita pembunuh itu tidak memunculkan batang hidungnya, aku yakin, Ia dalangnya.
Langit tampak mendung, suasana hati ku pun gelap, cahayanya hilang, terbawa angin lalu yang membawa semua kebahagiaanku, aku menatap peti itu, mulai turun kebawah, terkubur, aku tak sanggup melihatnya, aku menatap Renio yang kini memelukku.
Tetesan hujan menandakan hati ku yang sedang menangis, redup, gelap, tanpa cahaya.
Kolega-kolega papa memberi ucapan belasungkawa, teman-teman ku pun datang, Evie memelukku, Ia ikut menangis, mengatakan bahwa aku harus kuat, dan aku tersadar, aku terlalu lemah selama ini, membiarkan semua kebahagiaan ku direnggut orang lain, dan membiarkannya saja, aku terlalu baik, apa kuat berarti balas dendam? Jika ya! Aku akan mencari Tatiana dan membunuhnya.
Psikopat, bukan, bukan, aku hanya mau balas dendam.
"Rain, ayuk, ini semakin deras" Renio mendekapku dibawah payung hitam,Ia membimbing ku ke mobil, tatapan ku masih kosong dan hampa.
****************RAINA**************
"Kamu yakin? Apa gak lebih baik di Canada aja Rain?" tanya mama.
Aku menggeleng.
"Kamu sudah mendaftar?" tanya mama.
Aku mengangguk.
"Tinggal bayar uang akomodasi dan biaya masuk saja, aku juga sudah lolos seleksi ma." Jelas ku.
"Kok gak bilang Daddy?" Daddy ikut duduk disamping mama.
"Biar surprise, hehe."
"Yasudah, beri mama nomor rekening bank nya, biar mama transfer." ucap mama.
"Dad gak yakin kalau Rain akan bertahan sendiri" ucap Daddy.
Aku terkekeh.
"Rain janji gabakal ceroboh" ucapku
"Yasudah, Dad izinkan, asal sebulan sekali, kami akan kesana, atau kamu yang kesini" ucap Dad, aku mengangguk senang.
New York, New York, ya New York, kota besar dan sibuk di amerika serikat yang menjadi destinasi ku.
Sudah 6 bulan semenjak kepergian papa, pada 3 bulan pertama, aku benar-benar terpuruk, bahkan aku melewatkan ulang tahun ku, saat orang-orang memberi ku kejutan, aku menyadari, tak lengkap tanpa papa, aku belari kekamar, mengunci diriku, tentu smua orang bingung, apa kalian tahu? Upacara pemakaman papa menjadi saat terakhir bertemu Scott.
Ia hilang begitu saja bak ditelan bumi, dan ku akui, aku merindukannya. I've fallen too deep.
Oiya, perusahaan sementara dijalankan oleh Julient sampai aku dan Renio setidaknya Kuliah semester dua, sesuai dengan surat ahli waris yang ternyata disimpan notaris papa. Siapa yang menempati rumah di Inggris? Julient bilang Tatiana dan Scott masih ada disitu 3 bulan belakangan ini, entahlah, aku agak membiarkannya, kasihan juga, lagi pula jika Ia bertindak semena-mena aku bisa mendepaknya kapanpun aku mau.3 bulan terpurukku terlewati, bulan berikutnya, Quentin dengan kepintarannya serta nilainya yang mencapai gelar cum laude membuatnya lulus lebih cepat, aku datang ke graduation daynya, kami sampai sekarang masih sebatas teman, dan sahabat, entah kenapa, aku lebih nyaman seperti ini, dia tidak pernah mengungkapkan rasa cinta ataupun rasa lainnya, ya hanya seperti ini, dan aku merasa nyaman.
Aku mengurus beberapa hal untuk keberangkatanku, visa, dokumen-dokumen penting, daftar biaya hidup, cek, tempat tinggal, cek.
Dan yap, hari keberangkatan ku pun tiba.
Kaus hitam tanpa lengan dengan outer membalut tubuhku, ripped jeans dan adidas putih gold menghiasi bawahannya.
"Kenapa gak DC aja sih Rain. Ada Evie kan disana." ucap Renio sambil menggenggam tanganku.
Aku menggeleng dan tersenyum.
"Kau masih belum melupakannya ya?" tanya Renio, aku mengangguk.
"Kau sudah beritahu Quentin?" tanya nya kembali.
Oiya! Kami memang sudah jarang sekali bertemu sekarang, Quentin sudah bekerja dirumah sakit bertaraf International di Quebec, jauh bukan? Namun Ia akan pindah ke tempat asalnya, yaa, New York, tempat tujuan ku.
Aku menggeleng, "Minggu depan Ia pindah ke New York" ucap ku.
"Bukannya dia di Quebec?" tanya Renio.
"Iya, sementara saja, Ia diterima di New York, sekalian tinggal bersama keluarga nya lagi." ucap ku
"Ohh, baiklah, aku akan mengunjungi mu stiap libur." ucap Renio saat aku hendak check-in.
"Hm, Kau jadi ambil bisnis?" aku membuka tas selempangku dan merogoh handphone ku.
"Yaaa" balasnya singkat, Renio berencana melanjutkan studi nya di Inggris, sambil mulai bekerja di perusahaan papa, huftt.. Sungguh aku merindukan Papa.
*****
Kini sudah satu minggu aku menetap di New York, lingkungan baru ku tampak menyenangkan, Mama dan Dad rutin menelfon ku stiap hari, begitu pula Renio.
Dan aku akan menunggu sampai saat nya tiba, ku pastikan Ia tidak akan hidup tenang lagi, dan sisa hidupnya dihabiskan dibalik jeruji besi.
HELLO REVENGE
***
Hello, say goodbye to Raina. As raina said "hello revenge" yasss, it means, Raina finally over! And HELLO REVENGE, akan agak sedikit lama update revenge, karena benerbener singkatin cerita, kalo bisa revenge cuma dua part, karena numpang dilapak Raina.....Kalo kalian kesel endingnya, saya buat nih happy endingnya disini, intinya kalo kalian mau happy ending, papanya ga jadi menikah, Scott dan Rain pacaran, selesai? Okey haha.
Once again
HELLO REVENGE
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA (COMPLETED)
Teen FictionApakah sulit menjalani hidup dengan kedua orang tua yang bercerai dan keduanya memiliki dambaan hati-hati masing-masing? Apakah sulit menyukai seseorang yang seharusnya tak kusukai? Apakah salah mencintainya sampai rasanya sesakit ini?