Tragedy (2)

1.8K 121 20
                                    

Kai POV

-Flashback-

Aku kembali bangun dari tidur beberapa jam setelah mereka menyuntikan sesuatu di tubuhku. Aku tidak tahu apakah aku sudah sembuh atau belum. Ku rasa, badanku sama aja seperti kemarin-kemarin.

Disini kosong. Tidak ada yang sedang menemaniku. Entah itu Pak Jung atau Bibi Song. Ku rasa, keadaan ku sekarang lebih buruk sejak aku mendengar fakta tentang kejadian sebenarnya saat ibu kandungku meninggal dunia.

Mengingat itu, membuatku frustrasi. Kemarahan dan kesedihan yang baru saja aku dapatkan meluap begitu saja saat kemarin aku melihat ibu tiriku.

Aku benci dia.

Mulai saat ini, aku benci dia. Karena dia, ibuku harus pergi meninggalkanku.

Kenapa semua nya harus bersandiwara? Dan juga Ayah, kenapa dia tidak memberitahuku yang sebenarnya? Pak Jung juga. Bibi Song juga. Semua yang tahu menutupi kebenarannya.

Menyedihkan.

TOK TOK TOK

.....

CKLEK

"Halo Kai!!"

Aku hanya diam.

"Lihat apa yang aku buat untukmu." ujarnya sembari meletakan sebuah layangan putih di sampingku dengan gambar 'abstrak' yang menghiasinya.

"Kau suka?" Tanyanya antusias.

Dia..

"Aku membuatnya sendiri Kai! Maksudku, gambar-gambar itu." Ucapnya sembari terkekeh.

Aku masih diam.

"Ohiya, kita bisa memainkan ini di halaman rumah sakit. Kalau kau bosan dikamar ini, panggil saja aku. Mari kita main-"

"Kakak."

Tidak.

"Kris."

Aku menatap kakak. Bukan. Aku menatap Kris yang berhenti bicara karena aku.

"Kau ingin main sekarang? Mau pakai kursi roda, tongkat, atau jalan sendiri?"

SREET

KRUKK

Aku meraih layangan itu, merobek dan mengepalkan 'sampah abstrak' itu menjadi bola kusut. Kris terpaku melihat 'sampahnya' di lantai.

"Aku tidak membutuhkan itu. Pergi sana dengan ibumu!"

"Aku susah payah membuatnya. Kenapa kau menghancurkannya?!" Ujar Kris mulai kesal.

Aku tersenyum getir. "Pergi."

"Tapi ayah baru saja mengantarkan aku kesini."

"Dia ayahku. Bukan ayahmu." Ucapku tegas. Kris membeku.

"Dan kau, kau bukan kakakku."

***

AUTHOR POV

"Aku ingin tahu kondisi anakku." Ucap Presdir dengan seksama. Dokter yang berada di hadapannya menghela nafas sejenak sebelum bicara.

"Kondisi fisiknya sudah membaik, namun trauma besar yang membuatnya depresi membuat proses penyembuhannya terhambat-"

"Bagaimana pun juga, dia masih kecil. Jika terus dibiarkan, kondisi nya sekarang akan berpengaruh terhadap perkembangannya." Jelas dokter. Presdir mengangguk mengerti.

"Anda harus lebih dekat dengannya. Dengan selalu menghiburnya, lama kelamaan depresinya akan hilang dan akan mempercepat proses penyembuhan." Sambungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang