Author POV
"Aku benci Wu Yi Fan."
Seoji terus berlari sejauh mungkin dari lapangan indoor. Sesekali ia mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. Ia terus berlari sampai sudah berada di halte bus sekolah. Nafasnya tersenggal karena berlari.
Ia berhenti dan duduk dengan lemas dibangku halte bis. Sembari menormalkan nafasnya. Ia ingin segera pulang. Dalam duduk diamnya, Seoji terus berpikir.
"Aku benci." Gumam Seoji seraya mendengus kasar. Nafasnya masih memburu. Bis yang ia tunggu pun datang. Seoji melangkahkan kakinya menuju bis namun ia menghentikan nya lagi. Ia berdiri diam dalam pikiran pikirannya di depan pintu bis yang sudah terbuka.
"Nona. Hey nona, cepat masuk." Ujar Sopir bis. Seoji masih diam tak berkutik.
"Nona."
"Maaf. Aku tidak jadi naik." Ujar Seoji tiba tiba dan segera berlari ke dalam sekolah lagi meninggalkan sopir yang kebingungan melihatnya.
Seoji terus berlari memasuki sekolah. Tujuannya sekarang adalah lapangan indoor.
"Aku tidak bisa diam saja. Aku harus berhadapan langsung dengan Kris. Aku ingin tau kenapa dia berbuat seperti itu padaku. Aku harus bertemu dia." Ucap Seoji dalam hati.
Ia mempercepat langkahnya berharap Kris masih berada disana. Ia berhenti berlari saat sudah sampai di lapangan indoor. Di depan pintu lapangan.
Dengan nafas berhembus, Seoji membuka pintu lapangan dengan perlahan. Matanya melebar dengan tiba tiba saat melihat seseorang tergeletak di tengah lapangan sembari meringis kesakitan.
"Sunbae!!!"
***
Dengan cemas Seoji duduk di ruang tunggu rumah sakit. Ia tidak bisa tenang saat melihat Kai tergeletak di lapangan tadi sembari meringis kesakitan. Apa ini ulah Kris? Pikirnya.
Seoji mencoba menenangkan dirinya dengan menarik nafas perlahan, tapi tidak bisa. Kaki nya terus bergerak tidak bisa diam dalam duduknya. Sesekali ia menggigit jarinya. Ada rasa takut dibenaknya saat mengingat bagaimana kondisi terakhir Kai di lapangan tadi.
Berdarah. Merah. Memar. Dan lainnya.
Seoji memejamkan matanya merasakan ngilu saat mengingat itu. Beberapa saat kemudian seorang berjas putih datang menghampirinya.
"Bagaimana dok?" Ucap Seoji tiba tiba.
"Ia mengalami patah tulang pada tangannya. Apakah pasien pernah mengalami kecelakaan atau sebagainya sebelumnya? Kami melihat ada kerusakan di bagian dalam tulangnya, namun sepertinya kerusakan itu bukan diakibatkan oleh peristiwa ini. Kerusakan yang memang sudah berada pada tulangnya menjadi parah karena kejadian ini dan menyebabkan ia patah. Kami memberinya obat untuk dia beristirahat dengan cukup. Jadi, tunggu saja sampai dia bangun." Jelas dokter.
"Kalau itu.. aku tidak tau dok." Ucap Seoji lemah.
"Dia akan baik baik saja. Aku permisi." Ujar dokter sembari tersenyum dan menepuk bahu Seoji.
"Terima kasih." Seoji membungkukan badannya 90°.
Seoji lalu berjalan ke ruangan Kai dan memasukinya. Terlihat Kai yang sedang tidur dengan perban dikepalanya dan juga tangan yang di gips. Seoji menghembuskan nafasnya sebentar lalu menghampiri Kai.
Ia duduk di kursi di sebelah kasur pasien. Ia memandang Kai sesekali menghembuskan nafasnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Gumam Seoji pelan sembari menatap Kai dalam diam.
"Cepat lah sembuh." Gumam Seoji lirih. Entah kenapa air matanya terasa menggenang di ujung matanya namun ia berusaha untuk menahannya.
Seoji menghembuskan nafasnya kasar dan tertunduk dalam posisi duduknya. Ia menatap jam tangan yang melekat di tangannya. Malam akan segera tiba. Ia harus segera pulang. Paling tidak sebentar. Berganti baju, menyiapkan seragam untuk esok dll. Lalu ia akan kembali ke sini lagi. Seoji pun bangkit dari duduknya dengan perlahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/33650869-288-k802276.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mind
Fiksi PenggemarSaat Kai dan Kris berumur 4 tahun, mereka menjadi saudara angkat. Keakuran dan keharmonisan kakak beradik ini sangat terlihat pada masa itu. Tapi setelah mereka beranjak remaja, sebuah insiden menimpa keluarga mereka dan dari insiden itu lah, Kai me...