"Fathan tunggu!"
Fathan menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Ia mendapati Alsha yang tengah berusaha mengatur napas.
"Kamu... Kenapa?" tanya Alsha setelah mensejajarkan langkah dengan Fathan.
"Apanya?"
"Iya kamu kenapa selalu nyuekin aku? Padahal sebelumnya kamu bilang kalo kamu suka sama aku tapi kenapa... Kenapa seminggu ini kamu terus jauhin aku?"
Tidak ada respon dari Fathan.
"Kamu marah ya? Aku salah apa?" Alsha kembali bertanya. Kali ini nadanya terlampau lirih dan terdengar pilu.
"Enggak." Fathan menghembuskan napas berat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "dan lo kenapa baru pulang?"
"Tadi aku abis nyalin rumus dipapan tulis. Rumusnya banyak banget, jadi selesainya lama deh." Jawab Alsha sambil menundukkan kepalanya. Ia belum berani untuk sekedar menatap Fathan.
"Ayo, gue anter lo pulang. Udah sore." Ucap Fathan setelahnya.
Alsha menatap Fathan dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sudah satu minggu lebih ia tak mendengar suara Fathan dan ia baru sadar bahwa ia sangat merindukan suara itu.
Selama perjalanan pulang mereka tidak bercakap sama sekali. Mereka sibuk bergelut dengan pikirannya masing-masing. Sesampainya dirumah Alsha, Fathan pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah kata pun. Rasa sesak kembali menghampiri hati Alsha.
Hingga tiba-tiba ponsel Alsha bergetar dan menampilkan sebuah pesan Line.
Fathan Arsenio : Gue mau jawab pertanyaan lo tadi. Lo tanya tentang apa salah lo, jawabannya adalah lo gak salah apa-apa. But the truth is, I stopped talking to you not because i don't like you anymore, but because I thought I was annoying you. And I'm just waiting for you to say that you miss me because i miss you everyday. And I wonder if I ever cross your mind.
Air mata Alsha yang sudah sedari tadi terbendung kini mengalir perlahan seiring ia membaca isi pesan dari Fathan.
Iya, Fathan. Aku juga kangen kamu. Aku cuma gak bisa ngungkapinnya. Do you ever cross my mind? Definitely yes. Bahkan udah lebih dari satu minggu ini kamu selalu ada dipikiranku. Batin Alsha.
Tapi apalah daya, Alsha tidak memiliki cukup keberanian untuk mengekspresikan perasaannya. Akhirnya yang bisa ia lakukan hanyalah me-read pesan itu tanpa membalasnya.
*****
Keenan tengah duduk bersandar disebuah kafe. Sambil menunggu orang itu datang, sesekali ia menyesap Caffè Americano pesanannya tadi.
"Sorry lama." Orang itu menarik kursi dihadapannya kemudian mendudukinya.
"Yoi, gapapa. Santai aja." Ujar Keenan.
"Udah lama ya kita gak hangout begini." Orang itu membuka pembicaraan.
"Lo sih disekolah kerjaannya pacaran mulu sama Thaly,"
"Ya maklum, kan gue bukan jones macem lo. Makanya lo cepet cari pacar biar nanti kita bisa bikin double date," cibir Regan.
Keenan kembali menyesap minumannya dan mengabaikan cibiran Regan.
"Ohiya, belakangan ini gue sering liat lo sama Alsha," Ucap Regan
"Gak sering juga kali."
"Ah gue tau nih, lo ada rasa sama Alsha, yakan?"
Keenan kaget bukan main begitu mendengar pertanyaan dari Regan. Ia tidak tau harus menjawab apa. Bukan, ini bukan berarti dirinya mengiyakan pertanyaan Regan. Yang membuatnya bingung harus menjawab apa adalah ketidaktauan Regan jika sebenarnya Keenan sudah lama memendam rasa pada pacar sahabatnya sendiri.
YOU ARE READING
The Twins Hypomania
Teen FictionDi tahun terakhir SMA, dua remaja perempuan yang lahir dari satu rahim dengan dua kepribadian berbeda, terlibat dalam lingkaran cinta segi banyak beraturan yang rumit. Empat pria, tiga wanita. Begitu banyak konflik yang terpaksa mereka rasakan. ...