Mulmed : Keenan Rafardhan
*****
"Jadi, gimana perasaan lo ke gue? Apa lo mau jadi pacar gue?"
Athaly terlihat menimbang sesaat. Mungkin dengan gue nerima Regan dan pacaran sama dia, gue bakal bisa ngelupain Fathan. Toh Fathan juga udah jelas-jelas suka sama Alsha dan sampe kapan pun Fathan gak akan pernah melirik gue.
Mungkin ini saat yang tepat buat mencoba move dari Fathan. Lagian buat apa gue ngelanjutin penantian gue yang sepertinya tak berujung gini? Udah tiga tahun gue suka sama Fathan dan gue malah kayak orang lari ditempat, ga ada kemajuan sama sekali. Huft, semoga ini jadi keputusan yang tepat.
"Iya, gue mau." Athaly menjawab dengan mantap.
"CIEEEEEEEE~" dan sorakan penonton kembali terdengar.
It hurts so much. Not to have you by my side. Not to be around you. Not to be with you. You're the pain that I won't give up. Gumam seorang siswa yang tengah menatap intens kearah lapangan dari koridor lantai empat.
*****
Alsha berlari menuju kelas XII MIA 3 setelah mendengar jawaban yang diberikan saudara kembarnya pada Regan.
"ALSHA IIIIH! Kok main lari ajaaaa?! Gue nya malah ditinggal. Ckck." cerocos Anaya sambil mencoba mendekati Alsha yang kini sedang duduk dengan kepala yang terbenam diantara lipatan tangannya.
"Sha?"
Alsha masih tak bergeming.
"Sha? Jangan bilang lo pingsan lagi?!" Terdengar nada panik diucapan Anaya.
"Sha, pleasee? Lo jangan bikin gue panik gini dooong!"
Alsha tak ingin membuat Anaya panik karena bisa gawat nanti, semua barang yang berada disekitarnya bisa berubah menjadi serpihan partikel-partikel jika Anaya sudah panik. Berlebihan memang. Tapi kepanikan Anaya bisa membuat dirinya betingkah bodoh dan kemudian merusak segala sesutau yang berada didekatnya. Maka daripada itu, Alsha mendongakkan kepalanya. Matanya sembab dan hidungnya memerah.
"Alsha, lo nangis?Ada apa sih? Cerita sama gue."
"Aku hiks aku sedih ... Huaaaaaa." Tangisnya pecah saat itu juga.
Anaya memeluk sahabatnya dan menepuk-nepuk punggung Alsha untuk meredakan tangisnya. Alsha jarang menangis bahkan mungkin Anaya tidak pernah melihat Alsha menangis sebelumnya. Entah karena Alsha yang memang tak pernah bersedih atau Alsha yang terlalu hebat dalam menyembunyikan kesedihannya selama ini.
"Udah-udah. jangan nangis lagi ya nanti cantiknya ilang lhooo," bujuk Anaya.
Kriiiiiet.
Tiba-tiba pintu kelas MIA 3 terbuka dan masuklah sesosok Keenan Rafardhan dengan tampang yang super kusut. Ia bisa diibaratkan seperti rumah yang habis terkena bencana alam yang maha dahsyat, begitu berantakan. Keenan kemudian duduk didepan bangku yang ditempati Alsha dan Anaya.
"Dia kenapa?" tanya Keenan yang bingung melihat punggung Alsha yang bergetar dipelukan Anaya.
Anaya hanya mengangkat bahu.
Mendengar suara Keenan, Alsha melepas pelukannya. Ia melihat ke arah Keenan, masih dengan mata sembab nya.
Refleks, Keenan merogoh saku celananya dan mengambil ponsel pintar miliknya. Ia mengarahkan kamera ponselnya untuk memfoto Alsha. Anggap saja Keenan memang sedang aneh.
"IH KEENAN NGAPAIN SIH?! GATAU ORANG LAGI SEDIH APA?!" hardik Alsha yang kini berkacak pinggang dihadapan Keenan.
Tawa Keenan menyembur. "AHAHAHAHAHA abisnya muka lo aib banget ahahaha! Liat tuh mata lo! Bibir lo juga jadi bengkak gitu ahahahahah!"
YOU ARE READING
The Twins Hypomania
Teen FictionDi tahun terakhir SMA, dua remaja perempuan yang lahir dari satu rahim dengan dua kepribadian berbeda, terlibat dalam lingkaran cinta segi banyak beraturan yang rumit. Empat pria, tiga wanita. Begitu banyak konflik yang terpaksa mereka rasakan. ...