"Jadi itu beneran lo ya? Tadinya gue pikir itu Alsha."
"Bentar," Athaly terlihat berpikir sejenak dan..
"Jadi, anak kecil itu.. ELO?!" Athaly berteriak histeris.
Kenzo mengangguk-anggukan kepalanya.
"Tapi kok.. Beda?"
Athaly meneliti penampilan Kenzo from head to toe. Hasilnya? Sama sekali tidak mirip dengan anak kecil itu. Anak kecil itu dulu bertubuh bulat gemuk dan sungguh berbeda 180 derajat dengan orang yang sedang berdiri dihadapannya. Kenzo yang sekarang bertubuh atletis dan ideal. Otot sixpack nya tercetak jelas dibalik kaos putih polos yang ia kenakan.
Sadar sedang diperhatikan dengan tatapan yang 'tidak biasa', Kenzo segera membuka suara.
"Ini namanya puberty, Thal."
Athaly membulatkan bibirnya membentuk huruf O. Puberty nya bener-bener berhasil kayaknya. I mean, take a look at him now. He looks pretty awesome. Batin Athaly.
"Terus kita jadi kerja kelompok gak, nih?"
"Iyalah jadi. Mau digantung sama Bu Winda emang?"
*****
"Keenan, kita mau beli apa?" tanya Alsha.
"Beli ubi ungu--- nah itu dia!" Keenan berjalan cepat menuju lapak pedagang umbi-umbian dan mengabaikan Alsha yang berada dibelakangnya. Mereka tengah berbelanja bahan-bahan disebuah pasar tradisional untuk tugas Kimia Terapan, yaitu membuat makanan berbahan dasar dari ubi ungu yang dimodifikasi. Mereka akan membuat es krim ubi ungu.
"Beli ubi ungu tiga kilo ya, Pak."
"Iya, mas. Sebentar biar saya timbang dulu."
Keenan menoleh ke bawah karena merasa ada sesuatu yang tiba-tiba menarik ujung bajunya.
"Ngapain lu narik-narik baju gue? Gue pikir setan tau ga,"
"Itu.. Daun nya kenapa diiket-iket? Kan kasian, dia engga salah apa-apa." Ucap Alsha dengan sedikit berbisik kala melihat berikat-ikat daun singkong.
Tawa Keenan menyembur seketika begitu mendengar pertanyaan konyol Alsha.
Jujur saja, ini memang kali pertama Alsha pergi ke pasar tradisional. Jadi, tingkahnya memang sangat norak. Biasanya yang dilihat Alsha adalah sayur-mayur yang terbungkus dan tertata rapi dalam rak pendingin di semua supermarket yang pernah ia kunjungi. Sementara yang kali ini Alsha lihat adalah jejeran sayuran segar yang diikat dan ditata diatas meja biasa.
"Haduh, Alsha! Kalo dipasar tradisional itu tuh sayurannya emang diiket begitu. Bukannya diiket karna sayuran itu bikin suatu kesalahan."
Alsha hanya ber-oh ria sambil cengengesan.
"Nih ubinya, mas. Semuanya jadi dua puluh tujuh ribu," pedagang itu memberikan dua kantong plastik berisi ubi ungu.
"Iya. Ini uangnya, Pak. Makasih ya. Kembaliannya ambil aja." Keenan menyerahkan satu lembar uang dua puluh ribuan dan selembar uang sepuluh ribuan.
"Abis ini mau beli apa lagi?"Alsha kembali bertanya.
"Beli susu kental manis, gula pasir, vanili, sama stroberi buat topping nya."
Jangan heran jika Keenan lebih tau tentang resep masakan karena ayahnya adalah seorang juru masak yang kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Sedangkan Alsha benar-benar tidak bisa memasak. Menggoreng telur pun tidak bisa, mungkin lebih tepatnya belum bisa. Telur hasil masakan Alsha pasti bentuknya tidak karuan. Belum lagi rasanya yang.. ahh sudahlah, jangan ditanya.
YOU ARE READING
The Twins Hypomania
Ficção AdolescenteDi tahun terakhir SMA, dua remaja perempuan yang lahir dari satu rahim dengan dua kepribadian berbeda, terlibat dalam lingkaran cinta segi banyak beraturan yang rumit. Empat pria, tiga wanita. Begitu banyak konflik yang terpaksa mereka rasakan. ...