3

1K 41 2
                                    

Malam itu di grup chat WA kami berlima, Arif bilang mau nembak Adel malam ini, sekarang dia lagi menjemput Adel dirumahnya.

Rio: Jangan lupa traktiran kalo udah jadian ya bro.

Tisya: Doain gue biar cepet jadian sama Kak Bara ya Rif!

Rio: Yaelah, emang Bara mau sama lo?

Tasya: Ka Bara mana mau sama lo

Tisya: Lo kok gitu sama gue sya -_-

Dan gue cuman bisa ngetik "Good luck ya Rif!"

Kalian taukan rasanya gimana?

Setelah itu gue lemparin hp gue sembarangan di atas kasur, gue rebahan sambil ngeliat langit-langit kamar gue.

Kenapa sih gue harus kejebak friendzone? Kenapa juga harus sama Arif?

Guru Bahasa gue waktu kelas X pernah bilang, "nggak ada persahabatan murni antara cowok sama cewek yang nggak dihadiri sama perasaan cinta, baik disalah satu pihak, maupun keduanya" dan itu bener, tapi cuma sepihak.

Sekarang, gue malah jadi serba salah, mau ngelanjutin perasaan gue ya Arifnya aja udah mau nembak Adel, mau move on ya hati gue masih kekeh bertahan. Aneh!

Bunyi notif chat WA pun menyadarkan lamunan nggak guna gue itu. Ada tiga chat dari nomor yang sama. Gue buka, ternyata foto Adel sama Arif yang lagi dinner di cafe yang biasa gue sama temen-temen nongkrong. Ish!

Gue nggak bales apa-apa, cuman gue buka satu persatu fotonya, dan akhirnya hati gue jadi tambah sakit.

Nggak lama chat masuk lagi ke WA gue.

Adel: Gimana cantik? Udah puas liatin foto gue sama Arif? Atau sekarang lo lagi nangis-nangis karna patah hati? Hahaha! Selamat berpatah hati ya Nana 💕

Chat itu cuma gue read. Niat banget ya tuh cewek!

Keesokan harinya, gue selama tiga jam pelajaran pertama diem aja, nggak ngomong sama sekali, Rio yang duduk disebelah gue udah beberapa kali gangguin gue sampai ditimpuk pakai spidol sama Bu Martha.

"Lo kenapa sih Na?" Tanya Tisya.

"Nggak, gue ngga papa."

"Na, lo nggak bisa bohong," kata Tasya sambil natap gue, ngeri.

"Cerita aja deh Na, lo dari tadi diem mulu," sambung Rio.

"Oke," gue menghela nafas berat, "gue suka sama Arif, dari kelas X."

"Hah?" Tasya sama Tisya kaya nggak percaya gitu.

"Tuhkan, udah gue duga sih yang kaya gini," sambung Rio.

"Dan tadi malem, waku Arif nembak Adel, Adel ngechat gue," kata gue sambil nunjukkin chat Adel tadi malam.

"Wah, nggak bener nih cewek," kata Tasya.

"Sakit nih," sambung Tisya.

"Masa sih Adel kaya gitu? Dia kalem gitu kok biasanya," sahut Rio.

"Lo nggak tau aja dia kemaren waktu gue ketoilet ngoming gini, Eh ada Nana niiih, lo udah taukan kalo Arif suka sama gue? Gimana hati lo? Udah remuk?" ucap gue sambil meniru gaya bicara Adel kemarin.

"Serius lo?" tanya Tasya.

"Gue kan nggak bisa bohong," kata gue.

Obrolan itu terus-terusan berlanjut sampai bel masuk kelas berbunyi. Gue dan tiga temen-temen guepun akhirnya kembali ke kelas.

Pelajaran Kimia disiang hari ini kayaknya semakin bikin hati gue kacau. Gue kehilangan konsentrasi. Rio beberapa kali nyenggol tangan gue supaya gue berhenti ngelamun. Lengkingan suara khas guru Kimia gue nggak berhasil membuat gue berkonsentrasi penuh hari ini.

Gue putuskan untuk izin ke toilet buat sekedar cuci muka menghilangkan jenuh gue di kelas. Dan betapa sialnya gue, guepun ketemu lagi sama si nenek lampir—Adel.

"Hallo Nana, kok cemberut gitu? Sakit hati ya? Ih kasian ya," kata Adel sambil menghalangi jalan gue untuk masuk ke toilet.

Gue diem aja waktu itu.

"Kok diem? Oh iya, gue cuma mau kasih tau, karena gue sama Arif sudah resmi pacaran, jadi gue minta lo supaya jauh-jauh dari Arif," kata Adel lagi dengan nada sok lembut.

"Lo kan liat sendiri, gue sama temen-temen gue nggak bareng sama Arif, nggak cukup?" tanya gue berusaha ngelawan.

"Yang gue perluin itu, lo yang harus jauh-jauh dari Arif. Karena lo suka sama Arif!"

"Terserah lo lah Del, gue nggak peduli, ambil aja tuh Arif sepuas lo."

Gue akhirnya kembali ke kelas dan batal cuci muka karena dihadang sama nenek lampir barusan.

---

OKE SEGINI AJA DULU YA PART 3 NYA.

KEPENDEKAN YA? SORRY :(

OH IYA GW MAU KASIH TAU, SETELAH INU ADA PART YANG GUE PRIVATE SECARA ACAK, JADI FOLLOW DULU YAAAAA HEHE.

BIASAKAN JANGAN JADI SIDER (:

TERTANDA,
AUTHOR AMATIRAN

B R O K E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang