Dihari berikutnya, gue mulai terapi. Jujur, ternyata mencoba berjalan setelah koma satu bulan itu sulit. Badan gue benar-benar kaku.
Setelah menyelesaikan terapi dihari pertama selama kurang lebih satu setengah jam, gue akhirnya diperbolehkan istirahat. Gue duduk di atas bed.
Nggak lama, ternyata ada orang tuanya David datang. Mereka membawa parsel buah dan juga bunga buat gue. Lagi-lagi gue merasa ada yang hilang. Kemana David?
"David mana bu?" tanya gue ke mamahnya David.
Wajah mamahnya David seketika murung, namun sepersekian detik kemudian dia tersenyum sambil mengusap kepala gue.
"Davidnya istirahat sayang."
"David masih belum sadar?"
"Dia istirahat sayang, nanti kamu boleh datang kalau kamu sudah sembuh."
Gue hanya menjawab dengan anggukan ragu.
***
Satu minggu lamanya gue menjalani terapi, akhirnya gue diperbolehkan pulang ke rumah. Nggak sabar rasanya gue pulang kerumah, tidur di kamar gue sendiri, jalan-jalan di sekitar komplek, dan lainnya. Lebih nggak sabar gue untuk ketemu David. Oh iya, teman-teman gue sering banget jenguk gue di rumah sakit, termasuk Arif. Walaupun masih dalam keadaan yang serba canggung, Arif terlihat membiasakan diri membaur dengan gue, Rio, Tasya, dan Tisya.
"Akhirnya sampai rumah juga," seru gue setelah turun dari mobil.
"Yaudah, masuk dulu yuk," sahut mamah sambil menggandeng tangan gue.
Di rumah ternyata sudah ada Rio, Tasya, Tisya dan juga Arif yang menyambut kedatangan gue. Di kamar gue pun sudah ada balon dengan tulisan "WELCOME BACK NANA" dengan beberapa bunga di atas meja gue.
"Mah, nanti sore anterin ke rumah David ya."
Raut wajah mamah lagi-lagi berubah.
"Kamu isitirahat aja dulu beberapa hari ya, biar tenang dulu."
Apasih maksudnya? Bukannya 1 bulan lebih ini sudah bikin gue tenang? Gue malah gelisah karena nggak tau kabar David. Gue coba chat pun dia nggak respon. Gue telpon pun hp David nggak aktif.
Akhirnya gue mengalah, dan setelah satu minggu kemudian mamah mau gue ajak ke rumah David. Mamah sepertinya terpaksa, tapi ya sudahlah, toh hak gue untuk menemui David.
Mamah menyetir mobil sambil sesekali melihat ke arah gue.
"Mamah kenapa sih? Kok ngeliatinnya gitu?" tanya gue.
"Nggak, nggak papa sayang."
Akhirnya disepanjang perjalanan hanya terdapat keheningan. Akhirnya gue sadar bahwa mamah bukan membelokkan mobil ke arah rumah David.
"Mah, mamah nggak bohongkan?"
"Bohong apa sayang?"
"Ini bukan arah ke rumah David mah."
"Ini kita akan ke tempat David sayang, percaya sama mamah. Mamah nggak bohong."
Sepertinya mamah memang serius. Tapi, kenapa gue merasa ada hal yang tidak enak?
Mobil berhenti tepat di daerah tempat pemakaman umum.
"Mah?" gue kembali memastikan bahwa mamah tidak sedang bercanda.
Gue menatap mamah, 'Are you kidding?' dalam hati gue berucap.
Mamah menarik tangan gue menyusuri area pemakaman itu. Tidak lama, kaki mamah pun berhenti tepat di depan sebuah makan, yang bertulisan David Nugraha. Seketika waktu seakan berhenti. Gue resapi benar-benar kenyataan yang sekarang ada di depan mata gue. Hingga akhirnya hanya air mata gue yang mampu keluar, tanpa kata sedikitpun. Gue tersungkur di depan makan David, mamah megelus pundak gue seakan menguatkan. Untuk apa menguatkan kalau gue sudah merasa begitu hancur?
"David sudah istirahat sayang," ucap mamah yang hampir tidak terdengar.
Semuanya terasa mati. Hati gue mati.
Semuanya benar-benar kacau, semua hancur. Harapan yang sudah gue susun sepertinya langsung musnah.
Vid, bagaimana bisa kamu tiba-tiba pergi?
Kenapa disaat sudah seperti ini Vid?
Kenapa harus begini?
Kamu membuat semua hancur Vid.
"Nana, sudah sore, ayo pulang."
"Nggak mah."
"Kita sudah tiga jam disini sayang."
Benarkah? Sudah selama itu gue dan mamah disini?
Mamah menggenggam tangan gue erat.
"Na, semua sudah ketentuan Tuhan. Kamu tangisi seperti apapun, tidak akan merubah takdir yang sudah terjadi," ucap mamah. "Percaya sayang, Tuhan punya rencana yang lebih indah buat kamu," sambung mamah.
Akhirnya setelah tiga setengah jam, gue dan mamah memutuskan untuk pulang. Pulang membawa hati gue yang sudah mati, membawa harapan gue yang sudah pupus.
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...