7

902 33 1
                                    

Tasya menghela nafas panjang, kemudian mulai bercerita.

"Jadi, tadi gue denger obrolan Adel sama temen-temennya," ucap Tasya.

"Yaelah cewek itu lagi," sahut Rio dengan malas.

"Ih dengerin dulu Yo." Sahut Tisya.

"Inti dari obrolan Adel sama temen-temennya itu adalah, Adel cuma mau manfaatin Arif. Arirkan pinter, jadi bisa buat ngerjain tugas-tugas Adel, Arif jugakan anak orang kaya yang luar biasa loyalnya, jadi bisa buat beliin apapun yang Adel mau," ucap Tasya panjang lebar.

"Dasar cewek gila!" ucap Tisya dengan lantang.

"Ini perpustakaan dek." Ucap penjaga perpustakaan yang merasa suara Tisya cukup mengganggu.

"Itu cewek emang punya niat nggak baik sih." Sahut gue sambil menopangkan dagu di tangan kanan gue.

"Lagian Arifnya juga bego banget sih. Mau-maunya sama cewek kayak gitu," sambung Rio.

"Emang gila dua-duanya sih mereka," timpal Tasya.

Gue dan ketiga temen gue itu akhirnya menghentikan obrolan nggak berbobot itu setelah bel masuk kelas berbunyi.

Malam harinya, gue dapat chat dari Adel.

Adel: Eh Nana, tolong dong bilang sama temen lo yang namanya Rio itu, jangan pernah ikut campur urusan gue sama Arif! Dan jangan pernah nyoba buat mempengaruhi Arif untuk memperburuk gue! Inget!

Read.

Gue nggak ada minat buat melawan Adel malam itu, gue capture chat adel, dan gue kirim ke Rio.

Gue: send a pict

Rio: Yaelah si Arif pake ngadu segala.

Gue: Yagitu deh Yo.

Gue: Susah kalo udah buta banget gitu.

Rio: Sayang sama pacar itu nggak harus jadi bego-bego amat kayak gitu.

Gue: Dia udah kelewat sayang, udah kelewat cinta, kelewat banyak makan mecin.

Rio: Dikasih mecin mulu sama si Adel wkwk.

Rio benar, kalo lo sayang sama pasangan, nggak seharusnya lo jadi kayak orang bego yang menutup mata dan telinga lo dari orang lain. Kadang cara pandang lo sama orang lain itu beda, bisa jadi apa yang dari orang lain itu adalah fakta sebenarnya.

Gue banyak belajar dari masalah kali ini, yang utama adalah belajar gimana caranya gue nguatin diri gue sendiri.

Keesokan harinya, gue sama ketiga temen gue lagi jalan ke kantin, tanpa sengaja gue nabrak Arif yang lagi jalan sama Adel.

"Lo nggak papa Na?" tiba-tiba Arif nanya gitu ke gue.

"Sorry, nggak sengaja," sahut gue dan langsung buru-buru menjauh dari Arif-Adel.

*

**

"Gimana Na persiapan buat ulang tahun lo? Udah beres?" Tanya Tasya sepulang sekolah.

"Udah sih, tinggal kue aja nanti sabtu sore."
Gue akan mengadakan pesta kecil-kecilan dirumah untuk merayakan ulang tahun ke 16 gue. Ya anggaplah ini pesta ulang tahun terakhir gue di masa SMA, makanya gue rengek-rengek sama orang tua gue supaya dibikin acara pesta.

"Arif-Adel diundang nggak?" Tanya Rio.
Gue menghela nafas berat, "Gue undang kok, tapi ya gue nggak yakin mereka datang."

Besoknya, tepatnya di malam minggu, pesta kecil di rumah gue dimulai, seluruh teman-teman SMA gue datang, terkecuali Arif-Adel yang nggak tampak batang hidungnya sampai satu jam setelah acara itu dimulai.

"Gila! Lo cantik banget sih Naaaa." Ucap Tasya yang kayaknya berlebihan.

"Ah lo Sya, berlebihan gitu, masih cantikan lo lah."

"Eh serius loh Na, lo beda banget malam ini." Sambung Tisya.

"Biasanya lo nggak pakai make up sih na," sambung Rio.

Gue pun larut dalam obrolan santai bersama tiga orang sahabat unik gue itu.
Sampai ada suara yang agak asing manggil nama gue.

"Nana," ucapnya.

Gue menoleh. Gue kaget. Dia, dia yang selama ini gue cari-cari, dia yang menghilang tiba-tiba, sekarang dia ada di depan gue dengan kondisi yang berbeda.

"B-Ba—"

"Sssssttt," dia menempelkan jari telunjuknya di bibir gue.

Seketika gue mematung, menatap mata coklat lekat yang ada di depan gue.

"Iya, ini gue," sambungnya sambil melemparkan senyumnya untuk gue.

---

HAYOLOH, SOK ATUH DITEBAK AJA DIA SIAPA, GUE NGGAK JANJI BESOK BAKALAN UPDATE ATAU ENGGAK, MOOD LAGI BERANTAKAN BANGET SOALNYA, HEHE.

B R O K E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang