Arif: Na, gue kangen sama lo.
What?
Arif: Gue kangen sama lo, Tasya, Tisya, dan Rio.
Haha!
Arif: Gue mau minta maaf. Gue ternyata salah.
Arif: Ternyata yang kalian bilang selama ini tentang Adel benar.
Dan lo baru sadar? Wah!
Gue sama sekali tidak ada niatan untuk membalas chat Arif. Entahlah, mood gue selalu jadi buruk kalau ada apapun tentang Arif.
Chat WA lagi-lagi masuk, namun sekarang dengan pengirim yang berbeda, Bayu.
Bayu: Good night, sweet dreams sweetheart.
Sweet heart?
Gue: Too Bay.
***
Keesokan harinya, Bayu sudah menunggu di ruang tengah sambil ngobrol sama mamah gue. Gue bergegas turun, dan langsung melanjutkan wisata gue dengan Bayu di hari kedua.
"Pagi Na," sapanya sambil melebarkan senyumnya.
"Pagi juga Bay."
Gue dan bayu pun berangkat.
Akhirnya setelah satu bulan gue disini, ini adalah H-2 gue masuk kuliah. Hari ini kami akan mengunjungi beberapa tempat wisata di sekitar kota Bangkok, seperti mengunjungi taman bunga, danau, museum, dan lain-lain.
"Na, lo senangkan?" tanya Bayu disela perjalanan pulang.
"Ya iya lah Bay, banget malah."
"Besok sudah hari terakhir kita libur nih, gue mau ajak lo dinner, mau nggak?"
"Dinner?"
"Iya, dinner."
"Iya, gue mau."
Sesampainya dirumah, gue liat mamah lagi-lagi berkutat dengan laptopnya.
"Nana sayang, sini deh," ucap mamah saat gue masuk ke dalam rumah.
"Ada apa mah?"
"Tadi ada surat dari Indonesia, nama pengirimnya kalau nggak salah Arif, coba dicek deh, udah mama taruh di atas meja belajar kamu," ucap mamah panjang lebar.
Surat? Dari Arif?
Gue bergegas menaiki anak tangga dan langsung masuk ke kamar. Gue liat amplop surat berwarna putih di atas meja. Dengan rasa penasaran, akhirnya gue buka surat dari Arif.
Hai Na.
Apa kabar?
Gue sebenarnya bingung mau nulis apa, yang jelas gue kangen sama lo, berkali-kali gue hubungi ternyata nomor hp lo udah nggak aktif. Gue WA juga nggak dibalas.
Gue denger, lo kuliah jurusan Farmasi ya di sana? BTW gue ambil kedokteran loh Na di Yogyakarta. Rio terakhir gue dengar dia kuliah jurusan Arsitektur. Tisya dan Tasya gue nggak tau sama sekali, gue bahkan nggak tau mereka ada dimana sekarang.
Oh iya, gue mau minta maaf untuk kesekian kalinya, karena udah nggak percaya sama kalian berempat, terutama sama lo. Ternyata yang benar itu kalian, gue salah. Kesalahan gue memang sudah fatal na, dan izinkan gue untuk memperbaikinya.
Gue nggak berharap lo langsung maafin gue kok, karena gue sadar, gue memang brengsek. Tapi gue harap, setelah ini kita akan dipertemukan lagi berlima.
Sincerely,
Arif ...
Gue menghembuskan nafas berat setelahnya.
Apaan sih ngirim surat segala.
Perlahan, gue buka laptop, lalu gue buka sebuah folder yang berjudul 'crazy people' dan terbukalah ribuan foto kami berlima. Gue buka satu persatu, terlihat culun dan dengan gaya sok asik difoto itu, foto saat kami masih dikelas 10. Lalu beralih ke foto yang kesekian, foto dimana hari ulang tahun Rio saat kami di kelas 11, wajah Rio berlumuran tepung dan telur, tangan dan kakinya diikat dengan sarung milik Arif, terlihat tawa lepas kami berlima di foto itu. Hingga foto terakhir, yang gue sendiri lupa tepatnya kapan foto itu diambil, yang jelas, terlihat disana hanya ada gue, Tasya, Tisya, dan Rio, tanpa ada Arif lagi. Satu foto terakhir itulah yang menceritakan banyak makna, jauh dengan satu foto sebelumnya yang masih terlihat 5 orang didalamnya dengan tertawa lepas.
Gue tutup laptop, dan berbaring di tempat tidur dengan mata menerawang ke arah langit-langit kamar.
Notifikasi WA di hp langsung membuyarkan lamunan gue. Gue lihat sekilas, chat dari Rio digrup kami berempat.
Rio: Woy! Pada lupa sama grup?
Tisya: Eh ada si arsitektur.
Tasya: Apoteker mana nih?
Gue: I'm here.
Tisya: Elah, udah Bahasa Inggris aja ngomong lu.
Gue: Yaelah.
Rio: Apa kabar lo semua? Ga ada yang kangen gue?
Tisya: Gue baik, dan gue nggak kangen sama lo.
Tasya: Gue baik, dan gue nggak kangen sama lo. (2)
Gue: Gue baik, dan gue nggak kangen sama lo. (3)
Rio: Arif ada ngehubungin lo nggak?
Tasya: Lo ngomong ke siapa?
Rio: sama lo Tasya, sama lo Tisya, dan sama lo Nana
Tisya: Ada sih dia email gue, tapi nggak gue baca.
Tasya: Dia ada ngeDM gue di instagram, gue read doang.
Gue: Ada, ngechat gue di WA.
Rio: Dia minta maaf tuh intinya, dia telpon gue waktu itu.
Tisya: Lo bales nggak Na?
Gue: nggak hehe.
Rio: Dia udah ada niat baik kok, dia beneran nyesal. Yaudah sih maafin aja.
Tasya: Nggak semudah itu.
Gue: (2)
Tisya: (999)
Rio: Susah ya satu grup sama cewek yang suka copas.
Obrolan kamipun menjalar ke berbagai hal, terutama membahas Tisya yang lagi rindu-rindunya dengan Bara, si barista idolanya itu.
----
Halloooooooo, akhirnya bisa update cepat :>
BTW gue udah nulis sampai part 18 sebenarnya, tapi akan gue up perlahan ya (:
OH IYA, DIFOLLOW YA RedRouzhed BACA JUGA CERITANYA YANG BERJUDUL MANHATTAN IN LOVE 💕
---Nih dapat salam dari revisian
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...