Akhirnya setelah satu minggu gue menunggu hasil dari universitas yang ada di Thailand, akhirnya guepun dinyatakan lulus di universitas tersebut dengan jurusan pilihan gue, yaitu Farmasi. Jangan tanya alasan kenapa gue pilih jurusan ini, karena alasan gue sangat-sangan complicated.
"Wah, selamat deh Na, akhirnya lo dinyatakan lulus juga," ucap Tasya setelah gue bercerita tentang kelulusan gue.
"Berarti kita semua pisah dong? Nana ke Thailand, Tasya ke Malang, Rio ke Bandung, dan gue di Jakarta," ucap Tisya.
Kami berempat terdiam sejenak.
Gue menghela nafas panjang, "Yang penting, nanti kita suksesnya bareng-bareng, nggak ada yang boleh ngelupain satu sama lain, oke?"
"Deal," sahut ketiga teman gue serentak.
Kami menghabiskan waktu sekitar dua setengah jam di cafe langganan kami itu, kemudian kami memutuskan untuk menuju mall terdekat, gue mengusulkan untuk nonton, dan disambut baik oleh ketiga teman gue itu. Setelah selesai nonton, kami memutuskan untuk makan disalah satu restoran yang ada di mall itu.
Di restoran itulah kami kembali bertemu dengan orang yang sudah beberapa waktu ini kami lupakan, Arif.
Kami berusaha acuh dengan Arif, karena memang tidak ingin mengungkit masalah yang terdahulu. Arif terlihat sendirian, tidak ada sosok nenek lampir disampingnya.
"Lo liat tuh, tumben sendirian," ucap Tisya yang baru saja datang membawa nampan berisi makanan kami.
"Udah deh, nggak usah dimulai," sahut gue, malas.
Buat apa gue kepo sama Arif? Dia siapanya gue?
Beberapa kali gue liat Arif melirik ke arah kami, tapi dengan cepat membuang mukanya.
Sudahlah, jangan dimulai, jangan ada pembahasan tentang Arif lagi, gue capek.
Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk pulang. Tisya, Tasya, dan Rio pulang lebih dulu karena mereka satu mobil dan kebetulan gue mau belanja pernak-pernik lucu untuk apartemen gue di Thailand nanti.
"Na."
Suara itu ...
Gue menggelengkan kepala dengan cepat, gue harap itu hanya ilusi yang otak gue ciptain sendiri.
"Na."
Lagi.
Gue coba untuk menengok ke belakang, ke sumber suara yang sangat gue kenal.
"Apa kabar?" tanyanya.
Apa? Dia tanya kabar gue? Setelah dia nyakitin gue berkali-kali? Haha!
Guepun buru-buru berjalan ke arah kasir dan membayar pernak-pernik yang sempat gue pilih. Gue langsung berjalan cepat meninggalkan gerai itu, tapi cengkraman cukup kuat di tangan gue menahan langkah gue saat itu.
"Apasih?" tanya Gue.
"Gue mau ngomong sama lo."
Gue coba tepis, tapi cengkraman itu semakin kuat.
"Udah deh Rif, gue capek! Gue mau pulang," ucap gue dan akhirnya tangan gue dengan mudahnya lepas dari cengkraman Arif.
Mau apalagi dia? Mau caci-maki gue lagi? Kurang puas atau gimana sih?
Malam harinya, ada panggilan masuk di hp gue, dan nama yang tertera adalah Arif.
Apalagi sih!
Beberapa kali telpon masuk dari Arif, tapi gue enggan.
Hp gue gue biarkan diatas tempat tidur, sementara gue mulai menyiapkan barang bawaan gue untuk berangkat besok ke Thailand. Gue mengemas beberapa pakaian yang akan gue bawa, hanya sedikit, karena orang tua gue sudah menyiapkan segalanya di sana.
Setelah selesai berkemas, gue cek hp, ada notif WA dari Adel.
Adel: send a pict.
Difoto itu terlihat Rio yang seperti berada di sebuah club malam, disampingnya ada dua orang perempuan dengan pakaian yang minim kain.
Gue: Apa-apaan sih Del?
Adel: Kayaknya gue nggak perlu menjelaskan apa-apa ya Na, lo bisa liat sendiri kelakuan teman yang lo bangga-banggain itu!
Gue coba buat telpon Rio berkali-kali, tapi nggak ada jawaban. Gue hubungi Tisya dan Tasya dan mereka kaget. Gue panik. Rio? Ke club? Merokokpun nggak pernah!
Malam itu, sudah jam 3 dini hari, dan Rio masih tanpa kabar. Gue masih nggak bisa tidur malam itu. Gue coba telpon hp Rio, dan lagi-lagi tidak ada jawaban.
Paginya, setelah gue lihat jam sudah menunjukkan pukul 6:15 pagi, gue cek hp, ternyata ada misscalled dari mamahnya Rio, gue lupa bahwa hp gue di silent waktu Arif telpon gue tadi malam.
Gue telpon balik mamahnya Rio.
"Hallo tante, ada apa?"
Gue dengar suara isak tangis.
"Rio di rumah sakit Na."
Deg! Ingatan gue kembali lagi ke chat Adel tadi malam.
Gue langsung menghubungi Tisya dan Tasya, dan pergi ke rumah sakit setelahnya. Gue berlarian menuju UGD. Tepat didepan ruang UGD, mamahnya Rio terduduk sendirian. Gue berlari ke arah beliau, gue peluk erat mamahnya Rio yang sudah menangis tersedu-sedu.
"Rio Na."
Hanya itu yang keluar dari mulut mamahnya Rio, gue masih berusaha menenangkannya. Tidak lama, Tasya dan Tisya datang dengan berlarian kearah kami, mereka bergantian memeluk mamahnya Rio.
"Tante nggak tau Rio kenapa, tiba-tiba ada telpon kerumah, bilang Rio di UGD," ucap mamahnya Rio yang masih sesekali terisak.
Tidak lama, seorang dokter keluar dari UGD.
"Orang tua dari saudara Rio?"
"Saya dok."
Mamahnya Rio berjalan memasuki ruangan UGD dengan pelan. Gue, Tasya dan Tisya menunggu diluar. Hening. Tidak ada pembicaraan sedikitpun. Gue menatap kearah jam dinding yang ada dirumah sakit itu, jam sudah menunjukkan pukul 07:00 pagi, dan itu berarti keberangkatan gue ke Thailand tinggal tiga jam lagi.
"Kalian mau besuk Rio? Kata Dokter sudah boleh dibesuk, tapi bergantian." Ucap mamahnya Rio yang wajahnya terlihat murung kemudian duduk di kursi dekat ruang UGD.
Gue mempersilahkan Tisya dan Tasya membesuk lebih dulu, sementara gue menunggu diluar menemani mamahnya Rio. Banyak pertanyaan tentang keadaan Rio yang ingin gue tanyakan ke mamahnya, tapi entah kenapa, gue hanya sanggup menggenggam tangan beliau. Gue melihat wajah kecewa mamahnya Rio, dan seketika itu pula gue merasa tidak perlu berucap apa-apa.
Tibalah giliran gue. Gue masuk perlahan.
"Na," ucap Rio sambil mengulas senyumnya.
"Lo kenapa sih? Lo kenapa ke club? Lo kenapa Yo?" ucap gue dengan tetesan air mata yang jatuh beberapa tetes itu.
"Maaf."
"Gue nggak tau apa alasan lo, tapi gue kecewa sama lo. Dan gue lebih kecewa karena gue tau dari Adel. Adel yang bilang bahwa lo di club Yo."
"Na gue-"
"Gue mau berangkat jam 10 ini ke Thailand, lo baik-baik ya Yo, jangan coba-coba ke club lagi."
"Gue cinta sama lo Na," ucap Rio dengan cepat.
---
SORRY FOR THE VERY VERY VERY LATE UPDATE. LAGI HECTIC BANGET KARENA BARU MASUK KULIAH (LAGI) SETELAH LIBUR 2 BULAN.
BTW, MUNGKIN SETELAH INI UPDATE BROKEN AGAK SEDIKIT LAMBAT YA, KARENA UDAH JARANG ADA WAKTU LUANG DENGAN MOOD YANG BAIK UNTUK NGERJAIN REVISI.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA YAAAAAAA, KASIH GW SEMANGAT KEK BUAT NGERJAIN REVISIAN (:
NISAHMZ
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...