Tibalah di hari pertama UN. Tanpa terasa gue sudah berada diujung perjuangan gue selama SMA, dan beberapa hari kedepan adalah hari penentuan masa depan gue. Dan gue harap setelah ini nggak akan ada lagi cerita patah hati karena apapun.
Selama UN, gue dan ketiga teman gue itu selalu belajar bersama, tempat favorit selama belajar adalah di cafe langganan kami. Semua pegawai cafe disanapun sudah hafal dengan wajah-wajah kami ini. Kami menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membahas kumpulan soal yang kami dapat dari sekolah.
"Malam ini gue sama Tasya nginap di rumah lol deh Na, gue pusing banget sama Matematika buat besok," Ucap Tisya sepulang dari belajar bersama di cafe.
"Iya boleh, nginap aja," Sahut gue.
"Video call ya sama gue," sambung Rio, dan hanya dibalas dengan cibiran oleh Tasya.
Sore itu, sepulang dari cafe, gue merebahkan diri di tempat tidur sebentar. Gue memejamkan mata, mengistirahatkan otak gue yang hampir mau pecah karena belajar buat UN.
KRINGGGG!!!
Alarm itu membuat gue sontak membuka mata, tidak terasa hari sudah menjelang malam. Guepun berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama, sekitar jam 7 malam, Tasya, Tisya, dan Rio pun datang. Gue kaget kenapa Rio ikut.
"Hallo Na, gue ikut ya, sampai jam 9 atau 10 doang, habis itu gue pulang, hehe," ucap Rio sambil nyengir kuda.
"Yaudah yuk masuk."
Gue dan ketiga teman gue itupun memulai belajar dengan membahas soal-soal yang sebenarnya sudah terjawab semua, hanya tinggal mengulang-ulang mengerjakannya.
"Dah gue selesai!" ucap Rio tepat pada waktu 1 jam kami memulai mengerjakan.
"Ih, gue belum, tunggu bentar," sahut Tisya yang mulai gelagapan.
"Santai Sya, gue juga belum," sahut gue.
"Na, gue ke dapur ya nyari cemilan," ucap Rio yang sudah melenggang ke arah dapur sebelum gue iya-kan.
"Yey, Finish!" ucap Gue dan Tasya berbarengan."
"Ehhh! Tungguin, gue belum, ih gimana sih." Ucap Tisya yang masih berkutat di satu soal terakhir.
Rio datang dengan membawa 2 wadah cemilan yang dia rampok dari kulkas gue.
"Yes!" ucap Tisya lega.
Tisya menyelesaikan soalnya dengan susah payah, rambutnya yang awalnya terikat sangat rapi kini sudah terlihat berantakan.
Kami menyelesaikan soal sebelum jam 9, dan akhirnya Riopun pamit pulang setelah puas melahap cemilan rampokan itu.
"Eh iya, gue lupa, gue mau cerita, sayang banget Rio udah pulang," ucap Tisya.
"Cerita apaan?" tanya gue.
"Jadi gini, gue tadi pulang dari cafe kan mampir ke mall dulu karena nih bocah ngerengek mau beli baju." Ucap Tisya sambil menunjuk ke arah Tasya.
"Terus, selagi Tasya milih-milih baju, eh nggak taunya gue liat Adel." Sambung Tisya.
"Yaelah Adel lagi," sahut Tasya dengan malas.
"Tapi tadi sore dia sama cowok, bukan Arif. Tapi mereka ngomong pakai sayang-sayang gitu," ucap Tisya yang langsung memotong ucapan Tasya.
"Lo salah liat kali," sahut gue.
"Nggak, gue yakin mata gue masih baik-baik aja. Dan lo berdua harus tau, cowok yang di mall sama Adel itu si Rizal."
"Rizal?" tanya Tasya.
"Itu loh Sya, Rizal, anak IPS-2"
"Yang dulu suka sama Nana?"
"Iya, Rizal itu."
"Terus gimana?" tanya gue.
"Ya gitu, mereka gandengan tangan, ngomong pakai sayang-sayang, terus si Adel nyender-nyender sama Rizal, nempel-nempel gitu."
"Idih! Pengen gue kasih obat anti jamur deh si Adel, biar nggak gatel," sahut Tasya.
"Jadi intinya? Adel selingkuh?" tanya gue.
"Yap, exactly!" sahut Tisya.
"Tapi bodo amatlah, emang dia siapa, gue nggak peduli, mau Arif diselingkuhin kek, Arif diputusin kek, Arif dibuang kek, gue nggak peduli," ucap Tasya.
"Iya, nggak usah ngurusin itulah, cukup tau aja kita mah," sambung gue.
Setelah hari itu, setelah UN berakhir, semuanya berjalan seperti semula, kecuali Arif. Gue dan ketiga teman gue sudah tidak ada urusan dengan Arif maupun Adel. Kami tidak akan membicarakan apapun tentang mereka lagi. Bagi kami, itu sudah masa lalu, mungkin seharusnya tidak ada kata 'mantan sahabat' tapi harus diingat, hidup yang sebenarnya tidak semudah teori dari quotes.
"Na, lo jadi kuliah di Thailand?" Tanya Rio saat kami berada di kantin sekolah.
"Gue udah daftar sih, doain aja semoga lulus," sahut gue.
"Berarti lo nanti ketemu sama siapa tuh temen lo yang waktu itu datang ke ulang tahun lo?" tanya Tasya.
"Bayu?" tanya gue memastikan.
"Nah iya Bayu, ih dia ganteng loh Na. Yaudah lo sama dia aja deh," sahut Tasya.
"Lo nih Sya, sok jodoh-jodohin orang, lo sendiri masih jomblo," ucap Tisya sambil mengaduk jus melonnya.
"Yaelah, lo ngomong sama cermin?" sahut Tasya.
"Yaudah sih, jomblo semua gini juga," sahut Rio.
---
HALLO, JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA YAAAAA (:
LOVE,
NISAHMZ
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...