Setelah Tisya istirahat sebentar di UKS, akhirnya kami kembali ke stand kelas, ditengah perjalanan, kami papasan sama Adel yang jalan sendirian tanpa Arif.
"Hallo sahabat, eh mantan sahabatnya Arif. Gimana acting gue? Gimana aksi gue menghancurkan persahabatan kalian sama Arif?" ucap Adel sambil memainkan rambutnya.
"Jaga mulut lo ya!" sahut Tasya yang bersiap untuk menampar Adel, dan sempat dihentikan Arif.
"Apa-apaan sih Sya!" bentak Arif, "kamu nggak papa?" tanyanya ke Adel.
Cih!
"Aku hampir ditampar sama dia," Adel merengek.
Ah ayolah!
"Kalian keterlaluan banget sih!" ucap Arif yang menatap geram ke arah kami berempat.
"Yang keterlaluan itu lo berdua!" sahut Tasya yang nggak kalah geram.
"Yaudah sih Sya, nggak usah dilawan, ntar bosen sendiri," kata gue sambil menarik lengan Tasya.
Gue dan tiga teman-teman guepun melanjutkan berjalan ke stand kelas.
***
"Ke kantin yuk, gue pengen batagor nih." Ucap Tisya saat stand kami sudah tidak terlalu sibuk.
"Yaelah lu, barusan gue liat makan cheese cake deh," sahut Rio.
"Masih laper Yo."
"Yaudah yuk ke kantin, ntar pingsan lagi anak orang," sambung gue.
Di kantin cukup lengang karena banyak yang berada di lapangan sekolah menyaksikan penampilan dari tiap-tiap kelas dalam lomba menyanyi solo.
"Gue heran ya, segitu polosnya Arif, dia mau aja gitu percaya sama Adel," ucap Tasya memecah keheningan.
"Polos sama bego beda tipis," sahut Rio, datar.
"Yang nggak diterima oleh akal sehat gue adalah, kenapa Arif yang sepintar dan sepopuler itu sukanya sama tipe-tipe kayak Adel," sahut Tisya sambil tetap mengunyah batagornya.
"Dan yang paling greget itu ya Arif yang selalu aja nyalahin kita, terutama gue," Sambung gue.
"Iya sih na, mungkin yang paling tertekan kayaknya lo ya," jawab Rio.
"Gue emang bener-bener dipatahin, dihancurin, dibenyek-benyek sama Arif," sahut gue lagi.
Obrolan itu terus berlanjut sampai ada chat masuk dari ketua kelas, bahwa dia minta gue sama temen-temen gue ke stand.
Menuju stand, dari kejauhan, gue liat Adel sama Arif yang gandengan terus kayak truk gandeng. Udah kayak sekolahan milik berdua. Wajah Arif yang begitu polos, digandeng sama Adel yang berwajah manis tapi licik, perfect!
Tibalah saatnya orang tua gue berangkat ke Thailand karena papah gue pindah tugas. Guepun akhirnya izin nggak masuk sekolah untuk mengantarkan orang tua gue. Bisa dipastikan setelah gue lulus SMA, gue akan melanjutkan hidup di Thailand. Dan bisa dipastikan gue akan hidup bebas, karena jauh dari Arif dan Adel.
"Jaga diri kamu ya," ucap mamah.
"Iya mah, pasti."
Guepun melepas kepergian mereka di terminal keberangkatan.
Gue nggak bawa mobil sendiri hari ini. Di jalan menuju pulang, chat dari Tisya masuk.
Tisya: Lo harusnya tadi masuk sekolah.
Gue: Emang kenapa?
Gue: Ada ujian dadakan?
Gue: Atau apaan?
Tisya: Arif sama Adel berantem, mwehehehe.
Gue: Yaelah. Gue nggak tertarik.
Gue: Udah males.
Tisya: Ih asik tau mereka berantem tadi, gaga-garanya cuma karena Arif nggak bisa nemenin Adel ke Mall.
Gue: Begitu doang jadi berantem.
Tisya: Lo nggak mau doain mereka biar cepet putus na? Hehe.
Gue: NGGAK.
Tisya: Masaaaaaa?
Gue: Beneeeer!
Tisya: Iyadeh gue percaya lo bohong.
Gue: Ih serius gue Sya. Gue nggak peduli lagi.
Tisya: Udah move on nih ceritanya?
Gue: Yaiyalah.
Gue mengalihkan pandangan ke jalanan, gue liat toko buku langganan gue, dan tiba-tiba aja gue inget Arif. Dari SMP gue sama Arif bareng-bareng, gue udah biasa ditemenin Arif ke toko buku, dia rela nungguin gue milih-milih buku yang kadang bisa berjam-jam.
Nggak salah kalo Arif jadi salah satu most wanted waktu baru masuk SMA sampai sekarang. Dia baik, supel, aktif, pintar pula. Nggak heran gue sering dichat sama adek-adek kelas yang nanyain apapun tentang Arif.
Sampai akhirnya dia deket sama Adel, semuanya berubah, yaudahlah nggak usah dibahas bagian ini, gue males.
Other people don't know what you've done to my heart Rif.It's hurt.
"Non, udah sampai," suara itu membuyarkan segala lamunan gue tentang Arif dan masa kebodohan gue saat jatuh cinta sama dia.
"Iya makasih pak," jawab gue, dan langsung turun dari mobil.
---
Kependekan ya? :(
Maafin deh.. Emang partnya segitu-segitu.Btw jangan lupa vomment ya, biar gw semangat lanjutin revisinya :>
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...