25

232 14 13
                                    

1 bulan sepeninggal David, gue rajin mengunjungi makamnya untuk mendoakan dan membawakan bunga.

1 tahun kemudian, akhirnya hati gue kembali berlabuh kepada Arif. Ya, Arif. Entah gue harus menceritakannya dari mana. Yang jelas setelah 8 bulan menyembuhkan hati gue setelah ditinggalkan oleh David, akhirnya Arif kembali muncul.

"Lo nih Na, sama siapapun lo sebelumnya, tetap aja akhirnya sama Arif jug,." ucap Tasya saat gue bercerita dengan sahabat-sahabat gue.

"Iya ya, gue baru nyadar juga," sambung Rio.

"Kaliankan sama-sama suka dari SMA," tambah Tisya.

Perlu gue ceritakan, semua sahabat gue sudah menikah. Tasya dan Rio serta Tisya dan Bara menikah satu tahun yang lalu.

***

Gue dan Arif pun semakin dekat, dan setelah enam bulan berjalan, gue dan Arif mantap melangkah ke pernikahan. Walaupun gue merasa ada trauma setelah ditinggalkan oleh David, Arif nggak pernah bosan untuk meyakinkan gue.

Sampai saat ini gue masih menyempatkan diri untuk datang ke makam David, entah saat hari libur atau sepulang kerja. Sesekali Arif menemani gue untuk datang ke makam David.

Gue dan Arif mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan yang enam bulan lagi akan dilaksanakan. Kadang gue masih ingat bagaimana sibuknya gue dan David beberapa waktu yang lalu untuk persiapan pernikahan.

Waktu terasa berlalu cukup cepat, hingga akhirnya hari ini, gue dan Arif pun menikah. Suasana berlangsung hikmat, dihadiri oleh teman-teman serta keluarga kami masing-masing. Tidak ketinggalan Tasya, Tisya, Rio dan Bara yang ikut meramaikan pesta pernikahan kami.

Tidak terasa hari sudah hampir malam, semua tamu undangan sudah pulang sejak pukul empat tadi. Gue dan Arif menyempatkan untuk makan malam bersama dengan keluarga besar kami.

***

Satu bulan berselang, dengan pertimbangan yang cukup matang, akhirnya gue juga mengambil langkah mengambil S2 di Jakarta.

Gue dan Arif mempunyai rencana untuk membangun sebuah apotek dan tempat praktik untuk Arif. Sembari kami menjalani kuliah, kami juga menabung untuk segala rencana-rencana kami itu.

Akhirnya setelah berkelut selama dua tahun menyelesaikan kuliah S2, gue akhirnya lulus. Gue pun kembali bekerja di Rumah Sakit Medika seperti biasa. Gue juga menambah penyisihan uang tabungan gue karena gue sudah nggak perlu menyisihkan uang untuk biaya kuliah.

***

"Mamaaaaah! Bang Nata nakal!" ucap anak bungsu gue yang bernama Nanad.

Ya, akhirnya setelah menunggu sekian lama, gue dan Arif bisa menyempurnakan kebahagiaan kami. Nanad dan Nata, yang menurut gue pembawa kebahagiaan berlimpah. Mereka berdua yang membuat gue lebih kuat dan mandiri.

Sekarang, keinginan gue tercapai untuk memiliki apotek dan tempat praktik Arif. Semuanya boleh gue katakan lebih dari cukup. Dan akhirnya, gue mengerti bahwa arti cinta nggak harus dijelaskan oleh kata-kata. Cinta itu sebuah rasa, bukan frasa.


-T A M A T-

B R O K E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang