Pulang sekolah, gue mampir ke toko kue, gue beli kue ulang tahun buat Devi—sepupu gue. Dan kalian semua harus tau, gue lagi-lagi sial. Gue ketemu Arif sama Adel di toko kue.
"Eh lo Na, beli kue juga?" tanya Arif waktu papasan sama gue.
"Eh ada Nana," sambung Adel.
Halah!
"Iya gue beli buat sepupu gue," sahut gue singkat.
"Pulang bareng kita aja Na," tiba-tiba Adel ngomong gitu ke gue, "bolehkan sayang?" dia tanya ke Arif.
"Eh iya, bareng kita aja Na, lo naik taksikan?" sambung Arif.
Adel kenapa sok baik sih sama gue di depan Arif?
"Nggak."
"Lo kenapa deh Na? Judes gitu," Tanya Arif.
"Nggak papa, yaudah ya gue duluan," ucap gue setelah membayar kue di kasir.
Gue buru-buru naik ke taksi. Males banget kalo berurusan lagi sama pasangan itu, bikin gue sakit hati sih iya!
Malam harinya, gue udah stay dirumah Devi untuk acara ulang tahunnya.
"Na, lo nggak bawa pacar?" tanya Devi.
"Lah? Kan gue nggak punya pacar Dev," sahut gue.
Yaelah Devi basa-basinya nyelekit ya.
Obrolan gue sama Devi berhenti saat ada sosok yang sangat-sangat gue kenal.
"Deviiii, happy birthday ya," ucapnya sambil cipika-cipiki sama Devi.
"Eh ada Nana juga, hai Na." Sambungnya lagi.
"Hai Del, Rif."
Sial, dua orang ini lagi-lagi mengacaukan suasana hati gue."Kok lo kenal sama Adel sih Dev?" gue tanya ke Devi setelah Arif sama Adel menjauh.
"Ya iyalah, nyokap gue sama nyokap Adel itu temenan, satu arisan juga, karena gue sama Adel sama-sama sering ikut nyokap ke arisan, jadi akrab gitu."
"Oh," gue cuma bisa ber-oh ria sambil angguk-angguk.
Gue jalan-jalan sambil menyapa anggota keluarga gue yang datang malam itu. Ya walaupun itu acaranya Devi, seenggaknya keluarga besar gue jadi kumpul bareng.
Waktu gue lagi nyobain beberapa makanan yang disediakan, tiba-tiba Adel deketin gue, dan nggak gue sangka dia numpahin minumannya ke baju gue.
Nggak tau kenapa, gue jadi naik darah waktu itu. Gue udah habis kesabaran sama Adel.
"Del, cukup ya! Lo mau apasih?" kata gue dengan nada tinggi.
Dan tiba-tiba Arif datang.
"Kenapa sih ini?" tanya Arif.
"Ini sayang, akukan nggak sengaja numpahin minuman ke-"
"Bohong!" gue langsung buru-buru potong omongannya Adel, enak aja sok nggak sengaja, "dia sengaja numpahin minumannya ke gue Rif!" sambung gue.
"Na, kenapa sih lo? Jelas-jelas dia bilang nggak sengaja!" kata Arif ngebentak gue.
"Rif, lo nggak percaya sama gue?"
"Jelas! Mana mungkin sih Na? Mana mungkin Adel jahat sama lo?"
"Terserah lo deh Rif! Gue muak!"
Gue akhirnya buru-buru ninggalin pesta ulang tahun Devi. Untungnya gue baqa mobil sendiri, jadi gue bisa pulang tanpa nunggu apapun lagi.
Dijalan gue nangis sejadi-jadinya, gue kecewa banget sama Arif yang sekarang. Dia udah nggak percaya sama gue, dan dengan mudahnya percaya sama Adel. Gue nggak nyangka Arif tega nempermalukan gue kaya tadi seolah-olah gue yang mau jelek-jelekin Adel.
Gila!
Sesampainya gue dirumah, gue liat ada chat WA dari Adel.
Adel: Gimana acting gue na? Baguskan? Lo liat, Arif nggak percaya lagi sama lo! Jadi gue peringatkan lo ya! Jangan pernah ngusik gue sama Arif, atau lo bakal tau akibatnya!
Chat itu hanya gue read dan gue capture, lalu gue kirim ke grup WA gue dan ketiga temen gue.
Tisya: Dasar orang gila
Tasya: (2)
Rio: (3)
Tasya: SUMPAH GUE GEDEG BANGET LOH SAMA ADEL
Gue: GUE LEBIH GEDEG
Tisya: (2)
Rio: Gue bingung ya, Arif cinta dari sisi mananya sih sama Adel. Kalo cuma cantik doang sih nggak banget ya buat gue.
Gue: Yakan Arif udah buta.
Tasya: Gue jadi pengen ngomong kasar mulu deh kalo ngomongin Arif-Adel (:
Gue: (2)
Tisya: (3)
Rio: (4)
Chat itu terus berlanjut sampai gue dan tiga temen gue itu ngelantur ngobrol kemana-mana.
---
YAH, UNTUK HARI INI GW UP 3 PART YA WKWK, MAKLUMLAH, LAGI GABUT JUGA JADI MENDING GW NGERJAIN REVISIAN.
SEBELUM NANTINYA DATANG REVISI-REVISI DARI LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH GW, SEMOGA REVISI CERITA INI SELESAI SECEPATNYA YA, AAMIIN.
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...