UTS selesai! Akhirnya!
Setelah kejadian di cafe itu, gue maupun tiga sahabat gue itu semakin jauh sama Arif. Kami semakin tidak kenal dengan Arif yang sekarang, Arif yang baru, bukan lagi Arif kami.
Hubungan gue lebih membaik dengan Bayu, sahabat gue yang datang waktu ulang tahun gue waktu itu. Dia lebih sering menghubungi gue disela-sela rutinitasnya, kadang hanya untuk mengucapkan selamat pagipun dia lakukan.
Gue sudag mengatur rencana untuk melanjutkan kuliah ke Thailand, kebetulan Papah akan pindah tugas ke Thailand, dan bisa dipastikan gue akan melanjutkan kehidupan disana.
Sekolah gue lagi sibuk-sibuknya menyiapkan acara ulang tahun ke 21nya, dan perayaan ini akan menjadi ulang tahun sekolah terakhir bagi gue dan teman-teman seangkatan gue di SMA Merdeka ini.
Kelas gue sibuk dengan persiapan bazar untuk stand kelas, gue dan tiga teman guepun membantu menyiapkan makanan-makanan yang akan kami jual, dan kebetulan mamahnya Tasya dan Tisya mempunyai toko cheesecake yang lumayan hitz di jakarta, jadilah cheesecake itu dijual di stand kelas gue.
Setelah rapat kelas selesai, gue jalan ke arah kantin sendiri karena tiga teman gue masih sibuk di pembagiannya masing-masing.
Nggak sengaja gue papasan sama Arif dan Adel, dan lagi-lagi Adel numpahin minuman soda warna merahnya ke gue.
"Ups, yaampun Nana, gue nggak sengaja, aduh gimana nih, mau pakai baju ganti gue aja nggak?" ucap Adel sok baik.
"Nggak sudi gue."
Gue langsung menuju parkiran karena nggak mau berurusan sedikitpun sama yang namanya Adel dan Arif itu, dan untungnya gue emang menyediakan baju ganti seragam sekolah di mobil, jadi hari ini gue aman.
Setelah gue ganti baju di toilet, gue dapat chat dari Arif.
Arif: Belajar nggak kasar sama Adel bisa?!
Gue: Nggak usah ngatur gue!
Yang kasar sebenarnya siapa sih? Yang jahat sebenarnya siapa sih?
Setelah itu gue kembali ke kelas, gue liat Rio sudah selesai membantu pemasangan tenda stand.
"Na, lo jangan ikut campur urusan Arif sama Adel lagi ya, gue nggak tega. Biarin aja udah si Arif kayak gitu."
"Yo, gue udah nggak pernah ngusik mereka lagi kok. Mereka yang selalu cari gara-gara, dan lo tau itukan."
"Dan gue harap lo bener-bener jauhin Arif."
Gue diam sejenak, kenapa Rio kekeh nyuruh gue jauhin Arif?
***
Akhirnya ulang tahun sekolah tiba, gue dan teman-teman di kelas gue sibuk bergegas menata stand semenarik mungkin.
Ditengah acara, Tisya mengeluh pusing, awalnya Tisya gue suruh istirahat di dalam kelas. Tiba-tiba dia pingsan saat menuju ke kelas. Gue bergegas mengejar Tisya. Dari kejauhan gue sempat lihat Arif kayak mau nolongin Tisya, tapi selang sedetik kemudian Adel mengajaknya ke kantin, dan Arif mau, bego.
Rio dengan sigap mengangkat Tisya dibantu dengan beberapa anak PMR dan membawanya ke UKS. Tisya langsung ditangani oleh perawat jaga yang ada di UKS, sementara gue, Tasya, dan Rio menunggu di depan pintu UKS dengan cemas.
Nggak lama, Arif dan Adel datang.
"Tisya kenapa?" tanya Arif yang tiba-tiba peduli.
"Sakit kali," sahut Rio ketus.
"Lo kenapa sih Yo? Ketus banget sama gue," Arif mulai tersulut emosinya.
"Jangan ribut disini bisa nggak sih?!" ucap gue, "Del, sekarang juga bawa pacar lo ini jauh-jauh dari sini, cepet!"
Adel pun sok ngebujuk Arif untuk menjauh.
Dasar nenek lampir! Seketika hati gue ngomong kayak gitu.
Yaampun gue tadi kenapa sih.
"Nggak usah dipancing deh yo, lagian nggak guna berantem sama Arif," ucap gue.
"Gue nggak suka aja dia sok peduli sama kembaran gue kayak gitu," sambung Tasya, "nggak usah terlalu baiklah Na."
Gue menghela nafas berat. Gue pengen cepet-cepet lulus dari sini, bukan karena mau cepet pisah sama tiga sahabt gue itu, tapi gue mau cepet jauh-jauh dari Arif. Gue capek, gue idah males berurusan dengan hal apapun yang menyangkut Arif dan Adel. Gue udah bosen banget.
Beberapa menit kemudian, perawat jaga yang ada di UKS bilang bahwa Tisya sudah sadar, kami bertigapun langsung masuk ke ruang UKS.
"Lo kenapa sih? Gue khawatir tau nggak?" ucap Tasya kepada kembarannga itu.
"Nggak tau gue, kecapean doang sih kata perawatnya." Balas Tisya.
"Lo istirahat lagi aja deh Sya," saran gue.
"Lo mau titip apa Sya? Biar gue beliin di kantin. Mau cilok? Siomay? Batagor? Bakso? Atau Mie ay—"
"Gue mau ka Bara yo, hehe." Tisya langsung menginterupsi tawaran Rio.
"Itu sih lo yang mau, dianya enggak," sahut Rio.
"Pedes banget deh lo," timpal Tisya.
"Gue bukan cabe." Sanggah Rio.
"Tauah!" sahut Tisya.
Tisya dan Rio memang selalu kayak gitu, selalu ada yang mereka debatkan, apapun itu.
---
HALLO, LONG TIME NO SEE YA ((((:
INI UPDATE DI WAKTU YANG SUPER KEPEPET. BTW GW NGGAK BISA JANJI BAHWA BROKEN BAKALAN CEPAT SELESAI YA, KARENA UDAH MULAI BOLAK BALIK KAMPUS BUAT URUS SEGALA MACEM PADAHAL BELUM JADWAL KULIAH, HM.JANGAN BOSEN SAMA CERITA GW YA, HEHE :'>
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...