"Iya, ini gue," sambungnya sambil melemparkan senyumnya untuk gue.
Bayu, ya dia Bayu.Sahabat di masa kecil gue yang dulu rumahnya ada di samping rumah gue. 5 tahun yang lalu dia pindah ke Thailand karena ayahnya pindah tugas ke sana.
5 tahun yang lalu, dia pindah tanpa pamit ke gue. Waktu itu gue pulang sekolah, gue teriak-teriak manggil Bayu di depan rumahnya, gue bingung kenapa dia nggak masuk sekolah hari itu. Nggak lama, mamah gue datang, dan mamah bilang kalo Bayu udah pindah ke Thailand jam 10 pagi saat gue masih di sekolah.
Gue mulai saat itu coba cari-cari kontak Bayu, tapi nihil. Nomor hp Bayu pun sepertinya tidak akan aktif lagi mengingat pasti Bayu akan memakai nomor hp di wilayah sana.
Gue cukup kecewa saat itu, kenapa dia nggak pernah bilang sama gue kalau mau pindah, dan ninggalin gue.
"Na, sorry," ucap Bayu sambil mengambil tangan gue.
"Nggak apa-apa Bay, gue ngerti."
"Gue tau lo kecewa karena gue nggak bilang kalau mau pindah."
"Sekarang, lo mau jelasin?"
"Iya," Bayu menghela nafas, "jadi waktu itu, gue juga nggak di kasih tau bakal pindah ke Thailand, sampai pagi dihari keberangkatan gue. Mamah cuma nyuruh gue siap-siap dan bilang kami mau pergi jauh. Gue nggak tau sama sekali Na."
"Yaudah nggak papa Bay, toh lo sekarang datang ke sini. Makasih ya."
"Masih suka banget bilang makasih ya lo Na," sahut Bayu dengan senyum mautnya.
Pesta ulang tahun gue berjalan ramai, damai, dan tanpa gangguan dari Arif dan Adel.
Selesai pesta, mamah gue nawarin Bayu untuk menginap dirumah gue, tapi Bayu tolak karena ia sudah memesan hotel.
Besoknya,gue diajak jalan-jalan sama Bayu.
"Gue besok pulang ke Thailand lagi Na," ucap Bayu tiba-tiba saat kami melahap makan siang di salahsatu rumah makan dekat komplek.
"Loh?"
"Ya gue nggak bisa lama disini, tapi gue bakal usahain buat ketemu lo lagi suatu saat. Gue nggak bakalan jauh-jauh dari lo kok Na."
"Thailand sama Indonesia nggak deket Bay."
Bayu membalas dengan cengiran khasnya."Tapi gue yakin kita bakal ketemu lagi kok Na."
Jadilah seharian gue sama Bayu keliling Jakarta untuk sekedar mencicipi beberapa jajanan khas yang sudah lama tidak dicicipi Bayu.
Keesokan harinya, sebelum gue berangkat sekolah, Bayu mampir ke rumah gue untuk berpamitan. Gue sedih karena baru aja gue ketemu sama Bayu yang selama ini gue tunggu-tunggu dan gue cari-cari, sekarang dia sudah mau pergi lagi.
Yah, tapi seenggaknya Bayu udah ngasih gue penjelasan dari apa yang gue pertanyakan selama 5 tahun terakhir ini. Dan Bayu sudah menghilangkan sedikit rasa kangen gue sama dia.
Pagi itu, Bayu memeluk gue, erat. Seketika kenangan masa kecil gue dan Bayu terlintas. Dulu, gue suka diajari Bayu naik sepeda, Bayu juga sering mengajak gue mancing di kolam pemancingan komplek, dan kalau gue ngambek Bayu paling bisa ngebujuk gue dengan cokelat favorit gue.
Bayu sekarang sudah berbeda, semakin dewasa, dan semakin ... Tampan. Ya. Yang sama hanyalah aroma tubuh Bayu yang masih saja sama. Dan sifat menenangkannya kalau gue lagi deket sama dia. Sejenak, beban gue seperti hilang gitu aja saat gue ada dipelukan Bayu. Ketenangan yang diberikan Bayu, cukup untuk memperbaiki mood gue yang berantakan akhir-akhir ini.
"Gue pamit ya Na, gue sayang sama lo," ucap Bayu sambil mengacak rambut gue dengan lembut.
Gue mematung sejenak, lalu tersadar beberapa detik setelahnya.
Setelah itu, Bayu dan gue buru-buru ke tempat tujuan masing-masing, gue menuju sekolah, dan Bayu menuju bandara, berbeda arah.
Bayu sukses membuat gue berbunga-bunga hari ini, gue nggak bisa berhenti senyum-senyum sendiri kalau mengingat 1,5 hari gue bersama bayu.
"Ih Bayuuuuu! Baju aku kotor." Rengek gue waktu itu.
"Yah maaf, nggak sengaja, bener deh."
"Kamu sih ngajak main di deket kolam ikan, kena lumpur nih!"
"Yaudah, Nana mau apa? Mau cokelat?"
"Mauuuuuu."
"Woy, ngelamun sambil senyum-senyum sendiri, bahaya," ucap Rio yang tiba-tiba membuyarkan lamunan gue tentang masa lalu gue dan Bayu.
"Eh lo Yo," sahut gue sambil nyengir kuda.
"Ngelamunin siapa lo? Cowok yang datang di ulang tahun lo? Siapa itu namanya? Gue lupa."
"Bayu."
"Nah iya, lo ngelamunin dia?"
"Hehe."
"Yaelah, seberapa spesial sih dia Na? Sampai bikin lo kayak orang gila gini."
"Eh gue waras kok Yo," sahut gue sambil menepuk pundak Rio, "dia lebih spesial dari apapun, dia cinta pertama sekaligus cinta monyet gue waktu SD, hahaha."
"Hah?"
"Yaudah sih, ayo ke kelas! Buruan Yo!"
-----
HALLOOOO, GW KEMBALI LAGI NIH, APAKABS SEMUA?
OH IYA, GW BARU UPDATE KARENA EMANG BEBERAPA HARI GW JADI HECTIC PERSON DENGAN MOOD YANG JUGA BERANTAKAN.
DAN INI SATU PART DARI GW, SEMOGA NGGAK MENGECEWAKAN YA.
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O K E N
Teen FictionCinta, belum ada kalimat yang bisa menjelaskan kepada Nana apa definisinya. Setelah jatuh cinta diam-diam, dipatahkan hatinya secara terang-terangan, lalu mendapat cinta yang lain, kemudian dipatahkan lagi, barulah Nana sadari, bahwa cinta tidak pe...