#37

1.7K 57 2
                                    

***

"Arya! Arya! Ih budeg. Tungguin gueeee!" Alea berlari sepanjang koridor. Mencoba untuk menyamai langkah Arya yang tidak juga dapat ia kejar.

"Ya!"

BRAK.

Langkah Arya yang berhenti tiba-tiba membuat Alea langsung menabrak sosok cowok itu yang masih berdiri membisu.

"Kalo mau ngerem tuh bilang-bilang, kek," gerutu Alea.

"Apaan, sih?"

"Dih. Tumben banget jutek, Mz. Kenapaa?"

"Gue gak apa-apa."

Ucapan Arya yang terkesan sangat ketus membuat Alea semakin penasaran akan dirinya.

"Pasti lagi ada masalah. Ya, 'kan?"

"Nggak, Lea."

"Yaudah kalo nggak coba sini senyum."

Arya membalikkan badannya dan melemparkan senyum kecut pada Alea.

"Tuh 'kan bohong. Pasti lagi ada masalah."

"Alea Candrawinata, gue lagi gak pengen debat. Diem aja udah."

Merasa usahanya tidak berhasil, ia pun melancarkan rencana keduanya.

"Yaudah!"

Alea melenggangkan kakinya menjauh dari Arya yang langsung duduk di kursi kosong dekat ruang musik.

Tak lama kemudian, terdengar suara petikkan senar gitar yang begitu beraturan membuat nada.

Terdengar suara intro yang dibuka dengan nada sendu.

Beberapa detik kemudian, lirik lagu mulai terdengar.

"...Didalam sebuah cinta, terdapat bahasa yang mengalun indah mengisi jiwa. Merindukan kisah kita berdua. Yang tak pernah bisa akan terlupa.."

Mendengar suara yang tidak begitu asing baginya, ia langsung bangkit dari duduknya. Berjalan perlahan menuju ruang musik. Dimana disana sudah ada sosok gadis yang dengan lihainya memetik senar gitar yang ada ditangannya.

"...Bila rindu ini, masih milikmu. Ku hadirkan sebuah, tanya untukmu. Harus berapa lama, aku menunggumu.. Aku menunggumu.."

Dari kejauhan, laki-laki itu memperhatikan gadis yang kini menjadi sahabatnya dengan seksama. Mendengarkan suara merdu yang dilantunkan oleh gadis itu.

Dengan bantuan iringan gitar lainnya, Pak Dadang juga berhasil memukau dan menarik perhatian Arya.

Arya berdiri diambang pintu sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Sepersekian menit kemudian, senyumnya mengembang.

Setelah lagu habis, ia menepukkan kedua tangannya membuat suara sorak sorai.

"Cie. Jadi, sekarang lo sama Pak Dadang, Lea?"

Alea menaruh gitar pada tempatnya dan berbalik ke arah Arya yang masih menyeringai padanya.

"Ya abisan lo gitu, jutek. Yaudah gue nyanyi sama Pak Dadang aja. Ya gak, Pak?' ujar Alea sambil menyenggol siku tangan Pak Dadang pelan.

"Iya, Neng. Atuh si den Arya teh jangan galau-galau. Kasian neng Alea kesepian."

Sejurus kemudian, mata Alea mendelik.

"Neng? Yailah cewek pecicilan kayak dia mah gak pantes dipanggil Neng, Pak. Haha," ledek Arya diikuti dengan suara tawa yang menggelegar.

Alea hanya diam sambil tersenyum.

Akhirnya, tawa yang ia rindukan sejak tadi pun muncul juga.

Ada perasaan bahagia ketika ia tahu bahwa; Arya tertawa karenanya.

Love is simple.

Bahagia saat kita tahu ia pun bahagia dan alasannya adalah kita.



TAKE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang