Prilly mengernyitkan dahinya bingung. Tidak biasanya mereka diselimuti keheningan seperti ini.
"Kok diem sih?" Prilly memberanikan diri bertanya.
Ali diam.
"Alii," panggil Prilly dengan suara yang ia buat-buat, suara kesukaan Ali.
Dan saat Ali tak mempedulikannya, ia mencolek-colek lengan kekasihnya itu, dan mencubit pipinya dengan keras.
Ali tetap fokus pada jalanan, mencuekkan Prilly yang mengembungkan kedua pipinya.
"Kamu, mah! Ada cewek cantik nan imut tapi rada gendut di sebelah kamu malah dianggurin kayak kertas ulangan yang dijadiin bungkus gorengan," kata Prilly.
"Lah. Tadi lo bilang mau pake sepatu, gimana sih," balas Ali tanpa melirik ke arah Prilly sedikitpun.
"Kan udah selesai, Alii. Ih. Gemes deh aku sama kamu. Pengen nyunat kamu dua kali, jadinya," kata Prilly, membuat Ali memutar kedua matanya.
"Sunat aja kalo berani," kata Ali sambil tersenyum jenaka.
"Au, ah. Bete aku sama kamu," kata Prilly seraya mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di dada.
"Lo bawa baju kan?" kata Ali memastikan.
Prilly melihat Ali dari sudut matanya lalu memalingkan pandangannya ke jendela mobil Ali.
"Cie, ngambek," kata Ali sambil menusuk-nusuk pinggang Prilly -kelemahan pacarnya.
"Apaan, sih," kata Prilly berusaha seketus mungkin, mengabaikan perasaan geli di sekitar pinggangnya akibat Ali.
Ali tak tinggal diam, ia mencubit pipi gembul Prilly, ia mengetuk-ngetuk -iya, mengetuk-ngetuk seperti mengetuk pintu- jidat Prilly, ia bahkan mengapit hidung mancung Prilly dengan ibu jari dan telunjuknya.
Namun semua itu tak membuat bibir Prilly mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan sebuah gumaman saja tidak.
Ali mendapat sebuah ide, ia menjulurkan tangan kirinya ke belakang, sementara tangan kanannya tetap pada kemudi mobil. Ia mencari-cari letak tas Prilly, lalu mengambilnya.
Ali merogoh-rogoh tas Prilly yang berisikan pakaian. Ali yang menyuruhnya untuk membawa pakaian.
"Hm... Let's see...." batin Ali sambil melirik ke arah Prilly yang tak memalingkan pandangannya dari jendela mobil.
Ali sibuk sendiri, begitu juga Prilly. Prilly bahkan nampak tidak peduli tasnya diacak-acak oleh kekasihnya itu.
Namun tak lama kemudian saat tawa Ali menggelegar memenuhi mobil, Prilly menoleh ke arahnya dan mendapati Ali memegang... celana dalamnya.
Prilly diam melongo. Mulutnya terbuka, matanya seperti ingin keluar. Dipandanginya Ali yang masih memegang celana dalamnya itu sedang tertawa terbahak-bahak.
"Ali!" teriak Prilly kesal. "Siniin!" lanjutnya, masih berteriak.
Prilly berusaha mengambil celananya tersebut, namun gagal karena Ali berhasil menahan tangannya.
"Celana dalem lo lucu juga. Udah ada renda, ada pita lagi," kata Ali lalu lanjut tertawa, hampir sama keras dengan sebelumnya.
"Ali!" teriak Prilly lebih keras. "Kamu, mah!"
"Warna pink!" seru Ali, lalu seperti biasa, tertawa lagi.
"Au, ah. Malesin punya pacar kayak kamu," kata Prilly, membuat Ali menoleh.
"Iya, deh. Nih, nih. Dibalikin. Tapi masukkin sendiri, ya. Udah ijo tuh lampunya," kata Ali sambil menyerahkan tas Prilly yang isinya sudah tak teratur lagi.
"Punya pacar nyebelin banget, sih. Untung cinta. Kalo engga dari kapan tau udah aku putusin, kali," gumam Prilly.
⚫⚫⚫
Mereka kini sedang bersantai di apartemen milik Ali. Agak jauh memang dari rumah Prilly. Dan ditambah dengan kemacetan kota Jakarta di sore hari membuat mereka semakin lama tiba di apartemen Ali.
Prilly meletakkan kepalanya di paha Ali, kakinya ia biarkan menggantung di ujung sofa. Sementara Ali hanya memperhatikan Prilly yang asik menonton dan memainkan rambutnya.
"Gue sayang banget deh sama lo, Prill. Gak siap kalo kita harus kuliah. Mana lo katanya mau kuliah di luar, tar gue kesepian," kata Ali tiba-tiba.
Prilly membalikkan badannya, menjadikan kepalanya lurus menghadap langit-langit ruangan. Namun sesaat kemudian ia menoleh sedikit, sehingga dapat melihat wajah Ali.
Tangan Ali masih memainkan rambut Prilly, sesekali mencubit pipi atau hidung Prilly.
Prilly menatap Ali, sambil tersenyum.
"Kita masih bisa Skype. Lagian aku gak tau jadi atau engga," kata Prilly lalu membalikkan badannya menghadap TV lagi.
Ali tersenyum dan kembali memainkan rambut Prilly, sesekali mengelus pipi atau kepalanya.
Dan Prilly suka itu. Prilly suka saat Ali memainkan rambutnya, saat Ali mencium keningnya, atau saat ia bangun di pagi hari Ali telah siap dengan wadah berisi air dan juga handuk untuk membasuh muka Prilly.
Prilly tersenyum saat merasakan sentuhan halus tangan Ali. Ia mengantuk, dan tanpa sadar ia telah tertidur.
Ali merasakan deru nafas teratur dari tubuh Prilly, dan ia yakin Prilly tertidur. Ali mengeluarkan ponselnya lalu memotret Prilly yang sedang tertidur di pahanya, lalu menggugahnya di akun Instagram miliknya.
Setelah itu ia menarik selimut miliknya yang ia sampirkan di tangan sofa lalu ia pakai. Prilly sudah mengenakan selimut sedari tadi. Ali menundukkan kepalanya, mengelus kepala Prilly, mengecup dahi, hidung, dan kedua pipi Prilly lalu berbisik, "gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Mimpi yang indah, ya. Sekali lagi, gue sayang sama lo."
Dan Ali pun ikut tertidur dengan tangan berada di kepala Prilly.
《《》》《《》》
Di mulmed ada foto Prilly yg tiduran di paha Ali sama caption yang Ali tulis. Btw, maaf kalo part ini terlalu gimana gitu. Hehe. Dan, itu editan ya mulmednya.
P.S : Aku baper nulis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
B S R
FanfictionSatu sekolah, pacaran, lulus, beda sekolah. Gimana, tuh? Untungnya, mereka saling percaya. Tapi kalau begitu, konfliknya apa?