Bagian 9

10.4K 1K 16
                                    

Ali mengecup puncak kepala Prilly dengan lembut, dan mengelus punggung kekasihnya itu. Ia tersenyum dan menempelkan pipinya di kepala Prilly.

"Laper, gue," kata Ali. "Makan, kuy."

"Yah, aku udah makan. Aku masakin, gimana?"

"Boleh, boleh!" seru Ali semangat. "Mau, mau, mau! Gue kangen masakan lo!"

"Masakannya doang? Orangnya enggak?"

"Orangnya juga, deh, biar seneng."

Prilly memutar kedua bola matanya, membuat Ali tertawa.

"Yuk."

Ali merangkul bahu Prilly dan mereka berdua turun beriringan. Prilly melingkarkan tangan kirinya di pinggang Ali dan sesekali tertawa karena candaan yang dilontarkan kekasihnya itu.

"Kamu mau apa? Biar Chef Prilly yang masakin!" seru Prilly sambil memakai celemek Doraemon kesayangannya.

"Apa, ya? Aku lagi pengen pasta-pasta gitu, tapi gak cocok buat siang bolong gini. Apa aja, deh. Yang penting enak."

"Oke! Silahkan Tuan Ali tunggu di ruang tamu, biar chef yang masakin!" Prilly mendorong Ali ke arah ruang tamu, lalu berlari kecil ke dapur.

Ali hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu duduk di salah satu sofa di ruang tamu. Itulah kebiasan Prilly kalau Ali ke rumah, mengusir Ali ketika akan memasak.

Ali selalu menunggu Prilly dengan menghabiskan waktunya berjelajah di sosial media, dan Prilly tidak mempermasalahkannya.

"Ali!" teriak Prilly. "Udah, nih!"

Ali meletakkan ponselnya di saku, lalu berlari kecil ke ruang makan, tempat Prilly selalu berteriak ketika makanan telah siap.

"Tada! Makanan ala Prilly sudah siap!" seru Prilly sambil merentangkan tangannya ke arah makanan yang tersusun di atas meja, membuat Ali terkekeh.

Ali langsung duduk di salah satu bangku, menatap sepiring makanan yang dibuatkan khusus oleh Prilly untuknya.

"Apaan, nih?"

"Ya... aku juga gak tau namanya, sih. Jadi tadi aku goreng telur, terus gosong sedikit, yaudah aku orak-arik aja. Terus aku inget ada sosis, yaudah aku potong-potong terus masak. Terus kan ada bekas menteganya gitu kan, jadi aku campur aja nasinya biar anget dikit. Nasi kemaren soalnya," jelas Prilly dengan polosnya.

"Enak gak, nih?"

"Wets, ya enak, lah! Bikinan aku!"

"Awas, ya, kalo sampe gak enak! Gue... gue apain, ya?"

"Daripada kamu ngoceh gak jelas, mending makan dulu, deh. Lama-lama aku laper ngeliat makanannya. Jadi daripada keburu abis sama aku, mending kamu makan."

"Iya, iya, bawel." Ali mencubit hidung Prilly sebelum kedua tangannya sibuk dengan sendok dan garpunya.

Prilly mengerucutkan bibir mungilnya sambil mengusap-usap hidungnya yang agak memerah.

Ali menghabiskan makannya dalam diam, namun tetap mendengarkan celotehan Prilly tentang sekolah dan teman-temannya.

"Bayangin, deh. Coba kamu jadi aku, kamu kesel, kan, kalo digituin? Aku dari kemaren udah nahan banget biar ga laporin dia ke BK! Liat, aja, kalo sekali lagi dia kaya gitu, aku laporin ke kepsek sekalian! Hih!"

Ali hanya manggut-manggut mendengar celotehan rewel Prilly yang sudah didengarnya lebih dari tiga kali itu.

"Ali! Kok kamu diem aja, sih! Ngomong dong!"

Oke, tampaknya Prilly lupa bahwa saat Ali sedang makan, ia hanya fokus pada makanannya, bukan siapapun yang ada di dekatnya.

"Ah, gak asik cerita sama kamu pas kamu lagi makan. Aku dicuekin." Prilly mengembungkan pipi tembamnya dan melipat kedua tangannya di dada, menatap Ali dengan jutek.

Ali mengelus perutnya setelah perutnya itu terisi sempurna. Ia menatap Prilly yang tampak jutek, lalu terkekeh pelan. Ali meletakkan piring yang tadi digunakannya, lalu menarik bangku agar lebih dekat Prilly.

"Dih, ngambek. Jangan ngambek, dong. Nanti sore kita jalan-jalan, deh, ya? Nanti gue beliin balon sama permen. Balonnya yang bisa terbang, deh."

"Aku bukan anak kecil!" protes Prilly.

"Tapi tingkah lo kayak anak kecil," kata Ali. "Dan gue suka," lanjutnya jail.

Ekspresi Prilly perlahan berubah, kedua pipinya merona malu.

"Ah, najis. Digodain dikit doang udah blushing. Gimana lo nikah sama gue coba," ucap Ali, kedua bola matanya memutar.

"Oh, kamu gamau nikah sama aku? Oke."

"Ih, baper. Kan bukan gitu maksud gue. Lo aja digodain dikit blushing, apalagi kalo lo nikah sama gue. Bisa-bisa lo blushing tiap menit."

"Lebay, ah, kamu."

"Kok jadi gue yang dibully, sih."

"Biarin, sekali-kali! Wee," goda Prilly.

Ali yang gemas langsung mencubit kedua pipi Prilly sangat kencang, membuat Prilly memukul kedua lengan Ali.

"Sakit!" seru Prilly sambil mengusap-usap kedua pipinya.

"Abis gemesin," kata Ali dengan wajah polosnya, membuat Prilly tersenyum malu.

"Prill, nonton, yuk. Udah lama gak ke bioskop kita. Abis nonton gue ajak lo ke tempat kesukaan gue."

"Kan tempat kesukaan kamu udah pernah aku datengin semua."

"Yang ini belom," Ali tersenyum. "Yuk?"

"Aku siap-siap dulu, ya. Kamu tunggu sini."

Prilly pergi ke kamarnya dan bersiap-siap. Ia mengenakan kaos putih polos, outwear hitam, celana hitam, dan sepatu putih.

"Cantik banget, sih. Tumben."

"Aku cantik setiap saat, tau."

"Idih, pengen muntaber gue dengernya."

"Ali, kamu, ih. Gajelas tau, ga!?"

"Gajelas gini tetep sayang, kan?" goda Ali.

"Terserah kamu, deh, ya. Udah, ah, ayok."

Ali menggamit lengan Prilly, lalu mengajaknya pergi meninggalkan rumah Prilly.

《《》》《《》》

Hola! Masih ada yang nungguin?  Alhamdulillah, aku udah kelar UN. Semoga hasilnya bagus, ya! Kalian yang UN SMP/SD juga! Aamiin. Jadi, aku bisa sering2 update sekarang! Hehe! Terus kalo gaya bahasa part ini rada beda dari sebelum2nya maklumin, ya. Udah jarang nulis cerita begini, nih. Hehe.

Btw, baca ceritanya aaprillyaa judulnya "Want You"! Cek worksnya yuk, atau ini linknya : http://my.w.tt/UiNb/gRDq828amt.

Terus, baca juga ceritanya aplaliandoprilly yang judulnya "Priceless", ini linknya : http://my.w.tt/UiNb/059cHDabmt.

Thank you dan maaf lama update cerita ini! :)

B S RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang