Bagian 7

14K 1.1K 28
                                    

Hari Senin. Hari kesukaan Prilly. Ada pelaharan musik, dan juga bahasa. Sekolahnya jarang mengadakan upacara, alasannya satu; tidak ada ekskul Paskibra, dua; tidak ingin membuat murid-muridnya membenci hari Senin.

Sementara untuk Ali, Senin adalag hari sial. Senin dua minggu yang lalu, seseorang menumpahkan minuman secara tidak sengaja di seragamnya. Minggu lalu, ia dihukum lari keliling sekolah dengan menggunakan rok dan juga high heels.

Prilly menghempaskan tubuhnya di kasur. Hari ini ia pulang lebih cepat, ia merasakan pusing di kepalanya. Semalam ia tidak bisa tidur, ditambah sejak kemarin ia demam.

Prilly memejamkan matanya, tangan kanannya memijat pelipisnya. Ia kemudian bangkit lagi, dan mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumahan. Kaus hitam dan juga celana pendek putih.

Prilly berniat menghubungi Ali lewat aplikasi LINE, namun Ali belum pulang pada jam 10 seperti ini. Ia pulang pukul 12. Dan sekolah Ali tidak memperbolehkan murid-muridnya membawa ponsel berkamera. Yang berarti Prilly harus mencari kesibukan lain selama dua jam lamanya.

Pikirannya tertuju pada menonton sebuah film. Ia mengambil kumpulan kaset yang berada di meja, lalu mulai memilah kaset mana yang akan ditontonnya.

Horror? Big no.

Romance? Disgusting.

Humor? Comedy? Don't want to.

Action? Nah.

Dan berbagai komentar lainnya muncul di benak Prilly. Sudah hampir setengah jam ia membongkar koleksi kasetnya, dari film lama sampai film terbaru, namun ia tak menemukan satupun yang ia anggap menarik.

Hingga ia memutuskan untuk mendengarkan lagu dari handphonenya. Ia mengambil earphone dan mulai mendengarkan lagu sambil bersenandung ria.

Hingga, sebuah notifikasi LINE muncul. Dari seseorang yang tidak ia kenal.

Arthantyka sent you a photo.

Prilly membukanya. Meskipun ia tidak mengenal perempuan itu, namun ia penasaran foto apa yang dikirim olehnya.

Prilly menahan nafas saat melihat apa yang dikirim oleh perempuan itu. Foto Ali bertatap mata dengan seorang perempuan. Lebih tepatnya foto Ali merangkul pinggang seorang perempuan yang hampir jatuh dan mata mereka berdua bertemu.

Arthantyka : mampus ali sama cewe lain wkwk

Begitu katanya. Prilly langsung memblokir perempuan tersebut. Namun, ia sempat menyimpan foto itu. Prilly tertawa sinis dalam hati. Ia pun kembali mengikuti alunan musik yang membuatnya terlelap.

⚫⚫⚫

Malam tiba. Ali dan Prilly sedang bervideo call ria. Rutinitas setiap malam.

"Masa, ada cewe namanya Arty... Arty apa gitu ngirim aku foto," kata Prilly. Ia mengambil ponselnya dan menunjukkan Ali sebuah foto. "Foto itu."

Wajah Ali berubah tegang. Ia takut Prilly akan... marah.

"Sumpah, gue bisa jelasin. Gue cuma nabrak dia, terus dia mau jatoh gitu kan, nah terus gue dengan ala-ala-sinetronnya sok-sok nangkep dia gitu. Yaudah deh, gue gak sengaja natap mata dia. Tapi gue ngeliatin dia begitu cuma buat ngehargain doang, kok. Aslinya mah, ogah. Mana di matanya tadi ada belek, lagi," kata Ali panjang lebar.

"Oh, gitu."

"Prill, sumpah, gue gak selingkuh. Beneran, dah. Kalo gue selingkuh besok gue sunat dua kali," ucap Ali dengan nada memelas.

Prilly hanya meresponnya dengan tertawa.

"Kok ketawa sih, lo?"

"Abis kamu lucu," kata Prilly. "Aku gak marah, kali. Santai aja. Kan aku percaya sama kamu. Di sebuah hubungan kalo gak saling percaya, hubungannya mau jadi apa?"

"Tapi kan, gue jadi gak enak," kata Ali. "Gue takut lo marah, gue takut lo ngira gue selingkuh, gue takut lo bakal mutusin gue, gue takut lo nangis gara-gara gue."

"Gapapa," kata Prilly. "Banyak kali, yang ngirim begituan ke aku. Aku sampe bikin folder sendiri buat foto-foto itu."

Ali diam. Berapa banyak perempuan yang sudah ia tabrak dan tertangkap kamera?

"Tapi aku baru cerita sekarang aja, pengen liat respon kamu. Nanti kalo kita ketemu, kalo aku inget, aku bakal tunjukkin foldernya, ya."

"Iya, terserah lo aja. Gue mah ngikut wae," kata Ali.

"Ada cerita sial gak, hari ini? Kan Senin hari sial kamu," kata Prilly, lalu terkekeh pelan.

"Ada. Anjing banget. Jadi kan, gue lagi ngobrol gitu, nah terus gue dipanggil ke depan kan, gara-gara ngobrol. Nah, gue disuruh ngerjain soal, tuh. Gue gak bisa, anjir. Terus gue disuruh bersihin kantin besok, pulang sekolah. Dan parahnya, gue gak boleh mungutin sampah pake sapu, pake tangan, anjir, disuruhnya. Emang nih, temen-temen gue pada kayak tai. Yang ketawa mereka, yang dipanggil gue."

Prilly tertawa kencang. Membuat Ali cemberut.

"Kok lo malah ketawa? Lo tuh, seharusnya bilang, 'Yang sabar ya, Ali Sayang.' Gitu," kata Ali dengan mulut mengerucut.

"Yang sabar ya, Ali Sayang," kata Prilly, lalu tertawa kencang. "Geli aku, ngomongnya."

Ali selalu bisa menjadi mood boosternya. Tadi, ia pusing sampai malas bangun dari kasur. Sekarang, ia berguling-guling di kasur karena tertawa terlalu kencang.

"Tidur, woy. Udah mau jam setengah duabelas," ucap Ali.

"Males, ah. Bentar lagi, deh, bentar lagi," kata Prilly.

"Nyanyiin, gue mau tidur sekarang," pinta Ali. "Ya ya ya?"

Prilly mengangguk, lalu duduk bersila di depan layar. Ia sedikit menaikkan layar agar wajahnya terlihat jelas.

Climb on board
We'll go slow to high tempo
Light and dark
Hold me hard and mellow

I'm seeing the pain, seeing the pleasure
Nobody but you, 'body but me, 'body but us, bodies together

I'd love to hold you close
Tonight and always
I'd love to wake up next to you
I'd love to hold you close
Tonight and always
I'd love to wake up next to you

So we'll piss off the neighbours
In the place that feels the tears
The place to lose your fears
Yeah
Reckless behavior
A place that is so pure, so dirty and raw

Be in bed all day, bed all day, bed all day
F***ing in, fighting on
It's our paradise, and it's our war zone
It's our paradise, and it's our war zone

Prilly menghentikan nyanyiannya dan tersenyum saat melihat Ali sudah tertidur. Tak lama, ia pun memutuskan untuk tertidur. Ia meletakkan Mac-nya di meja yang berada di dekatnya, lalu ia tertidur. Tertidur bersama Ali.

B S RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang