Bagian 12

8.5K 905 13
                                    

Ali memarkirkan mobilnya di garasi rumah Prilly. Lalu, ia membawa kantung plastik berisi tiga buah Oreo kesukaan kekasihnya. Ia pun memasuki rumah dan melihat kedua orangtua Prilly yang terlihat sudah sedikit santai.

"Tante?" panggil Ali.

"Kenapa, Li?"

"Prilly udah bangun?" ucap Ali. Ia melirik ayah Prilly yang tampak tidak peduli kenapa Ali tidak bertanya padanya yang merupakan orangtua Prilly juga.

"Belom. Heran, tante. Biasanya dia gak kebablasan sampe jam 9 lewat 15 gini. Kamu bangunin, ya?"

Ali mengangguk, "Ali permisi ke dapur sebentar."

"Eh, tunggu. Kamu kenapa? Kok berantakan gitu? Mata kamu juga kenapa bengkak gitu, lagi?"

"Gapapa, Tante. Ali dari tadi udah kayak gini, kok. Tante gak sadar, ya?" tanya Ali yang dibalas gelengan singkat.

"Ali gak apa-apa, kok. Sekarang Ali permisi, ya, Oom, Tante."

Ali pergi ke dapur dan mengambil sebuah mangkuk. Ia mengambil gunting dan membuka salah satu Oreo yang telah dibelinya dan menuangkannya ke dalam mangkuk. Ia mengambil gelas susu tadi dari kulkas dan langsung pergi ke atas setelah melempar senyum kecil ke arah kedua orangtua Prilly.

Ia langsung pergi ke kamar Prilly, dan menendang kecil pintu kekasihnya itu.

"Prill? Ini udah mau jam stengah 10, bangun, woy!"

Tak ada jawaban.

"Prill kalo lo gak bangun dalam hitungan ke 20, gue balik nih!?" ancam Ali.

Terdengar suara kunci dibuka, lalu disusul oleh suara derit pintu.

"Akhirnya lo buka ju- Lo kenapa!?" Ali panik. Mata Prilly membengkak, hidungnya merah. Ali menunduk, meletakkan apa yang dibawanya, lalu menarik Prilly ke dalam kamarnya.

Ali duduk di kasur, begitu juga Prilly yang tidak juga membuka suara.

"Prill? Lo kenapa?" tanya Ali lembut, tangannya mengusap rambut Prilly dengan pelan.

"Tadi kan aku bangun, terus aku ke kamar mandi, eh aku... aku..." ucap Prilly terputus. Ia kembali menangis, membuat Ali memeluknya meskipun laki-laki itu heran.

"Aku jatoh," kata Prilly. "Sakit banget...."

Ali tertawa keras.

"Ih, kok ketawa!?"

"Abis lo udah sering banget jatoh di kamar mandi pagi-pagi. Mana lukanya? Mau dicium biar sembuh?"

"Di lutut," kata Prilly pelan.

"Tuh, kan, keseringan. Lukanya pasti di lutut, di lutut, di lutut. Untung cepet ilangnya," kata Ali, ia duduk di lantai, lalu melihat luka Prilly dan menciumnya lama.

"Bentar lagi pasti sembuh," kata Ali. Ia mendongak, memperhatikan Prilly yang tengah menatapnya.

"Kenapa?" tanya Ali heran.

Prilly menggeleng singkat, "gapapa. Kayak ada yang beda aja dari kamu."

"Kenapa? Gue jadi lebih ganteng?" Ali terkekeh, lalu teringat sesuatu dan menepuk keningnya.

"Kenapa, Li?"

"Oreo lo gue tinggal di depan! Kalo disemutin, gimana!?" tanya Ali panik. Ia langsung berlari cepat ke depan pintu dan mengambil segelas susu dan Oreo tadi.

"Ini dia! Sarapan spesial untuk perempuan terspesial!" ucap Ali.

"Wah, makasih, ya! Ali emang cowo paling top!" kata Prilly, mengacungkan kedua jempolnya ke arah Ali.

Tuhan, tolong berhentikan waktu. Tolooong sekali. Aku ingin menikmati momen ini, momen terakhir sebelum semuanya... berubah. batin Ali sambil menatap Prilly yang tengah makan sarapan paginya.

Ali hari ini kenapa, sih? Aneh banget! Gak biasanya diem kayak gitu, biasanya udah ngelawak sana-sini sampe aku keselek. Dia kenapa, ya? Prilly membatin seraya memakan Oreo pagi-nya.

"Prill, nanti sore gue balik, ya? Gue pengen ke rumah dulu, kangen sama nyokap. Gue udah lama gak ke rumah, lebih sering di apartemen," kata Ali. "Gapapa, kan?"

"Gapapa," kata Prilly. "Tapi kabarin aku, ya."

"Siap!" ucap Ali.

"Kamu keluar, gih. Aku mau mandi," usir Prilly secara halus.

"Yah, kok gue diusir?"

"Kan aku mau mandi, Ali Sayaaang."

"Yaudah, deh. Aku juga mau beresin baju aku," kata Ali. "Bye, bye. Ketemu nanti abis kamu mandi."

Ali mengecup kening Prilly, lalu keluar kamar Prilly dan pergi menuju kamar tamu. Sesampainya, ia langsung merebahkan dirinya di kasur dan memejamkan matanya. Ia memijit pelan pangkal hidungnya.

"Godness," ucap Ali pelan, lalu mendesah berat.

B S RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang