Bagian 8

11.7K 1.1K 29
                                    

Nanti pulang langsung pulang.
Jangan kelayapan.
Ada kejutan nungguin lo.

-Ali.

Itulah isi surat yang Prilly temukan di meja makan pagi ini. Surat yang membuatnya tak sabar menunggu bel pulang sekolah untuk berbunyi, padahal ia baru saja duduk di bangku sekolah sekitar duapuluh enam menit yang lalu.

Bibirnya tak berhenti menampilkan senyuman manis, kedua tangannya tak bisa berhenti bertengger di kedua pipinya, benaknya tak bisa berhenti berpikir apa kejutan itu.

Prilly sama sekali tidak bisa fokus pada pelajaran, padahal ujian sebentar lagi akan dilaksanakan. Pikirannya penuh akan kejutan, kejutan, kejutan.

Ia ditegur guru beberapa kali, bahkan ada seorang guru killer yang melempar pulpen miliknya ke arah Prilly karena Prilly melamun saat mata pelajarannya.

"Kamu ini! Mau belajar gak, sih!? Kalo enggak, keluar sana! Mana itu pulpen yang saya lempar mahal, lagi! Kalo pulpen dua ribuan sih gapapa, lah ini sampe lebih dari sepuluh ribu! Rugi bandar saya," curhat guru killer itu setelah melempar Prilly dengan pulpen.

"Lah, bu. Yang nyuruh ibu ngelempar pulpen ke saya siapa? Lagian, nih, ya. Yang ngelamun kan cuma saya, berarti yang gak dengerin cuma saya. Daripada ibu buang-buang waktu marahin saya, mending ibu ngajar aja, deh. Kasian yang lain, bu," balas Prilly.

"Iya, saya abis ini ngajar lagi. Abis ngehukum kamu, tapi," ucap guru itu dengan santai.

"Lah, kok saya dihukum?" seru Prilly. "Daripada saya dihukum ibu, mending saya ngehukum diri saya sendiri di kantin."

Prilly bangkit dan pergi keluar kelas. Sebelum pintu kelas tertutup sempurna, ia berteriak, "dah, ibu!"

Prilly pergi ke kantin. Prilly, Prilly. Kadang bisa menjadi orang baik, kadang bisa nakal minta ampun. Namun kepintarannya menyeimbangi sikapnya itu.

Ia duduk di salah satu bangku kantin, menyalakan lagu keras-keras. Beruntung oelajaran sedang berlangsung dan guru tidak ada yang mengawas di kantin.

Prilly baru selesai memesan minuman dan makanan saat Ali mengirimkannya pesan. Prilly tidak membalasnya, ia malah menelfon Ali.

"Ali!"

"Hai."

"Masa tadi aku mau dihukum, tau gak, sih? Gara-gara aku gak merhatiin. Masa gitu doang aku mau dihukum. Hih," cerocos Prilly.

"Mampus. Lagian, sih, lo. Ngelamun terus. Ngelamunin gue, yak? Kangen lo sama gue?"

"Ah, si Ali. Kalo nebak suka bener."

"Makanya, mending lo cabut aja, dah. Daripada ga fokus belajar. Yegak, yegak?"

"Dih, ogah aku. Aku gak mau nulis nama aku di buku dosa kalo ketauan cabut. Mending aku dihukum, deh."

"Prill, bel sekolah gue udah bunyi. Gue duluan, yak. Bye, love ya."

"Oke, de- Halo? Halo? Yah, dimatiin."

Prilly meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menatap makanan dan minuman yang ada di depannya.

Ia pun mulai menyantap makanan yang ia pesan tadi.

⚫⚫⚫

Bel pulang berbunyi, membuat Prilly yang barang-barangnya sudah rapi di dalam tasnya langsung bergegas keluar kelas. Beruntung pelajaran terakhir kali ini tidak ada guru, jadi tidak perlu membuang-buang waktu dengan berdoa, dan dipanggil sesuai absen untuk pulang. Prilly benci karena namanya diawali dengan huruf P.

Prilly bergegas pergi menuju parkiran mobil, dan dengan gerak yang sangat cepat, ia telah keluar dari wilayah sekolahnya, mengendarai mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi -beruntung jalanan tidak begitu ramai- menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah, Prilly memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke dalam.

"Non, ada paket buat non Prilly. Udah saya taro di kamar," ucap pembantu Prilly dari kecil.

"Makasih, bi!"

Prilly berlari ke kamarnya, membuat suara gaduh memenuhi rumah. Ia membuka pintu kamarnya, membanting pintu lalu membuang tasnya ke sembarang arah.

Di tengah-tengah kamar, di depan kasurnya, sudah ada box besar dengan bungkus berwarna biru. Prilly membuka bungkusan itu dengan tak sabaran, lalu membuka penutup boxnya.

"Ali!?" Prilly berteriak, dengan spontan. Prilly langsung tersenyum lebar dan berteriak sangat keras, membuat Ali menutup telinganya. Ali melompat keluar dan langsung berdiri di depan kekasihnya, dengan tangan merentang, membuat Prilly langsung berhambur ke dekapan Ali.

"Kejutan! Gue nginep di sini! Sekolah gue libur, coy. Gatau kenapa. Aneh amat, yak?" kata Ali.

Prilly merespon dengan mengeratkan pelukannya di badan Ali, membuat Ali tersenyum.

B S RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang