Hari ini aku, kak Lianna, dan Harry berencana mengunjungi Pantai Kuta yang katanya enak digunakan untuk surfing itu. Ekspedisi kami masih berlanjut sampai bisa menemukan mereka. Ya, walau yang paling excited di sini hanyalah aku dan kak Lianna saja. Tapi bagi Harry, aktivitas demikian dia bilang sih dapat mengisi waktu luang selama liburan di tengah sibuknya kuliah yang ia jalani semenjak menjadi seorang mahasiswa.
"Kita nanti mampir dulu ya di bank." Kata Harry
"Oke, tidak masalah." Jawabku tenang sembari memasang safety belt. Sekarang aku sengaja duduk di belakang dan membiarkan kak Lianna duduk mendampingi Harry di bagian kemudi. Bisa-bisa kalau duduk di sampingnya lagi, aku dan dia bertengkar seperti kemarin-kemarin.
Suara mesin mobil yang terdengar pertanda bahwa kami bertiga segera menuju lokasi wisata tersebut. Pikiranku melayang memikirkan pertemuan singkatku dan Calum di bandara Ngurah Rai beberapa waktu lalu. Kami sempat berpandangan sebelum si rambut merah menyuruh sahabatnya agar berjalan cepat karena penggemar semakin mengerubungi dan menghalangi jalan mereka. Aku belum menceritakan tentang ini pada kak Lianna. Dia pasti akan sangat kepo kalau aku mengatakan hal tersebut.
Mobil Harry berhenti kemudian kami semua turun. "Kamu nggak ikut masuk, Sha?" tanya Harry dan balasku hanya menggelengkan kepala. Dia gantian menatap kak Lianna. "Ngg—aku menemani Shasha aja."
"Lama ya, Harry?" tanyaku.
"Aku juga nggak tahu. Bank kelihatan ramai banget. Tapi aku harus mengurus ini secepatnya. Kalau kalian bosan nunggu, jalan-jalan aja di sekitar sini. Dan kalau aku sudah selesai, nanti aku hubungi kok."
Loh?
Kok jadi gini ceritanya?
Anying mah si Harry!
Eh tapi nggak apa-apa deh jalan-jalan bentar aja tanpa mobil juga kayaknya seru!
Aku tidak tahu urusan apa yang Harry lakukan di bank. Mungkin kaitannya sama kampusnya kali ya? Begitulah anak kuliahan. Oke, sekarang aku dan kak Lianna jalan kaki menyusuri daerah dekat bank ini. Kulihat di depan pertokoan ada beberapa sesaji yang diletakkan. Bali kan memang kental banget agamanya. Jadi kalau mengunjungi pulau ini sekiranya wisatawan harus hati-hati juga kalau tidak ingin terkena masalah.
Aku berhenti sejenak memandang kedua tali sepatu yang terlepas. Aku menyengir sedangkan kak Lianna memutar bola mata jengah.
"Hi, Kalian!" kulihat kak Lianna mengernyit.
"Kami?" jawab kak Lianna dengan menunjuk dirinya dan aku yang telah memasang tali sepatu.
"Cepat kemari!" aku dan kak Lianna saling menatap. Aku baru tersadar bahwa kami sedang berdiri di depan sebuah kantor agent. Ada apa ya perempuan ini memanggil kami?
"Ngapain masih berdiri di sana?!" aku tersentak lalu langsung menyeret kak Lianna mendekat ke cewek yang memanggil.
"Ini kunci mobilnya." Perempuan itu memberikan kami sebuah kunci mobil.
Eh?
Dia sakit jiwa ya?
Ngapain coba pake ngasih kunci mobil segala?
"Buat apa ini kuncinya?"
"Kalian kan yang bakal jadi tour guide pengganti Pak Jody? Maaf dia tidak bisa lanjut sampai beberapa hari ke depan karena harus menunggu anaknya di rumah sakit." Kak Lianna menerima kunci mobil yang diberikan.
Pak Jody?
Serius? Baru dengar namanya aja hari ini.
"Tapi, kita bu—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tour Guide (5SOS in Bali)
FanfictionShasha, seorang remaja high-school beserta sahabat internetnya yang bernama Lianna justru menghabiskan masa liburan mereka dengan berusaha menemukan empat cowok Australia yang berwisata ke Bali. Beruntunglah Shasha karena Harry, saudara sepupu yang...