Sanur Beach

32 3 0
                                    

Jarum jam pendek menunjuk tepat ke angka sepuluh, sedangkan jarum jam panjang mengarah ke angka tiga. Semalam, aku baru bisa sepenuhnya memejamkan mata sekitar pukul dua malam karena otakku masih saja kepikiran tentang masalah kemarin. Aku agak sangsi mengucapkannya kembali. Walau pikiranku tidak benar-benar segar, aku tetap harus melaksanakan tugasku. Tidak, maksudku, tugas kami. Tugasku dan tugas kak Lianna.

Kami berdua bersiap menuju mobil setelah menghabiskan sarapan. Sebenarnya tidak bisa dikatakan itu sarapan juga lantaran matahari saja sudah hampir naik. Kami agak telat menjemput 5SOS hari ini dan kak Lianna sudah mengabari Luke melalui pesan teks.

Jika kalian mengira bahwa mereka sedang dekat, jawabannya adalah benar. Beberapa waktu lalu semenjak aku bertemu dengan Luke di semacam rumah makan dan dia sepenuhnya mengetahui siapa aku dan kak Lianna, aku memberikan nomor ponsel sahabatku itu. Dan entah bagaimana Luke melakukan proses pendekatannya, dia perlahan sering berhubungan dengan kak Lianna melalui handphone masing-masing.

"hati-hati ya kalian berdua. Jangan bikin masalah." Ujar kak Harry dari luar kaca mobil memberi petuah setelah aku dan kak Lianna telah mengeluarkan mobil dari garasi rumah.

Aku mengangguk tanpa berniat membalas. Kak Harry menatap sahabatku. "Lianna, tolong awasin adik sepupuku ya? Dia agak ceroboh dan keras kepala kalau diberi tahu." Kuputar kedua bola mata jengah.

"Akan aku usahakan. Ak—"

"Yaudah sih ngomongnya kita ini udah telat, tahu. Tanpa kak Harry kasih tahu, kak Lianna udah ngerti sendiri. Ribet amat." Kupotong kata-kata lanjutan yang mau kak Lianna keluarkan.

"Lah ini anak dinasihatin juga."

"Iya—iya, kakak sepupuku yang paling tampan!" Aku tersenyum datar. Kak Harry mengacak-acak poni rambutku sembari tertawa kecil.

"Gombal aja kamu. Yaudah buruan gih pergi sebelum mereka ngamuk."

Kurapikan poni sebentar lantas mendorong tuas ke depan lalu menekan pedal gas. "Bye, Harry!" Ucap kak Lianna seorang melambaikan sebelah tangannya dan mendapat balasan dari kakak sepupuku itu.

"STAY SAFE YOU GUYS!" teriak kak Harry yang masih bisa kutangkap suaranya dari kejauhan.

"Jadi, tujuan destinasi kita ke pantai Sanur nih?" tanya kak Lianna keduakalinya. Padahal aku sudah menjawab pertanyaan yang sama sejak kami sarapan tadi. Dan untuk keduakalinya juga aku mengangguk.

"Sip! Aku juga belum pernah ke sana. Omong-omong, kamu beneran tahu jalannya kan?"

"Tenang aja lagi, kak. Aku pernah kok. Berdoa aja semoga aku nggak nyasar bawa mobilnya." Kak Lianna menjitak kepalaku. Kulirik dia memberikan senyuman sinis.

"Udah mau ditembak sama orang masih bisa ngeselin." Gerutunya dengan suara sangat kecil namun masih terjangkau oleh indera pendengaranku.

"Hah?!"

"Yaudah sih fokus nyetir."

Aku menggembungkan kedua pipi kesal.




***


Kami sampai di villa baru, tempat 5SOS menginap. Kali ini, aku meminta kak Lianna yang memanggil keempat bule Australia tersebut ke kamar mereka di lantai dua. Sudah kujelaskan, aku tidak akan membuang pulsa handphone hanya untuk menelepon mereka jika tidak dalam urusan mendesak. Seingatku, terakhir kali Luke memanggil, dia masih menggunakan provider dari negara asalnya.

Tour Guide (5SOS in Bali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang