Beratan Lake (Harry Joins)

53 6 0
                                    

Harry membuka pintu kamarnya setelah kesekian kali kuketuk. Dia muncul dengan tampang masam seperti tidak ada niatan untuk menjalani hari ini. Dia semakin membuka lebar pintu ini hingga aku dapat melihat seberapa berantakan kamarnya. Ini sungguh lebih mengerikan daripada kapal pecah. Kulihat dirinya dari ujung kaki sampai kepala dan hanya menggeleng ampun memiliki saudara sepupu sepertinya. Haruskah boxer dan kaus tanpa lengan cocok diperlihatkan kepada saudaranya? Untung saja yang melihat aku, bukannya kak Lianna.

"What the—"

"Oh diamlah, adik kecil! Aku sedang tidak mood untuk mendengar umpatanmu, oke?" ujarnya memotong ucapanku. Baiklah kalau begitu.

"Kau sedang tidak gila kan, Harry?" ekor mataku terus menelusuri seisi kamar saudaraku ini.

"Sayangnya kau benar! Aku sedang pusing dengan data administrasi yang harus kuserahkan ke kampus besok. Omong-omong ada perlu apa kau ke kamarku?" dia kembali mengotak-atik kertas-kertas semacam folio yang bergeletakan tidak teratur di kasur dan lantai. Aku jadi membayangkan jika aku kuliah apakah semenakutkan ini? kuharap sih tidak. Dan tenang saja! aku tidak akan mengambil program studi pariwisata saat masuk perguruan tinggi nanti.

"Aku butuh saranmu mengenai tempat apa yang harus kujajaki besok bersama mereka."

"Mengapa kau tidak ajak saja keempat bule itu ke Danau Beratan?"

"Danau Beratan? Bedugul maksudmu?" Harry mengangguk. Memang sih semenjak aku dan kak Lianna menjadi pemandu mereka, kami sama sekali belum menuju ke sana dan masalahnya aku tidak tahu arah jalan danau tersebut.

"Yakali aku tahu tempatnya. Jauh nggak sih dari sini?"

"Benar juga ya? Kamu aja belum pernah ke sana. Lumayan sih kalau dari sini."

"Yah! Terus kemana dong selain danau?"

"Pasar Sukawati, mungkin." Langsung saja kupukul kepala Harry mendengarnya memberi saran yang malah ke pasar.

"Gila aja! Kalau ke sana mendingan waktu mereka mau balik ke Australia. Nggak. Aku nggak mau. Aha! Aku ada ide. Mumpung aku belum pernah ke Bedugul, bagaimana kalau kamu ikut aku sama kak Lianna ke sana? Sekalian aku mau kenalin kamu ke mereka. Uhm—lumayan loh bisa ketemu artis terkenal!" Aku mencolek lengan Harry beberapa kali bermaksud menggodanya agar dia ikut.

"Ya kalau aku ikut ini tugas gimana? Bisa-bisa kena detensilah."

"Duh! Nanti aku bantuin deh! Wajah kamu aja udah kayak orang patah hati gini. Please!! Aku juga pingin ke Bedugul." Aku terus memohon ke Harry dengan mata terus mengedip layaknya anak kucing supaya dia mau ikut.

"Yaudah aku mau siap-siap dulu." Aku berteriak senang kemudian meloncat memeluknya. Dia malah membalas dengan mengacak-acak rambutku yang sebelumnya sudah kusisir. Tuhkan! Sikap menyebalkannya kumat lagi.

"Loh? Harry ngapain duduk di tempat Shasha?" tanya kak Lianna bingung begitu tahu bahwa yang duduk di sebelahnya alias tempat duduk kemudi adalah Harry sedangkan aku duduk di kursi belakang.

"Aku sengaja mau ikut bareng kalian. Pingin lihat aja sih setampan apa sih empat cowok bule itu. Palingan juga aku yang jauh lebih ganteng."

"Iya jauh lebih ganteng kalau dilihat dari sedotan." Sontak tawaku dan kak Lianna meledak bersamaan sementara kak Harry memberengut tidak terima dan dengan waktu yang bersamaan dia mulai menginjak pedal gas. Sungguh! Jantungku terasa ingin keluar dari singgasananya karena terkejut. Beruntunglah aku sudah memakai sabuk pengaman jadi kepala ini tidak terbentuk bangku depan.

Sialan Harry mah!




Tour Guide (5SOS in Bali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang