Sukawati Marketplace

41 2 0
                                    


Gimana perasaan mereka kalau tahu kita bukan tour guide sesungguhnya?

Aku mengusap wajahku sedikit frustasi begitu pertanyaan itu kembali terngiang-ngiang di cerebrumku dari kemarin hingga saat ini. Itu sangat menggangguku. Aku masih terlampau bingung bagaimana menjelaskan jika topeng kami yang sebenarnya terbongkar. Aku tidak tahu apa jadinya nasibku dan kak Lianna. Tapi yang kuyakini adalah mereka akan sangat kecewa.

Aku mengabaikan sarapan pagi yang sudah terhidang lezat di hadapanku. Aku tidak memiliki nafsu makan hanya gara-gara hal tersebut.

''Kok nggak dimakan nasi gorengnya?'' Suara kak Harry membuyarkan lamunanku sejenak. Aku meringis tidak enak.

''Lagi ngerasa kenyang aja sama makanan tadi malam.''

Harry hanya menganggukkan kepalanya. Dia mengecek jam digi6tal di pergelangan 6tangannya lantas terbelalak kaget. Aku yang menyadari perubahan raut wajahnya hanya bertanya sewajarnya, ''kenapa?''

Harry menggaruk tengkuknya, ''hehe..aku ada ketemuan sama temen. Baru nyadar udah telat sepuluh menit.''

Mataku terbelalak. ''Wah, parah! Udah buruan sana samperin.'' Harry mengangguk melanjutkan memakan nasi goreng buatan ibunya dengan kilat hingga ia menghembuskan nafas lega begitu tegukan susu putih terakhir telah masuk melalui kerongkongannya.

Baru beberapa langkah dia meninggalkanku bersama kak Lianna yang masih sedia anteng di meja makan, dia pun menghampiri kami lagi. "Kamu beneran tahu Pasar Seni Sukawati itu kan?" tanyanya menyelidik mungkin agak tidak percaya padaku.

"Lah, meskipun nggak tahu jalan juga kan bisa pake google maps. Apa gunanya Larry Page, dkk nambahin fitur itu kalau nggak berguna buat orang lain?" itu bukan suaraku. Itu suara kak Lianna. Aku hanya bisa menyengir kuda dan mendukung ucapannya.

"Iya juga sih. Tapi tetep aja. Ketahuan bisa mampus kalian berdua."

"Gampanglah itu bisa diatur." Tidak. Aku tidak lagi menjawabnya. Itu masih suara kak Lianna. Dari kursiku sini, aku hampir tersedak mendengarnya. Aku takut ini bisa menjadi bomerang bagi kita berdua.

"Terserah deh ya. Udah aku berangkat dulu. Hati-hati main sama mereka." Kata Harry sembari mengecup puncak kepalaku. Aku menggeram kesal. "BISA NGGAK SIH GAUSAH BEGITU?!" Dan yang kudengar dia hanya tertawa kencang meninggalkan kami. Kutatap kak Lianna yang hanya terkekeh kecil di seberang sembari melanjutkan suapan demi suapan ke mulutnya.




***


Aku, kak Lianna, dan 5SOS sedang dalam perjalanan menuju Pasar Seni Sukawati yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali dengan sedikit bantuan dari google maps mengingat di separuh perjalanan aku lupa jalan. Ini adalah last trip untuk keempat bule ganteng yang tengah bersamaku karena dua hari lagi mereka semua akan kembali ke Australia.

Mereka yang meminta kami berdua antar ke pasar tersebut. Katanya ingin membeli oleh-oleh khas Bali dan memajangnya di kampung halaman. Kata Michael setelah dia mencoba browsing kemarin, benda-benda yang dijual di pasar tempat kami tuju ini sangat unik dan tidak ada di kota mereka.

Dan mengingat kepulangan yang tengah menghitung hari itu, jangan ditanya perihal aku sedih atau tidak. Aku sekarang mencoba menikmati hari-hari terakhirku bersama mereka sebelum mereka pulang dan mungkin tidak lagi mengingat kami berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tour Guide (5SOS in Bali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang