Chapter 2. All She Can Do is Stare

469 53 2
                                    

Winter Garden, Sheffield, Yorkshire Selatan.
( 07:59 AM )

Keadaan semakin mencekam. Mereka terus menghancurkan, meluluhlantakan, dan meratakan pikiran jernih orang-orang itu mengenai jalan keluar dari tempat penyiksaan ini. Berpikir dan terus berpikir kembali bagaimana caranya agar penerangan itu segera ditemukan tanpa membutuhkan waktu yang lama.

Beberapa orang lelaki paruh baya dianiaya; kepalanya dipukuli menggunakan senjata sub-machine gun hingga terluka dan kakinya ditendang sampai suara yang mengerikan terdengar dari sana. Mereka melakukan itu karena beberapa di antaranya memberontak ketika anak-anaknya dipisahkan dari kedua orang tuanya ke tempat tertentu, yang mempermudahkan anak-anak untuk terluka.

Salah satu orang bertopeng yang baru saja dipanggil bernama TB-Maker mendapat perintah dari seseorang yang terlihat menjabat sebagai ketua perompak. Ia ditugasi untuk mengeluarkan mereka dari dalam Winter Garden setelah tubuh ayah anak-anak tersebut dihempaskan dengan kasar ke arah dinding bangunan. Jeritan tangis manusia-manusia tak berdosa pun semakin mengencang.

Kai tidak tinggal diam. Ia terus menggali-gali idenya yang tersisa tiap kali menatap Soojung yang sedang berselimut ketakutan. Genggaman tangan gadis itu sangat erat, melingkari pergelangan tangan Kai. Lelaki tersebut akhirnya menemukan cara aneh untuk mengalihkan perhatian mereka ke arahnya setelah berhasil membujuk Soojung untuk melepaskan tangannya.

"Hey!" teriaknya kepada sekelompok orang yang memegangi sebuah riffle. Makhluk bertopeng itu pun segera mengarahkan senjata mereka kepada Kai akibat kedua tangannya masih berada dibawah, serta tatapannya tidak memperlihatkan rasa panik.

"Tahan tembakan."

Sang ketua mereka berdiri. Ia menggelengkan kepalanya. Terlintas suara tepukan selama empat kali di telinga Kai sebelum mereka menurunkan kembali senjatanya.

Ini dia akarnya. Sebelum batang dan daun mereka mengacak-acak semua, harus ada yang mencabut akar terlebih dahulu untuk menghentikan pergerakannya. Kai hanya membutuhkan kemampuan dan keberanian untuk menaklukan ketua perompak.

Soojung memandangi punggung lelaki itu seraya menghempaskan air matanya, hingga membasahi pipi. Ia tak ingin waktunya dipersingkat bersama Kai. Ia tak seharusnya mengajaknya kemari. Andai Soojung tidak memaksakan Kai, mungkin hal ini tidak akan membelit mereka berdua.

Tembakan-tembakan peringatan yang diberikan oleh aparat kepolisian tidak membuat mereka takut. Kai menatap ketua tersebut dengan penuh emosi. Tangannya sudah mengepal dengan erat. Ia sudah bersiap-siap untuk meninggalkan sebuah kenang-kenangan kepada ketua. Sedangkan gadis itu, perasaannya semakin panik. Tak ada yang namanya penjahat melepaskan korbannya dengan penuh kedamaian.

Mereka membawa beberapa kain hitam yang berukuran besar. Entah, Soojung enggan untuk memikirkan itu lebih jauh.

Kejutan bagus untuknya jika sebelumnya Kai tidak membalas pesan-pesan yang telah diberikan oleh Soojung, namun lelaki tersebut langsung datang menemuinya pagi hari tadi. Ini adalah kebahagiaan yang sangat singkat. Mereka pernah tidak saling memandang selama 2 tahun lamanya.

Soojung terus merutuki dirinya sendiri sedari tadi. Tak ada yang dapat ia lakukan lagi selain menyesali perbuatannya. Gadis itu menangis dalam diam, melebur dalam tangisan-tangisan wanita di sekitarnya.

• Love & War •

Created: Jan 5th 2016

Love and War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang