Chapter 4. Against All Odds

357 36 0
                                    

Winter Garden, Sheffield, Yorkshire Selatan.
( 08:23 AM )

Apa yang baru saja Kai alami? Mereka semua melihatnya -- lelaki berambut hitam dan berperawakan tinggi itu. Seluruh perhatian mereka tersita olehnya. Tak terkecuali Soojung. Gadis tersebut menatapnya penuh kekhawatiran. Mereka saling memandang.

Namun, ada yang berbeda. Kai berusaha membaca pergerakan kedua anak buah Sigvried yang mulai bergerak mendekati lelaki itu dengan sejuta ide yang melayang-layang pada benaknya. Tanpa Kai sadari, pergelangan tangannya terlepas dari cekalan sang ketua.

Teriakan perintah untuk mengejar Sehun pun terucap dengan antusias.

Kedua mata Kai tak lagi menatap penghenti waktu tadi. Kini kedua bola matanya beralih ke arah Soojung. Ia nampaknya berteriak di dalam batinnya. Setetes air mata menjamak pipi Soojung.

Apakah kini mahkotanya rela untuk ia lepaskan demi lelaki yang baru saja Soojung temui?

Dada Kai terasa nyeri. Begitu ia menoleh kembali ke arah semula, satu kepalan tangan yang hijrah menuju rahangnya membuat badan Kai tumbang. Ia meringis pelan. Baginya pulan Sigvried tak lebih sakit dari apa yang telah dilihatnya tadi.

Soojung ingin menghampirinya, tetapi mustahil. Ia bisa saja menghabiskan seluruh cadangan pelurunya. Gadis itu pun berjongkok, membisikan kata-kata yang terlintas dalam pikirannya.

"Kau mengira aku akan melepaskanmu begitu saja tanpa luka, huh?!" bentak Sigvried. Ia merundukkan badannya, meremas ujung kerah baju korbannya. Kai menatapnya bengis.

Para pengunjung tak dapat menolak ide Soojung. Ini salah satu cara agar mereka dapat selamat. Ada yang meragukan rencananya, ada juga yang mengangguk setuju.

Mereka berdua tidak menyadari bahwa satu-persatu pengunjung beranjak berdiri dan mulai meninggalkan mereka bertiga, termasuk Soojung. Gadis berbibir tipis tersebut meminta mereka untuk meninggalkan Sigvried secara perlahan.

"Apa?!" Langkah kaki Soojung ke hadapan kedua lelaki itu membuat Sigvried terdiam. Ia tidak memegangi senjata apapun saat ini.

Ada beberapa lelaki yang berdiri tegap di antara mereka, bersiap-siap untuk menghabisinya. Sedangkan sebagian lelaki bertugas untuk mengembalikan tas milik pengunjung wanita. Kai pun menghempaskan Sigvried ke atas, lalu menendang dagunya.

"Dasar payah!"

( 08:29 AM )

Sementara itu, Sehun terus berlari menjauhi kejaran mereka. Persediaan amunisi mereka hanya tersedia sebanyak satu kotak. Dengan berlari dan melompati atap bangunan, konsentrasi Mindshaker dan Darkseeker mudah terpecah. Tetapi mereka tidak akan berhenti mengejar Sehun sebelum lelaki itu mati.

"Soojung sudah gila. Seharusnya ia tidak perlu mengaku bahwa ia tidak mengumpulkan barang-barangnya," batinnya. Ia masih berlari, "Dia memang bodoh."

Mata Sehun terus terjaga menatapi sekeliling tempatnya yang mulai terasa sempit.  Kedua kaki Sehun seakan terasa remuk. Lututnya harus menumpu berat tubuhnya yang terjun melewati bangunan-bangunan tinggi beberapa kali.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk mencari celah-celah jalan setapak agar tenaganya tidak terlalu terkuras dengan cepat. Namun, tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat memandang sesuatu yang ia anggap sangat fatal.

Jalan buntu.

"Oh, terkurung di tempat sunyi seperti ini bersama dua makhluk buas yang siap menerkammu, anak muda?" Mindshaker terkekeh pelan, memandangi temannya.

Mereka mengangguk bersamaan, mengangkat kedua senjata itu lurus ke arah Sehun. Bersiap-siap untuk melepas peluru tersebut menuju otaknya. Ada aba-aba yang terdengar pelan.

Tiga.

Dua.

Satu.

Bingo.

Sehun memejamkan matanya.

Bang! Bang!

• Love & War •

Created: 11th Jan 2016

Love and War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang