Chapter 14. He Should Be Here

157 17 0
                                    

Kapal Alpha-Whale, ( Lokasi tak terdeteksi ).
( 12:13 PM )

Suara sirine yang menghantuinya, teriakan-teriakan kepanikan, serta wajah para manusia yang malang tak lagi ia temui. Kedua mata itu masih tertutup, namun pikirannya masih bergerak -- untuk mencari jalan keluar menuju kesadaran. Luka goresan di bagian alis kirinya telah terjahit dengan rapi. Detak jantungnya pun normal, tetapi dokter mengatakan bahwa ia harus merebahkan dirinya terlebih dahulu selama tiga jam.

Di sampingnya, terdapat seorang lelaki berbibir kecil yang tampak akrab sedang duduk, menemaninya. Kegelisahan semakin membuatnya tertekan. Ledakan di luar dugaan tadi nyaris saja merenggut nyawa Soojung. Jika Sehun tidak mendorong gadis itu, kemungkinan saja material bangunan yang terhempas ke arah kepalanya dapat mengakibatkan tulang tengkorak Soojung retak dan tubuhnya tertimbun oleh longsoran tanah bercampur aspal.

Dua orang polisi yang baru saja keluar dari ruangan tersebut menjelaskan kepada Sehun bahwa tidak ada pemberhentian sementara di Huddersfield untuk Hawk I, Hawk II, serta Hawk III. Sebelumnya, Dennis selaku anggota intelijen sekaligus kepala penerbangan kapal udara Hawk telah diperintahkan untuk berdiam diri dan menunggu sinyal membaik. Namun, sepertinya perintah itu tidak tersampaikan karena Dennis memutus pembicaraan Dave Eigens.

Kedua matanya beralih pandang ke telapak tangannya yang merasakan sebuah gerakan. Soojung sudah sadar. Sehun pun dapat melihat bola matanya bergerak di balik kelopak mata itu. Ia segera bangkit dari tempat duduknya, mengusap-usap pipi Soojung setelah merapatkan tangan gadis itu dalam genggamannya. Senang? Tentu. Kali ini Sehun tidak akan membiarkan Soojung terluka sedikit pun.

Buram. Dingin. Senyap. Ia harus mengatur pernapasannya sebelum kesadaran benar-benar mengambil alih tubuhnya. Tekanan udara di sini terasa berbeda. Mungkin karena ruangan gelap ini terlihat sempit. Soojung tersadar dengan spontan. Yang berada di depannya dan menggenggam tangannya bukanlah Kai, melainkan Sehun.

"Lepas!" Soojung menarik tangannya dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Sehun memegang pundak gadis itu, berusaha untuk menenangkannya. Ia yakin, Soojung masih trauma dengan perbuatannya tadi.

"Lo harus rebahin badan lo dulu," ujarnya. "Gue cuma mau jagain lo, Soo. Gue gak mau lo terluka kaya gini lagi. Please, kali ini dengerin gue. Semua yang lo lihat tadi gak akan terulang lagi." Soojung memindahkan tangan Sehun dengan pasrah ke samping ranjang. Ia masih menatap lelaki itu dengan ketakutan. Namun perasaan Sehun saat ini adalah khawatir.

"Dimana Kai?" tanyanya antusias. Soojung bahkan tidak mengkhawatirkan kondisi tubuhnya ataupun keadaan Sehun.

Bang.

Dua kata yang mampu membuat Sehun terpukul. Wajah ceria Soojung yang setiap harinya menghibur kepenatan Soojung, kini berganti menjadi wajah yang diaduk dengan rasa takut. Matanya berkaca-kaca. Air mata yang menggenangi kelopak mata Soojung itu bisa terjatuh kapan saja.

"Beberapa orang yang ada di Huddersfield disandera, termasuk dia. Sekelompok orang telah mengambil alih Hawk tanpa seizin aparat keamanan dan meninggalkan kami. Maaf, gue gak bisa nolongin Kai," jelas Sehun. Duduk di kursi itu kembali, tertunduk. Soojung tersenyum pahit seraya menggelengkan kepala. Gadis itu memijit kepalanya, "Gak mungkin. Tolong bilang ke gue kalo itu semua bohong. Kai gak bakal--", ucapannya terputus. Soojung menangis.

Sehun kembali menyentuh tangan gadis tersebut, menyelipkan jemarinya ke sela-sela jari Soojung. Masih ada gue, Soojung. Masih ada gue yang selalu menemani lo. Gue gak akan bisa merelakan kenyataan berjalan seperti ini, batinnya. Soojung mencoba untuk melepaskan tangannya lagi. Sehun tak berhak untuk menyentuhnya sedikit pun. Tetapi, jemari Sehun yang tetap mendekapkan tangan Soojung di dadanya membuat perasaannya semakin sakit meskipun gadis itu terlihat lebih tenang.

"Sehun, serahin gue ke Dave sekarang. Gue akan menemani Kai di sana," ucapnya. Terdengar seperti berbisik. Sehun menggertakkan gerahamnya dan melonggarkan jemarinya. "Cuma ini satu-satunya harapan."

• Love & War •


Created: 11th Feb 2016

Annyeong hasayang(?)

Akhirnya aku bisa publish ini setelah sekian hari muter-muter pikiran, he he he. Hope you like it! c:

Makasih banyak buat yang udah ngasih vote di chapter sebelumnya~~ ^^ IkewidyaRatri, kuacijong, Kwonayn, nursanah, dan voter setia :b rianur02.

Love and War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang