Chapter 8. Blindness

226 25 2
                                    

Kinder Scout, Derbyshire.
( 09:59 AM )

Lagi dan lagi.

Kai harus menunggu luka pada dahi Sehun mengering agar Soojung berhenti mengurusnya. Sesudah kekasihnya mengganti perban lelaki itu, ia mengira rasa cemburunya sudah berhenti. Namun, justru kenyataan sangat terbalik. Soojung bahkan menyuapinya dengan penuh -- ketulusan.

Bukannya Kai benar-benar tidak menyukai Sehun, tetapi -- ah! Ia sendiri pun tak dapat mendeskripsikan perasaannya sekarang. Secangkir cokelat dingin bertabur salju yang diberikannya untuk Soojung sudah ia habiskan karena tak panas lagi.

Rasanya, ia ingin kembali ke sekolah karena Kai dapat bertemu dengan Soojung setiap hari di lapangan softball, tempat gadis itu meluangkan waktu istirahatnya dengan semua komiknya di saat Kai sengaja tidak mengerjakan PR yang mengakibatkan guru bermata empat itu selalu memberikan hukuman lebih saat beliau mengajar.

Bandel-bandel dulu, sukses ke pelaminan bareng Soojung kemudian. Hahaha!, batinnya seraya menyunggingkan senyuman kecil.

Sesosok orang berpakaian militer lengkap dengan membawa sebuah senjata revolver pada tangan kanannya berjalan ke depan tenda, memberikan aba-aba kepada pengungsi yang berada di dalam tenda agar berhenti menyantap makanan yang telah disajikan untuk mereka beberapa menit yang lalu.

Seluruh pandangan menuju lelaki tersebut. Termasuk Kai yang tadinya murung menatap Soojung dan Sehun, kini memusatkan indra penglihatannya ke orang militer itu. Keduanya sama-sama memperhatikannya.

"Saya Dave Eigens, panggilan Dave, selaku flag officer, akan mengumumkan bahwa kami akan memberikan senjata berupa revolver -- seperti yang saya genggam sekarang, untuk meminimalisir korban yang akan terluka pada jarak dekat maupun jauh. Cara menggunakannya tidak sulit. Bagi pemuda yang bersukarela untuk mempelajari metode ini, crew kami sudah bersiap di luar sana untuk mengajari anda. Terimakasih," membungkukkan tubuhnya kepada semua orang, berjalan keluar melalui celah tenda di samping sana. "Kami harap, konflik ini segera selesai dengan bantuan Anda."

Baiklah, mungkin Kai harus memikirkannya matang-matang terlebih dahulu. Setiap kegiatan atau suatu hal yang kita lakukan pasti memiliki risiko, apa pun itu bentuknya. Mereka semua menyantap supnya kembali. Terdengar deretan kata-kata 'aku akan bergabung' yang meraung-raung di telinga Kai.

Ia menatap ke bawah, melihat tali sepatunya yang terlepas. Tidak ada salahnya jika Kai menjadi salah satu pengungsi pemegang revolver di antara yang lainnya, ini hebat. Dilihatnya tali sepatu itu dengan seksama.

Apakah Soojung kayak konsep tali ini? Yang jika ikatan tali ga terlalu erat, maka tali akan terlepas dan jika ikatan tersebut diikat dengan sangat erat, tali itu ga akan lepas?, batin Kai. Ia segera mengikat talinya dengan rapi. Itu bukan sebuah teori yang bagus. Gua terlalu mengekangnya kalau sangat erat.

"Hey, ternyata lo di sini," sapa gadis yang berada di sampingnya. Kai tidak lekas mendongak ke atas. Ia mengingat-ingat suara itu dulu sebelum Kai membenarkan posisi duduknya. Oh, ini Sulli.

"Gue boleh duduk di samping lo?" masih dengan senyuman manisnya. Kali ini ia mengenakan white puffer coat yang membuatnya terlihat anggun. Kai menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukan, kemudian bergeser ke samping untuk memberikan Sulli tempat duduk yang cukup.

Kedua telinga Soojung terusik setelah matanya terganggu dengan pemandangan itu. Sehun berhenti mengesap supnya karena kelakuan gadis tersebut yang mulai aneh, Soojung menyendokkan kuah sup miliknya sendiri yang panas itu ke dalam mulutnya. Kai meliriknya sekilas dengan canggung.

"Soo! Lo kenapa sih?" ujar Sehun memperingati. Ia menghentikan lamunan Soojung.

"Lo kebelit utang sama siapa?" timpalnya. Gadis itu kembali tersadar ketika tatapan canggung Kai tidak mengarah kepadanya lagi. Soojung tersedak semilir angin.

Entahlah, Kai masih belum bisa memfokuskan pikirannya ke dalam kalimat-kalimat yang telah Sulli lontarkan untuknya. Lelaki itu menggunakan jurus agar wajahnya tak terlihat datar.

"Lo mau gabung jadi sukarelawan?" tanyanya tiba-tiba. Ragu, begitulah insting Kai sekarang.

Ia memundurkan tubuhnya hingga bersandar di tiang tenda, lalu menyisir rambut depannya yang mulai memanjang menggunakan jemarinya ke belakang kepala, "Gua ragu. Dulu sih pernah berantem, cuma ga pake beginian. Pokoknya kalo tonjokan kena muka musuh, kita bahagia. Kalo nggak, ya, mungkin harus sabar kaya lagi nungguin kupon gesekan di chiki-chiki yang pernah gua beli dulu," jelas Kai. Sulli beranjak berdiri, meraih tangan lelaki itu dengan semangat. "Yang jelas, gua masih bingung."

"Gue tau cara make revolver. Lo mau tau? Ayo ikut gue!" ajaknya dengan sangat bersemangat. Kai memutarkan kedua bola matanya ke arah Soojung. Gadis itu seakan siap untuk menerkamnya Kai sekarang juga.

Soojung mengeraskan rahangnya sewaktu Kai sudah tertarik oleh gadis yang tak ia kenali keluar dari tenda, menahan amarah. Meskipun ia tak melakukan hal salah, gadis itu tetap merasa cemburu. Padahal sebelumnya Soojung tidak terlalu menampakkan ekspresi irinya.

• Love & War •



Selamat malam!!
Hayo, siapa yang di sini gak sabar nunggu besok hari senin?
Acungin kakinyaa :"D
Sebelumnya, makasih buat readers ini: lee-jungjung, rianur02, kuacijong, bunitkai, dan kaiklee.
Berkat kalian, aku jadi semangat nulisnya ^^

Saran dan kritik apa pun tetep aku terima lho~~

Created: 17th Jan 2016

Love and War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang