RS. Royal Hallamshire, Sheffield, Jl. Glossop, Yorkshire Selatan.
( 08:38 AM )Bunyi sirine polisi itu masih terdengar di luar sana. Mereka menunggunya. Peristiwa tadi membuat sebagian besar orang tua dan anak-anak trauma, mengakibatkan sejumlah polisi harus ikut serta menenangkan pengunjung tersebut. Tangisan kecil memasuki pendengaran Soojung hingga kini.
Sehun. Entah, sejak kapan ia berdiri di sebelah sana dengan ekspresi yang sungguh-sungguh tenang. Sorot matanya terlihat biasa saja saat menatap para penjahat, namun begitu beralih ke Soojung -- lelaki itu justru cenderung seakan mengkhawatirkannya.
Ini tidak mungkin.
Sehun hanya seorang barista yang akan membagikan rasanya untuk kopi-kopi yang telah ia buat dan racik dengan penuh perasaan yang tulus.
Wajah Soojung tak lagi menunduk saat ia mendengar suara pintu di depannya terbuka. Lelaki yang sedang berjalan menghampirinya adalah kekasihnya yang baru saja mengecek kondisi fisiknya mengenai pukulan telak tadi.
Gadis itu menggeleng pelan ketika Kai tersenyum memandanginya. Terlihat aneh -- jika seseorang yang terluka cenderung akan memasang ekspresi kesakitan, tetapi Kai justru tersenyum gila.
"Pipi lo baik-baik aja, 'kan?" tanya Soojung memegang kedua pipi Kai, menolehkan wajah lelaki itu ke kanan dan kiri. Kai meringis saat titik luka pada bagian pipi yang terkena pukulan tadi tak sengaja tersentuh oleh Soojung.
"Kamu tuh kalo khawatir sama aku bisa nyantai dikit, nggak?" menahan tangan Soojung yang menelusuri pipinya, "Ga perlu khawatir. Kamu kayak ga inget aja, 'kan aku dulunya pernah tonjok-tonjokan sampe biru juga."
Kai segera melepas kedua tangan Soojung dengan lembut. Mengulum senyumnya yang sedang menutupi perihnya luka tersebut. Soojung ber-oh ria, membentuk huruf 'O' pada bibir mungilnya.Kemudian, ia melirik jam tangannya.
"Ya udah, kita tunggu di sini dulu, ya. Polisi-polisi itu minta keterangan ke lo tentang insiden tadi, terkait Sigvried yang berhasil lo tahan. Mereka bilang, lo sangat membantu tragedi tadi. Dan -- Tibi juga berhasil dibekukan. Anak-anak mereka selamat," ujarnya. Menepuk pundak Kai dengan spontan.
Lelaki itu menggenggam tangan Soojung, lalu mengisyaratkan agar ia duduk, mengikutinya.
Kai mengangguk paham, "Oke. Tanpa bantuan kamu, aku juga bakal jadi bangkai di situ. Makasih, ya," mengusap-usap kepala gadis tersebut. Soojung menyandarkan kepalanya ke bahu Kai.
"Iya, gue gak membantu banyak, kok."
Kata-kata Soojung itu berakhir dengan kesunyian. Hanya bunyi kegaduhan di luar jendela yang menemani ketenangan mereka di sini. Kai menghela napas cukup dalam, lalu menatap kepala Soojung yang menoleh ke arah lorong-lorong.
Kebiasaan mereka yang selalu berhubungan melalui media sosial membuat kedekatan mereka seperti sekarang terasa canggung. Kedua mata Kai masih tak terlepas pandangannya menuju kepala Soojung.
Sigvried dan rekan kerjanya, TB-Maker masih berada di dalam mobil tahanan polisi. Menurut rencana, mereka akan diintrogasi mengenai pemboman dan kericuhan yang telah diperbuat oleh mereka tadi oleh sejumlah polisi.
Sudah tiga tahun lamanya mereka membagi rasa kasih sayang. Mustahil jika Kai memilih untuk meninggalkan semua kenangan bersama Soojung hanya karena tatapan bodoh tadi yang membuat pikirannya goyah. Selama ini memang lelaki itu tak pernah merasakan hal-hal yang menyakitkan.
Karena Kai pernah berjanji kepada dirinya sendiri agar tidak mendekati gadis manapun. Namun, ia sering dikerumuni oleh para kaum hawa karena parasnya yang mendekati sempurna dan sifatnya yang buruk. Ya, kaum hawa selalu mengejar-ngejar lelaki yang tidak menyukai mereka sama sekali, bukan?
Tiba-tiba, Soojung beranjak berdiri dan berjalan menjauhi Kai. Ia berjalan ke arah ujung lorong. Tak ada yang tahu mengapa lelaki itu tidak segera mencegahnya. Bibirnya terkunci. Bola mata Kai beralih menuju arah Soojung berjalan. Gadis itu benar-benar tidak memperhatikannya.
"Sehun!" pekik Soojung. Kepalan tangan Kai kembali terlihat.
• Love & War •
Created: 14th Jan 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and War
JugendliteraturPerang pada umumnya telah berganti menjadi perang modern, dimana hanya orang-orang yang memiliki naluri dan percaya tentang intelijen yang bisa memahami akan situasi dan kondisi ini. Setelah perang benar-benar berada di titik puncaknya, akibat yang...