Chapter 10. Would He See Himself?

191 19 8
                                    

Kinder Scout, Derbyshire.
( 10:41 AM )

Soojung menatap kosong daratan luas itu tanpa bersuara setelah ia terakhir kali mengeluarkan amarahnya kepada Sehun karena tindakan bodohnya. Sebuah buku tulis dan pena yang berada di sela-sela buku juga terdiam. Sudah ada sketsa-sketsa pemandangan Kinder Scout di dalam sana. Titik dan garis tipis lalu tebal berhasil membuat sketsa tersebut nampak nyata.

Ia sengaja meminta kedua alat itu kepada petugas agar dapat mendesain sesuatu yang berguna, serta menulis data pribadinya selama tragedi ini masih berlangsung. Semuanya bisa berubah secara mendadak. Sudah ada beberapa hasil rancangan bentuk bangunan kecil dan dilengkapi dengan data-data kekokohannya.

Pilihan untuk masuk ke dalam fakultas seni, computing, teknik dan ilmu pengetahuan di Sheffield Hallam University tidak sepenuhnya salah, meskipun kedua orang tuanya pernah menolak serta meminta untuk mengambil fakultas kesehatan dan kesejahteraan.

Masker kain hitam pemberian orang-orang medis menutupi hidung hingga dagunya. Penurunan suhu yang drastis mampu mengakibatkan orang-orang yang berada di sini kesulitan bernapas. Sang kumulus hadir menemani mereka, mengambil alih pekerjaan matahari.

Suara batuk yang dibunyikan secara sengaja melintasi telinga Soojung, "Gue boleh gabung sama lo?" tanya lelaki itu. Ia mengulumkan bibirnya, kemudian menaikkan kedua alis. Itu dia.

Sehun melirik buku coret-coretan miliknya. Soojung mendongakkan kepalanya, mengangguk setelah mengetahui bahwa pendengarannya tidak salah.

Soojung tak merasa kesepian ketika Sehun meninggalkannya sendirian untuk mengikuti kegiatan pelatihan sementara karena kedua benda ini. Masih terdiam, hanya tangannya yang bergerak -- kembali menggosokkan ujung pena itu ke permukaan kertas. Menggambar sebuah bangunan dengan bentuk setengah bulat pada atapnya.

Bangunan itu nantinya akan dirancang dalam waktu yang singkat. Tidak sampai dua minggu lamanya, namun keamanan tetap terjaga untuk keselamatan mereka. Sehun terus mengamati apa yang Soojung lakukan. Mengarsir. Menebalkan. Ia sungguh terlihat seperti ratu yang sangat dingin bagi lelaki itu. Satu ide pun terbit.

"Lo baik-baik aja? Masuk yuk, gue gak mau lo sakit. Ntar yang ngomel-ngomel gak jelas ke gue siapa?" goda Sehun. Merangkul bahu Soojung yang kaku. Gadis itu menggelengkan kepalanya sebelum helaan napasnya terdengar.

Soojung menghentikan kegiatannya sebentar. Mencoba untuk memandang Sehun, menerobos rambut-rambut yang sedikit menutupi matanya. "Gue gak peduli," tangan lelaki itu pun turun dari bahu gadis tersebut karena Soojung sengaja melepasnya. Sehun menatapnya sendu. "Gue udah besar, jadi gue bisa ngerawat diri sendiri."

"Soojung," lirihnya. Menggigit bibir bawah. Ia mulai mengumpulkan kepercayaan dirinya ketika Soojung kembali menoleh dan meresponnya dengan suara dengung pelan. "Kenapa?" tanya Soojung, menutup buku tersebut setelah menyisipkan pena ke dalamnya. Sehun mengatur pernapasannya yang mulai tidak teratur. Detak jantungnya bertambah cepat.

"Lo mau gak, jadi pacar gue?" Sebuah benda berbentuk hati berwarna merah disodorkan Sehun kepadanya. Lelaki itu membuka benda tersebut dan -- wah. Ia memberikan Soojung sebuah cincin dengan bentuk yang unik. Terdapat berlian-berlian kecil yang menghiasi cincin emas putih tersebut hingga terlihat berkilauan. "Ambil dan pakai cincin ini kalau lo jawab ya. Sebaliknya, remas dan lempar sejauh mungkin kalau lo nolak permintaan gue."

Ini adalah buah dari penantian panjangnya.

• Love & War •




Makasih buat bunitkai, rianur02, ikewidyaratri, kuacijong, dan kenisharachel yang mau ninggalin jejak dari awal sampai sini ^^

Lanjut gak guys?? :D

Created: 23th Jan 2016

Love and War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang