Chapter 13. We're Just Lost Souls

183 19 0
                                    

Huddersfield , Yorkshire Barat.
( 11:09 AM )

Ia melangkahkan kaki dalam diam di tengah keramaian yang ada. Serpihan vanila itu masih menghampirinya. Kepalanya yang tertunduk telah menandakan bahwa ia sangat menyesal. Dirinya larut dalam perasaan emosi. Namun, ini sudah terlambat. Soojung tak akan membiarkan Sehun mengetahui sebagian sisi hangat miliknya yang lain.

Kapal udara Hawk III yang dinaiki oleh mereka; termasuk Sehun, telah mendarat di Huddersfield. Tepat di samping kapal udara Hawk I -- tempat di mana Soojung berada saat ini. Sekumpulan orang-orang sedang dikeluarkan menuju tempat yang lebih aman oleh para anggota militer.

Ya,  Huddersfield adalah tempat kelahiran liga rugby. Dengan jumlah penduduk sekitar 146.234 jiwa, wilayah ini menjadi pilihan terakhir sebagai tujuan pendaratan oleh para pilot yang sudah berdiskusi tadi.

Senyuman yang terlukis di wajah kedua orang di sebelah sana membuat perasaannya semakin terpuruk. Sakit, namun ia harus terbiasa tanpa kehadiran gadis itu lagi. Dagu hingga batang hidung Sehun tertutup oleh masker hitam dan helaian rambut yang menjuntai nyaris mengenai kedua matanya. Lelaki tersebut benar-benar kehilangan arah di mana ia harus berjalan.

Semilir angin kecil terus menerpanya, membantu kesadaran Sehun agar tetap terjaga. Helaan napas panjangnya menandakan bahwa dirinya sangat lelah. Dengan keadaan seperti ini, ia tidak mungkin kembali pulang ke rumahnya dan menunggu waktu cutinya segera berakhir. Oh, ini tidak adil. Bagaimana Soojung dapat memikatnya sedangkan dirinya sendiri tidak?

Apakah sedikit saja tidak? Apakah semua usaha yang dilakukan Sehun sia-sia? Jika Soojung tetap yakin dengan keputusan saat ini, itu artinya seluruh tenaga dan waktu Sehun terbuang dengan percuma. Soojung tidak pernah mengetahui perasaan sayang Sehun yang terdalam untuknya. Gadis tersebut tidak pernah menanyakan bagaimana perasaannya sama sekali. Sehun begitu bodoh. Ia telah membiarkan ratunya pergi meninggalkan hatinya.

Entah kapan suara-suara semu itu menyusup ke telinganya, Sehun mulai mengembalikan posisi kepalanya ke arah semula dan berlari menuju tangisan tersebut. Ia keluar dari barisan orang-orang di sana. Kakinya yang panjang cukup untuk mempersingkat waktu yang menipis. Sehun segera mempercepat dan mendekati sebuah rumah kecil yang berada tak jauh di samping Hawk III.

Ia pun membuka knop pintu kayu tua yang tak terkunci itu, kemudian menyebarkan pandangan ke segala arah. Rumah ini terasa pengap. Tetapi dinding-dinding ruangan tidak terlihat dengan jelas. Retakan-retakan seperti lubang yang terdapat di sana seperti bekas tembakan dan celah-celah ventilasi ditutup dengan sebuah -- koran?

Terbatuk-batuk, Sehun mulai bergerak ke sudut ruangan. Sepertinya kedua indra penglihatan itu berfungsi dengan baik. Terdapat anak kecil berumur kurang lebih tiga belas tahun terikat oleh tali tambang. Tubuhnya terlihat kusam. Sangat. Tangan dan kakinya diikat secara bersamaan agar ia tak dapat melepaskan diri. Anak gadis itu menangis dalam diam. Namun, meskipun ia terlihat berantakan -- pancaran kesuciannya masih terpancar jelas.

Sehun mencoba untuk menenangkannya, melepas tali-tali tersebut dengan cekatan. Lelaki itu menyisipkan helaian rambut ke samping telinga sang gadis cilik berambut panjang berwarna pirang madu, "Jangan menangis. Aku sudah menolongmu dan kau sudah bebas sekarang," bisiknya. Tersenyum. Ia memandang Sehun sekejap, setelah itu mengangguk-angguk cepat.

Sehun berinisiatif untuk berjongkok sesudah ia mendekati gadis tersebut. Karena ia terlihat kesakitan dan lemah, lelaki itu memutuskan untuk menyimpan beberapa pertanyaannya terlebih dahulu dan mengisyaratkan si mata biru untuk menaiki punggungnya. Tampaknya keraguan masih menyelimuti pikirannya. Kedua tangannya masih berusaha menumpu tubuhnya, meskipun ini terasa sia-sia.

"Ayolah, aku hanya bermaksud untuk menolongmu," ujar Sehun setelah menolehkan kepalanya dan memusatkan kedua matanya ke arah gadis itu. Tak ada pilihan lain merupakan salah satu faktor gadis tersebut meninggalkan kursi dan menyeret tubuhnya ke Sehun. Ia melingkarkan tangannya ke leher Sehun. Akhirnya.

Sementara itu, Kai dan Soojung sedang bersandar di sebuah dinding di dalam bangunan kokoh yang telah ditentukan oleh seorang navigator militer. Mereka semua sedang menunggu konfirmasi ulang untuk sementara waktu.

Soojung menatap senyum Kai dengan penuh ketenangan sekaligus kekhawatiran. Khawatir jika mereka semua terbelit oleh bencana mengerikan ini. Tidak ada yang bisa menduga apa yang akan terjadi setelah ini. Pengamanan pun telah diperketat beberapa menit yang lalu karena mereka mendapatkan informasi bahwa dua kota di Inggris dalam status siaga.

Permasalahan yang Soojung hadapi adalah bagaimana cara hatinya tetap terjaga seakan Kai tidak ada di sampingnya meskipun ini terasa menyakitkan. Bukan karena Soojung ingin lelaki itu menjauh dari pandangannya. Itu salah besar. Ada suatu hal yang membuat ketakutannya enggan meninggalkan raganya, yaitu kehilangan. Soojung sudah merasa kehilangan sesosok kakak satu-satunya, Jessie -- akibat jadwal pekerjaan mereka berdua yang terbilang sangat padat.

Sekarang ia sedang merasakan hal yang sama namun berbeda arah untuk kedua kalinya.

Kai merangkul pundak Soojung setelah menyadari bahwa gadisnya sedang merenung. Ia memamerkan senyuman penuh bahagianya kepada Soojung. Membagikan ketenangan adalah hal yang dapat Kai lakukan saat ini. Gadis tersebut menggelengkan kepalanya sesudah kedua matanya menangkap isyarat alis mata Kai yang naik, dan membalasnya dengan senyuman khas ratu es. Tentunya!

Soojung menutup matanya dan merasakan kehangatan yang berada di sisi tubuhnya. Tangan Kai menyandarkan kepala Soojung ke dadanya seraya mengusap-usap kedua tangan gadis itu agar tetap hangat. Semua yang Kai ingin lakukan adalah mencintai dan menyayangi Soojung dengan seluruh waktu yang ia miliki.

Tiba-tiba, Soojung merasakan dahinya tersentuh oleh sesuatu yang hangat -- membuat kedua matanya kembali terbuka dengan spontan. Mata Kai ikut membulat, kaget.

"Kai, lo -- nyium gue?" tanya Soojung ragu-ragu. Kai mengangguk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Iya, kenapa? Aku tau aku orangnya sweet. Lagian buat yang kedua kalinya gapapa kali, ikhlasin aja sayang."

Lelaki itu menjauhkan jarak duduknya, lalu berdiri dengan cekatan. Kai dapat melihat asap-asap putih yang mengebul keluar dari dalam kepala Soojung.

"KAI, LO TUH YA!" pekik Soojung. Ia seakan sudah siap menerkam Kai yang telah berlari terbirit-birit dengan riangnya di sana. Tingkah laku lelaki itu benar-benar berubah sekarang.

Saat Soojung mempercepat larinya, tak disangka, sebuah bunyi dentuman sangat berderet-deret terdengar. Jalanan beraspal itu terpecah menjadi beberapa bagian kecil setelah ledakan di bawah tanah memuntahkan seluruh isinya. Soojung dapat melihat jelas semuanya sebelum kedua mata itu tertutup dan tubuhnya terasa seperti sedang melayang.

Gas-gas ledakan membuat Soojung kehilangan sebagian kesadarannya. Ia yakin bahwa sebentar lagi lelaki yang ia sayangi akan membopongnya dan selalu menjaganya. Kai akan terus berada di samping Soojung, kemana pun ia pergi. Namun, apalah arti sebuah harapan jika Soojung tahu bahwa pikirannya sangat mustahil?

Mereka berdua terpisahkan sekarang.

• Love & War •



Created: 8th Feb 2016

Hai-hai, haloo!~ ^^
Bab 13 sudah dipublish guys. Semoga kalian suka yaa hihi.

Siapa yang Sehun tolong itu?
Gimana kelanjutan dari kisah Peter-Kai dan Tinker-Jung?
Ada yang penasaran? :b

Kuylah, jangan lupa masukin cerita ini ke reading list readers ya, kalau suka ^^ aku juga bersedia dikasih saran dalam bentuk apapun asal disertai dg kata-kata halus ko~ o u o

Jangan lupa votenya dear c: biar aku tetep semangat ngerjainnya~~

Thanks to your star, anyway! ^-^ IkewidyaRatri, ayupangestu, bunitkai, PutriTata5, rianur02.

Love and War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang