next part (4)

1.3K 46 0
                                    

            Aku terus berlari, menuju lift, dan untung saja lift tepat tertutup saat Harry sudah hampir berhasil mengejar kami. Aku keluar dari lift, menuju lobby dan tak lama setelah itu ku dengar suara Harry berteriak – teriak. Aku tak menghiraukannya, hatiku sudah terlanjur sakit, hancur berkeping – keping. Nathan menangis sangat keras. Aku langsung menghentikan taxi yang ada dan masuk kedalamnya. Aku langsung memeluk Nathan dengan sangat erat. Aku langsung menuju bandara dan mengambil penerbangan menuju London. Nathan sekarang sudah tidur disampingku.

Harry POV

            Oh shit ! Damn ! Youre so stupid Harry! Aku langsung memakai pakaianku dan mengejar Aline.

“ Aline..., Aline dengarkan aku aku bisa menjelaskannya padamu, Aline kumohon !”, teriak ku.

“ Mommy kenapa kita lari, Daddy sedang mengejar kita !”, kata Nathan.

“ Aline..., Aline !”. Teriakku sekali lagi

            Aline semakin mempercepat larinya, Nathan mulai menangis dan berteriak memanggil namaku.

“ Oh shit !”, umpatku dalam hati saat melihat pintu lift tertutup.

            Aku langsung menuju tangga darurat dan berharap masih bisa mengejar Aline. Usahaku ternyata sia – sia Aline sudah terlanjur pergi menggunakan taxi, dan yang lebih parah aku tidak tahu dia mau pergi kemana.

“ Aline.....!”, teriakku.

            Aku merasa orang paling bodoh didunia ini. Aku baru saja menghancurkan hati isteriku sendiri dan aku telah menjadi ayah yang sangat buruk untuk Nathan. Aku langsung menuju kamar Louis dan kebetulan Zayn, Liam, dan Niall sedang berada disana. Aku menceritakan semuanya pada mereka.

“ Kau gila Hazz !”, kata Louis dengan wajah marahnya yang sangat menyeramkan.

“ This for you Harry Fucking Styles !”, teriak Zayn lalu memukul wajahku dengan sangat keras.Entah kenapa aku tidak sanggup membalas pukulan Zayn.

“ Cukup Zayn !”, kata Liam sambil menarik Zayn. Niall lalu membantuku untuk berdiri.

“ You so FUCKING STUPID Harry !”, kata Zayn masih emosi.

“ Sudah Zayn !”, kata Liam sekali lagi.

             Zayn lalu mengambil jaketnya dan keluar kamar hotel. Louis lalu membersihkan luka bekas pukulan Zayn.

“ Kami sudah sering memperingatkanmu untuk menjauhi alkohol dan para wanita itu !”, ucap Liam dengan sabar.

“ Aku bingung sekarang harus bagaimana ?”, kataku.

“ Kenapa kau tidak mencoba menyusulnya ke London lagi pula besok kita days off !”, kata Niall.

“ Terima kasih Niall, aku berangkat sekarang !”, kataku lalu berlari menuju kamarku.

            Aku mengambil jaket, dompet, iPhone, dan kaca mata hitam. Secepat mungkin aku menuju bandara dan mengambil penerbangan tercepat menuju London.

Aline POV

            Sampai London aku langsung menuju apartementku dan Harry. Aku langsung mengeluarkan dua buah koper yang besar dan memasukkan bajuku dan Nathan kedalamnya. Nathan masih tertidur, kurasa dia sangat lelah. Aku memesan taxi dan meninggalkan apartementku. Nathan terbangun dan hanya terdiam. Aku memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamat rumahku yang lama.

“ Mommy kita dimana ?”, tanya Nathan saat kami sampai disebuah rumah.

“ Ini rumah Mommy, ayo kita masuk !”, jawabku.

“ Nona Aline, selamat datang kembali !”, sapa seorang wanita separuh baya yang selalu menjaga rumah ini.

“ Apa dia putramu ?”, tanyanya sekali lagi.

“ Ya, bagaimana kabarmu Lily ?”, tanyaku.

“ Puji tuhan, aku baik – baik saja !”, jawabnya lalu menggiring kami menuju meja makan.

“ Terima kasih banyak Lily !”, ucapku saat ia hendak pergi meninggalkan kami makan.

            Setelah selesai makan bersama Nathan, kami berdua lalu mandi untuk menghilangkan rasa lelah yang sedari tadi menggantung di tubuh kami. Lily lalu mengajak Nathan pergi bermain di ruang keluarga. Aku langsung menyalakan iPhone-ku yang sedari tadi kumatikan. Ada 89 misscalled dari Harry, dan 54 sms dari Harry, serta 1 sms dari Zayn. Aku lalu membuka sms dari Zayn terlebih dahulu.

From : My brother Zayn

To : Me

Aline aku tahu kau dimana sekarang, tetaplah disana, tenangkanlah dirimu, aku akan segera menyusulmu : ))

            Aku sengaja tidak membuka sms dari Harry dan langsung menghapusnya karena aku sudah tahu isinya pasti hanya kata – kata permintaan maaf. Aku sudah sangat kecewa padanya, rasa percayaku sudah hilang.

Harry POV

            Sesampainya di London, aku langsung menuju apartement kami. Tidak ada tanda – tanda Aline dan Nathan berada disini. Aku masuk kamar dan mendapati barang – barang Aline dan Nathan sudah tidak ada. Aku mencoba untuk menelphone Aline, dan masih seperti tadi handphonenya mati.

“ Aline kau dimana ???”, teriakku.

            Aku sudah mulai gila sekarang. Aku mengambil kunci mobil dan mencoba untuk mencari Aline dan Nathan. Aku mendatangi tempat – tempat yang pernah kita kunjungi bersama, hasilnya nihil.

“ Hallo ada apa Liam ?”, tanyaku saat mengangkat telephone darinya.

“ Belum Li, iya terimakasih !”, ucapku lalu melempar iPhone ku kursi samping.

“ Kau dimana Aline !”, kataku lalu membenamkan wajahku ke setir kemudi.

Aline POV

            Aku terbangun dari tidurku yang cukup nyenyak semalam. Aku mengenal suara itu, aku langsung berlari menuju ruang keluarga. Kudapati Zayn sedang bermain dengan Nathan.

“ Hai sist, how’s your sleep ?”, tanya Zayn.

            Aku menghampirinya dan memeluknya. Aku sangat merindukan pelukan seorang kakak dari Zayn.

“ Mandilah lalu sarapan kemudian kita bisa pergi berjalan - jalan !”, katanya.

“ Baiklah My handsome brother !”, kataku.

            Zayn selalu bisa membuatku tersenyum dan melupakan sejenak masalah yang sedang kuhadapi.

            Selesai bersiap – siap aku, Nathan, dan Zayn keluar rumah dan menuju sebuah Festival yang memang selalu diadakan setiap bulan februari. Kami naik beberapa wahana permainan. Kami merasa sangat lelah dan memutuskan untuk beristirahat.

“ Mommy I want cotton candy !”, kata Nathan sambil menunjuk orang yang menjual permen kapas.

“ Okay honey, tunggu disini dengan Uncle Zayn !”, kataku pada Nathan.

            Saat aku berdiri rasanya kepalaku pusing dan dunia serasa berguncang.

“ Kau bai – baik saja Aline ?”, tanya Zayn.

“ Ah iya, aku baik – baik saja, tunggu sebentar ya Nathan !”, ucapku.

            Perutku rasanya sangat sakit, tiba – tiba seluruh dunia berubah menjadi gelap sekali.

They Dont Know About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang