★PART 8★

13.6K 852 302
                                    

Saya update sesuai janji meskipun telat..
Typo bertebaran~

"Gue nggak mau!" Kyra memukul sofa yang dia duduki kesal.

Daryl mengangkat bahu tak acuh. "Terserah. Gue sekarang cuman bisa menebak- nebak apa yang bakal Mama Audi lakuin buat nge-hukum lo!"

Kyra memejamkan matanya sejenak. Teringat jurus yang diajarkan Rhea untuk meredakan amarah. Mengambil nafas panjang, kemudian dihembuskan perlahan. Rileks. Berhasil! Kyra kembali membuka kelopak matanya. Meski Daryl terlihat cuek, Kyra tahu, cowok itu telah menyiapkan sesuatu untuknya. Jika ini adalah tantangan, maka Kyra akan menerimanya dengan senang hati.

"Apa itu artinya kalau lo suruh gue nganter Pizza ke Menara Eiffel gue harus melakukannya?" tanya Kyra langsung.

Daryl mengangguk yakin. "Bahkan kalau gue suruh lo mancing Piranha di Amazon lo harus pergi."

"Sinting!" kesal Kyra.

"Iya atau nggak?" Daryl memberi pilihan.

Di bawah tatapan nanar kedua sahabatnya dan tiga cebong sekawan, Kyra mengangguk pasrah. Daryl menyeringai puas. Inilah saat-saat yang dinantikannya. Baik Lynn ataupun Rhea tidak dapat menolong, Kyra dan Daryl memiliki ikatan khusus, dan mereka berdua tidak dapat masuk ke dalamnya.

◇◆◇

Seminggu ini tubuh Kyra terasa remuk. Kesal, sebal, marah, semuanya bercampur aduk menjadi satu. Capek hati karena tidak dapat melawan cowok yang sekarang sedang berjemur di bawah teriknya matahari di halaman belakang. Kyra terpaksa harus duduk di sebelahnya sambil mengipasi sang 'Raja'. Ketika Daryl meminta minumnya, Kyra harus bersedia memegangi gelasnya dan mengarahkan sedotan ke mulut cowok itu. Semua dilakukan Kyra dengan TERPAKSA!

"Muka lo burek banget!" Komentar Daryl.

Kyra tidak dapat melihat ekspresi wajah cowok itu karena dia mengenakan kacamata hitam. Gadis yang masih memegang kipas itu berusaha menarik bibirnya ke atas agar terlihat layaknya orang yang tersenyum.

"Gitu kan lebih bagus," ucap Daryl kemudian.

Kyra yang menahan marah, tak sadar mencengkram gagang kipas dengan keras. Alhasil gagang itu patah menjadi dua.

Ini masih belum apa-apa. Semenjak minggu lalu, pagi Kyra seakan adalah Neraka. Ketika bangun, dia harus menyiapkan seragam Daryl. Mengeluarkan dari lemari, kemudian menaruhnya di atas kasur. Dasi dan kaus kaki yang baru dicuci ditaruh di sebelahnya. Kyra buru-buru keluar dari kamar Daryl ketika selesai melakukan ritual tersebut. Menghindarinya, agar tidak diberi perintah lain. Tapi sia-sia.

Tidak segan-segan Daryl berteriak kencang memanggil namanya. Buru-buru Kyra kembali ke kamar angker itu dan membuka pintu dengan kasar. Dengan langkah cepat, dihampirinya cowok paling sengak abad ini.

"APA?" sentak Kyra galak.

"Pasangin dasi gue," kata Daryl dengan nada yang jauh berbeda dari Kyra.

Gadis yang masih mengenakan sebelah sepatunya itu melongo. "Pakai sendiri!" seru Kyra.

"Gue lupa cara nyimpulinya." Daryl memberi alasan.

"Gue nggak mau!"

"Pulsa gue masih cukup buat nelpon Mama Audi!"

"Ck!" Kyra berdecak. Disambarnya dasi yang telah terkalung di leher Daryl, kemudian dengan lihai Kyra menyimpulkan dasi jahanam itu.

"Good." Daryl tampak puas dengan hasil kerja tunangannya.

Kyra berbalik hendak meninggalkan kamar Daryl, namun Daryl menghentikannya. "Apa lagi sih?" jengkel Kyra.

"Gue lupa cara pakai sabuk," ujar Daryl kalem.

Love Me Harder #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang