Setelah hari itu, keduanya benar-benar tidak saling menyapa. Hanya mengucap seperlunya jika memang diharuskan, jika mereka memiliki tugas dalam satu kelompok. Itupun yang satu sisi bertanya dengan singkat dan sisi yang lain menjawabnya dengan anggukan ataupun gelengan.
Jika berkumpul bersama geng nya, mereka akan tertawa keras menanggapi kelucuan sahabatnya, namun seakan ada tembok yang tak kasat mata menghalagi mereka hingga membuat mereka saling tak menegur. Hubungan mereka berdua hampir tak tertolong.
Kabar berakhirnya pertunangan keduanya berhembus semakin kencang. Banyak pekikan histeris karena bersyukur Daryl tidak jadi jatuh dalam pelukan Kyra, karena artinya mereka masih memiliki kesempatan. Lain hal nya dengan Gilby. Seolah dapat membaca kesedihan Daryl, gadis itu enggan ikut bersorak-sorai seperti anak-anak lain. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Dirinya hanya bisa diam dan melihat.
Bel Rumahnya berbunyi nyaring. Tamu yang tidak diundangnya ini pastilah orang yang memiliki kesabaran sangat rendah. Bagaimana tidak? Tamu itu dengan ganasnya menekan bel berkali-kali. Kyra dengan kesal membuka pintu Rumahnya. Dilihatnya wajah kedua sahabatnya yang meringis sambil memamerkan kresek dari mini mart yang berisi minuman bersoda dan berbagai macam chiki. Kyra menatap datar kedua sahabatnya itu dan berbalik masuk ke dalam Rumah tanpa mempersilahkan masuk kedua tamunya.
"Silahkan masuk... silahkan masuk," Rhea mempersilahkan Lynn meskipun jelas-jelas Rumah itu bukan miliknya.
"Makasih... makasih," Lynn membungkukan badannya seolah sungkan pada sang pemilik Rumah dan mengikuti langkah Rhea masuk ke dalam.
Kyra memutar bola matanya malas. Tidak kaget dengan kelakuan kedua sahabatnya yang kadang terlewat unik. Rhea menebarkan chiki di Ruangan tamu dan botol-botol sodanya. Kyra tidur di atas sofa menyaksikan kedua sahabatnya yang tengah heboh di kediamannya. Sungguh Kyra sedang tidak bersemangat. Sabtu malam minggu, bukannya melewati malam bersama kekasih malah bersama dua tuyul menyebalkan ini.
"Tumben bukan alkohol?" tanya Kyra datar.
"Gue nggak mau minum sama cewek galau. Ntar bunuh diri lagi!" sahut Rhea asal.
Kyra melemparkan bungkusan chiki asal ke arah sahabatnya. "Nggak lucu!"
Tidak membutuhkan waktu lama. Memang awalnya Kyra kesal dengan kemunculan tamu tidak diundang itu, tapi sekarang dia bisa tertawa bersama kedua sahabatnya. Lynn dan Rhea memang paling tahu cara-cara ampuh yang dapat membuatnya tersenyum.
"Lo beneran nggak ada rasa buat Daryl Ra? Sedikit aja?" tanya Lynn ketika mereka berdua duduk bersandar di dinding di lantai yang dingin, Rhea malah tiduran di lantai fokus memainkan ponselnya. Masing-masing memegang satu botol cola di tangannya.
Kyra mengendikan bahunya lemah. Ada rasa ataupun tidak, menurutnya sudah terlambat untuk mengakui karena Daryl telah menjauh darinya. Hanya masalah waktu saja sampai Daryl mengatakan kepada orang tua mereka untuk memutuskan pertunangan. Lynn malah tersenyum melihat respons Kyra. Setidaknya, Kyra tidak menolak, mengatakan tidak menyukai Daryl sama sekali. Entah apa alasan Kyra tidak mau mengakui perasaannya.
"Karena Zion?" tebak Lynn.
Kyra menggelengkan kepalanya mantap. "Nggak. Sama sekali bukan. Gue udah nggak ada rasa sama dia. Hubungan kami udah selesai."
Sepertinya memang Kyra berkata jujur. Lynn dapat melihat kebenaran itu dari sorotnya.
"Gue cuman belum siap terima cinta yang baru," kata Kyra pada akhirnya.
Jadi itu masalahnya.... Lynn tersenyum, tangannya memegang bahu Kyra menenangkan. Kyra menunduk. Malu. Karena dirinya pernah larut dalam permainan cinta, dan disakiti oleh cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder #2
General FictionKyra. Memiliki wajah cantik bak seorang Malaikat. Sepintas dia terlihat feminim. Tapi gadis yang selalu jujur apa adanya itu memiliki sisi lain yang sulit ditebak. Bersama dengan kedua sahabatnya, Lynn dan Rhea. Mereka terkenal sebagai cewek petarun...