"Kalau saja nanti aku berbalik, apakah akan ada kesempatan untuk meyakinkan bahwa aku akan ada disampingmu? Selalu?"
-Alia Hannada-
........................................................................
"Al, masakan mama enak?" Linda memandang Alia sambil memancarkan penuh harapan disana. Ia menambahkan banyak makanan ke piring milik Alia berharap gadis itu menghabiskan semuanya. Tapi buktinya, Alia kesulitan menghabiskan semua makanan itu.
"Enak kok, ma" jawab Alia tersenyum dan menyuap kembali sayur dihadapannya.
Tanpa Alia sadari, ada seorang anak lelaki yang mendadak menghentikan tangannya ketika mendengar gadis itu menyebut ibunya sebagai 'mama'
"Sejak kapan kamu manggil mamaku dengan sebutan itu?" Tanyanya dengan menyelatkan nada dingin disana.
Alia tersenyum "Sejak tadi. Mama kamu bilang kalau aku boleh panggil mama"
"Kenapa harus?"
"Mama yang memintanya. Kalian berdua nggak keberatan, kan?" Sahut Linda lalu menatap kedua anaknya bergantian.
"Nggak kok ma"
"Iya" kedua suara yang sangat terdengar mirip itu menyuarakan pendapat yang berbeda.
"Dasar cowo jahat! Kamu pikir mama ini cuma mama kamu?" Alia menutup mulutnya ketika tahu bahwa ucapannya terdengar tidak sopan. Lalu melirik takut pada Linda dan disambut dengan senyuman.
Siapa sangka? Linda tersenyum penuh arti pada Alia. Ia mengacak rambut lembut Alia lalu berbisik "Anak itu memang terlihat protektif. Tapi dia baik kok" Mendengar itu Alia terkikik geli.
"Kenapa Alia nggak boleh panggil mama dengan sebutan mama?" Linda mengalihkan pandangannya pada anaknya.
"Arka nggak suka, Ma" Jawabannya singkat.
"Jangan bilang kau sedang ketakutan mama diambil Alia?" Itu suara kembarannya. Azka.
"Loh bukannya.."
"Papa pulang!" Percakapan antara Arka dan ibunya juga tatap-tatapan tak bersahabat milik Arka dan Alia teralih ketika suara berat penuh kelembutan menggema diruangan tersebut.
Lima detik kemudian nampaklah tubuh tegap yang terlihat lelah memasuki ruangan itu. Ia mengecup puncak kepala Linda lalu beralih pada kedua anak kembarnya.
"Abang mana?" Tanya pria itu lalu duduk disebelah istrinya, Linda.
"Biasa, Pa. Dikampus"
"Ooh" Pria paruh baya yang dipanggil papa itu mengambil alih sendok yang digenggam Linda "Sibuk ya, abang. Sampai-sampai hari liburnya digunakan untuk kegiatan kampus"
Alex, itu panggilan pria paruh baya tersebut. Ia bahkan belum menyadari kehadiran Alia, teman baru anak kembarnya.
"Papa! Kalau lapar ambil sendiri sana" Linda bersuara sambil merengut menatap suaminya. Sementara yang diteriaki hanya terkekeh pelan sambil meraih piring dihadapannya lalu memberikan pada sang istri.
"Maunya diambilin kamu"
Linda mencebikkan bibir, namun tetap menerima piring tersebut "Manja"
Alex terkikik. Lalu pandangannya beralih pada seorang gadis yang duduk tak jauh dari seberangnya. Ia kemudian menyipitkan mata, ketika ia menyadari bahwa sepertinya ia pernah bertemu anak gadis itu. Tapi dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSENCE
Teen Fiction"Adalah Alia, gadis sok pintar yang tidak pernah berkenalan dengan rasa cintanya sendiri. Adalah Arka, pria gila yang kesulitan dalam berpura-pura tidak mencintai. Keduanya saling menyakiti satu sama lain dengan perasaan yang mereka miliki" CERITA...