Absence - 15

84 9 1
                                    

"Jangan buat aku jatuh, lalu bangkit lagi untuk kesekian kalinya."

-Alia Hannada-

........................................................................

Arka menggengam kedua bahu Alia lalu membimbing gadis itu untuk berdiri. Ia menatap tajam pada ibunya, lalu membantu Alia membereskan pakaiannya yang kotor akibat dorongan sang ibu.

Linda hanya diam, menangis dan marah secara bersamaan. Tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang membuat Linda marah kecuali Azka. Arka melirik pada kembarannya itu, lalu menggerakkan kedua alisnya tanda meminta penjelasan. Namun yang didapatkan oleh Arka hanyalah Azka yang menggeleng lalu menunduk tanpa memberitahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Ada apa sih, Ma?"

"Arka, Azka. Mama minta kalian berdua masuk. Mama ingin bicara dengan anak ini" ujar Linda dengan siratan tajam pada suaranya.

"Mama apa-apaan sih? Kenapa Alia didorong gini?"

"Mama nggak pernah minta untuk yang kedua kalinya" Ujar Linda dengan nada yang tajam "Masuk!"

Arka mendelik, namun tetap melaksanakan perkataan ibunya.

"Saya ingin mengatakan sesuatu"

"Apa Ma?"

Linda berdesis mendengar Alia menyebutnya dengan sebutan mama "Jangan panggil saya dengan sebutan itu"

Alia mengangguk. Walaupun ia tidak tau apa-apa tentang kejadian yang menimpa wanita paruh baya dihadapannya ini, namun ia tetap akan meminta penjelasan.

"Ibu kamu" suara Linda tercekat di tenggorokan "Dimana dia?"

Alia bingung. Kedua alisnya bertautan ketika Linda bertanya tentang sang ibu. Sepuluh detik kemudian, Linda mengutarakan kemarahannya yang membuat nafas Alia tercekat.

Alia berlari ke rumahnya tanpa tahu bahwa kakinya telah terluka akibat jatuh berkali-kali. Ia menghapus air matanya dengan punggung tangan, rambutnya kusut dan ia tak peduli. Gadis itu tetap menyandang tasnya, lalu ketika ia telah tiba pada rumah kecil berpagar kayu itu, ia melemparkan tasnya kesembarang arah lalu membuka pintu. Gadis itu terlalu gusar membukanya hingga tak menyadari kalau ia lupa salam atau sekedar berteriak jika ia telah pulang.

Ia mencari keberadaan ibunya. Ia harus mencari dan meminta penjelasan. Ia tak peduli kalau saja kotak pensil kesayangannya yang berada didalam tasnya telah patah sebab dilemparkan, ia juga tidak peduli jika ia akan kesulitan mencari pasangan sepatunya ketika pagi menjelang. Yang terpenting ia harus tetap meneriaki suaranya memanggil-manggil sang ibu hingga wanita itu memperlihatkan dirinya.

"Ada, apa sayang?" Suara itu terdengar lembut dan penuh kasih sayang. Ia menyeka rambut Alia yang kini telah berantakan kebelakang. Ia juga membantu Alia membuka dasi sekolahnya. Namun sebelum itu terjadi Alia telah menepis lengan ibunya.

"Katakan, kalau ayah dan ibu saling mencintai?"

Rena. Wanita paruh baya bernama Rena itu mengernyitkan keningnya tak mengerti mengapa anak semanta wayangnya itu mempertanyakan sesuatu diluar perkiraannya.

"Tentu, sayang"

"Ibu kenal om Alex?"

Sinar mata Rena meredup. Dan sudah dipastikan, bahwa semua memang tidak baik-baik saja.

-J-

Azka : Hy Al.

Alia : Hy juga ganteng.

ABSENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang