"Aku menaruhmu terlalu dalam dihati. sehingga untuk menghapusmu, aku seperti menyakiti diri sendiri"
-Merayakan Kehilangan-
............................................................................................................................................................
Alia membuka pintu ketika ketukannya yang ketiga kali tidak membuahkan hasil. Ia mencari-cari keberadaan penghuni rumah itu hingga pendengarannya menangkap ada suara ricuh didalam dapur. Gadis itu menaruh rantangnya diatas meja tamu lalu beranjak kedapur dan mendapati Arka sedang mengiris bawang merah. Alia hanya berdiri dibelakang punggung pria itu sambil memperhatikan kegiatan Arka. Alia melihat sesekali Arka mengusap matanya lalu meringis. Alia terkekeh dan membuat Arka menoleh kebelakang.
"Ehm, hai" Alia kikuk melambaikan tangannya.
Alih-alih menjawab, Arka hanya membalikkan badan lalu kembali berkutat dengan irisan bawangnya. Alia mencebikan bibir merasa tidak diacuhkan oleh Arka, gadis itu beranjak kedepan dan mengambil alih pisau yang berada ditangan Arka "Nggak usah sok-sokan ngiris bawang kalau besarnya dua sentimeter gini" ujar gadis itu dengan nada mengejek.
"Alay"
Alia terkikik mendapati bahwa Arka masih marah dan tak ingin berkomunikasi banyak dengannya "Mau masak apa?"
"Mi instant"
"Aku bawa sup" Alia memberitahu sambil mengangkat dagunya bermaksud untuk menunjuk keruang tamu "Tapi nggak tau enak apa enggak. Bahannya dari bahan kemarin" senyum Arka memudar ketika mendengar sambungan kalimat Alia. Ia berlalu meninggalkan Arka lalu kembali lagi membawa rantang tadi.
"Masih enak kok" Alia menghibur Arka sambil memindahkan isi rantang itu kedalam sebuah mangkuk "Mau dipanaskan lagi atau kaya gini aja?"
Arka melirik sekilas pada masakan Alia. Gadis itu sepertinya memasak sup ayam dengan ditemani oleh jamur dan kentang didalamnya. Asap masih mengepul diatas makanan itu pertanda bahwa masakan itu baru saja keluar dari panci. Arka menggeleng, tidak mungkin ia membiarkan perutnya bernyanyi lebih lama lagi hanya untuk menunggu Alia memanaskan sup itu lagi.
"Oke. Kamu tunggu dimeja ya. Aku ambilkan nasi dan minum dulu"
Arka mengangguk dan seketika ia telah menghilang dari dapur. Satu menit kemudian Alia kembali dengan membawa satu nampan bergambarkan bunga yang diatasnya ada segelas air es dan sepiring nasi. Gadis itu duduk tepat disamping Arka lalu memberikan piring berisikan nasi tadi kehadapan Arka "Aku baru tahu kalau dikosan cowok ada nampan bunga-bunga. Warna pink lagi" Ujarnya dengan nada mengejek.
"Ada dua gadis yang sering berkunjung kesini. Kamu dan Nadia"
"Jadi kak Nadia yang membawa nampan ini kesini?"
Arka mengangguk namun masih sibuk dengan supnya "Memaksa lebih tepatnya"
"Dokter gila itu memaksa Zaky membeli sebuah nampan agar nanti ketika kami menyediakan minuman atau makanan untuk tamu lebih mudah. Bukannya dengan cukup menggenggam sisi gelas itu"
Alia menepuk pundak Arka hingga pria itu tersedak "Aduh maaf! Aku nggak bermaksud" Arka menatap horor pada Alia dan meraih gelas minumannya "Lagian, pantas aja kak Nadia nyuruh beli nampan. Nggak sopan kalau ngasih minuman ke tamu dengan menggenggamnya disisi gelas"
Alia beralih pada pundak Arka. Ia menyelipkan tangan kanannya disela tangang kiri Arka lalu mengapitnya. Menyandarkan kepalanya pada pundak Arka lalu memejamkan kedua matanya.
"Jangan ngambek terus dong"
"Siapa yang ngambek?"
Posisi gadis itu kini sudah tidak lagi menyandar pada pundak Arka, namun tangannya masih setia bergelayut pada tangan pemuda itu "Kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSENCE
Teen Fiction"Adalah Alia, gadis sok pintar yang tidak pernah berkenalan dengan rasa cintanya sendiri. Adalah Arka, pria gila yang kesulitan dalam berpura-pura tidak mencintai. Keduanya saling menyakiti satu sama lain dengan perasaan yang mereka miliki" CERITA...