Absence - 18

66 9 1
                                    

"Cinta datang terlambat"

-Alia Hannada-

..............................................................................................................................

"Ibu kenal om Alex?"

Sinar mata Rena meredup. Dan sudah dipastikan, bahwa semua memang tidak baik-baik saja.

Rena melangkah untuk mendekat pada gadis kecilnya, namun Alia memundurkan langkahnya sampai Rena terkesiap bertanya-tanya mengapa Alia melakukan itu. Ketika langkah Alia telah mentok pada kursi dibelakangnya, ia kembali berusaha menghentikan ibunya dengan cekalan pada tangannya. Alia menggeleng.

"Ibu kangen. Biar ibu peluk kamu sebentar"

"Nggak" Alia menggeleng "Katakan kalau tidak ada sesuatu yang aneh terjadi antara ibu dan om Alex!"

Rena kehabisan akal, namun tetap ingin mendekati anaknya "Ibu bisa jelasin, but let me hug you first"

"NO!" Alia berteriak "BAGAIMANA MUNGKIN AKU MEMBIARKAN KAMU MEMELUKKU!"

"Aku ibu kamu, sayang. Bagaimana kamu nggak mengizinkan ibu memeluk kamu?"

"Aku pikir ibu sering meninggalkan aku dan ayah itu benar-benar untuk pekerjaan" lirih Alia namun dapat dipastikan bahwa Rena bisa mendengarnya "Ternyata enggak"

Air mata Alia mengaliri pipinya. Ia menghapus air mata kasar menggunakan punggung tangannya yang kini mulai menggelap sebab kena paparan sinar matahari "Aku pikir jerih payah ayah untuk mengabulkan permintaan ibu itu memang untuk tampil cantik dihadapan ayah"

"Ternyata enggak"

Alia terisak "Kamu belum mendengar penjelasan ibu, sayang"

"PENJELASAN APA?!"

"PENJELASAN KALAU AKU LAHIR DARI RAHIM SESEORANG YANG MENJIJIKKAN SEPERTI IBU? PENJELASAN KALAU KENYATAANNYA IBUKU BERKENCAN DENGAN SUAMI ORANG LAIN? ATAU PENJELASAN KALAU MUNGKIN SAJA AKU AKAN MEMILIKI SEORANG ADIK??!"

Kalimat Alia terhenti karna sebuah tamparan melayang keras dipipinya. Pipi itu kini memerah dan dari sudut bibirnya mengalir darah sebab terkena tamparan jari yang dihiasi sebuah cincin indah. Alia meringis, merasakan perih disudut bibirnya.

Rena terkesiap ketika menyadari perlakuannya, ia memandangi telapak tangannya yang tadi mendarat dipipi anak gadis itu. Ia bergerak pada gadisnya lalu mengulurkan kedua telapak tangannya bermaksud menangkup wajahnya. Namun Alia menepisnya "Maafkan ibu, nak"

Alia menggeleng untuk yang kesekian kalinya, gadis itu menoleh kesampingnya lalu menemukan vas bunga, gadis itu melemparkan vas bunga yang ada disana. Air mata masih mengaliri pipinya, hingga Alia berlari keluar dan bertabrakan dengan sang ayah. Sang ayah membantu Alia berdiri kembali, Alia memeluk sang ayah hingga menangis sejadinya disana. Gadis itu menenggelamkan wajahnya kedada sang ayah hingga pria paruh baya itu heran, dan jawaban didapatkan ketika melihat sang istri juga terlihat sama kacaunya. Roy mengusap punggung gadis kecilnya, lalu mengurai pelukan dan menatap pada Alia penuh sayang "Hei, kamu kenapa?"

Mata bengkak Alia menyambut ayahnya disana, "Ayah... Aku sayang ayah" ungkapnya lirih.

Ketika itu juga, Alia menangkap sosok Arka sedang berdiri tak jauh dari gerbang kayu kecil rumahnya. Pria itu sesekali menatap luka kerumah itu dan mengusap wajahnya, seperti tebakan Alia, pria itu datang menggunakan mobil. Mengingat keluarganya tak memiliki mobil, jadi bisa dipastikan bahwa mobil yang sedang parkir didepan rumahnya itu adalah milik Arka.

ABSENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang