Absence - 29

55 5 0
                                    

Bagi yang udah lupa sama jalan cerita mereka, boleh baca lagi part sebelum-sebelumnya. Thank You!! 💜

#

Alia celingak-celinguk mencari keberadaan penghuni rumah bertingkat itu, tapi ia hanya menemukan benda-benda mati yang bahkan tidak bisa ia tanyai. Lalu gadis itu berlalu masuk hingga berhenti di ambang pintu menuju dapur. Matanya menangkap seseorang yang ia ketahui adalah Zaky, terlihat sedang mengaduk-aduk didalam sebuah cangkir sambil menerawang. Alia mendekat, ingin mengagetkan Zaky tapi urung ketika melihat wajah sedihnya.

Ia mengusap bahu Zaky pelan "Kakak kenapa?" Sentuhan disertai sapaan itu tentu saja mengejutkan Zaky, ia menoleh lalu tersenyum canggung.

"Sejak kapan kamu disini?"

Kening Alia keriting "Tumben kakak ngomongnya bener?" Ia menurunkan tangannya dari bahu Zaky, berjalan mencari cangkir lain lalu ikut menyeduh teh dan berdiri disisi pria itu.

"Aku duluan ya?" Zaky mengangkat cangkirnya.

"Kakak kenapa? Beneran nggak mau cerita?"

Wajah Zaky berubah jadi sendu "Aku kangen Nadia, Al. Udah lama dia nggak kasih kabar, dan aku juga nggak bisa ketemu dia walaupun menemuinya di fakultas" ucapnya panjang tanpa diminta.

"Rumah?"

"Maaf?"

"Rumah" Ulang Alia sekali lagi "Kakak nggak berniat mencari tahu keberadaan kak Nadia ke rumahnya?"

"Aku cuma tahu alamat rumahnya sendiri, bukan bersama orang tuanya. Dan aku sudah mengunjunginya"

Alia hilang akal. Selama mengenali Zaky, Alia tidak pernah melihat ekspresi sendu terpampang diwajah pria itu. Ia selalu memilih memberikan Alia wajah bahagia, jahil, dan kadang serius. Dan sepanjang itu juga Zaky terkadang bisa menggantikan Bagas menjadi penuntas masalahnya.

"Biar nanti kucoba hubungi kak Nadia, ya? Mungkin dia akan membalas pesanku"

Zaky membalas rasa simpati Alia dengan senyuman "Kamu nyari Arka?"

"Tadinya" Jujur Alia "Tapi bisa aku urungkan kalau kakak masih butuh teman cerita"

"Nggak usah aja ya, Al? Aku mau ke kamar" Tolaknya halus.

"Oke" balasnya singkat lalu menutup pintu lemari piring kecil yang terletak didapur "Arka dimana?"

"Kamar?"

"Oh, iya. Aku belum cek kamarnya"

Zaky berlalu meninggalkan Alia yang masih sibuk dengan tehnya. Alia yang selalu kesulitan dalam mengukur takaran manis teh buatannya kini sedang kebingungan, seingat gadis itu kemarin ia telah memutuskan bahwa satu setengah sendok sudah cukup untuk takaran tehnya, namun kali ini teh itu tidak manis. Dan ia memutuskan membawa cangkir tersebut kedalam kamar Arka. Pria itu akan menghabiskan teh buatan Alia mau bagaimanapun caranya.

Ketika sampai didepan pintu yang ditempeli dengan stiker custom pilihan Alia, gadis itu mendengar suara yang tidak beres yang berasal dari dalam. Ia ingin menebak-nebak, merogoh kunci cadangan dari dalam tasnya lalu dengan cepat membuka pintu. Disanalah Alia mendapati Arka bersama seorang gadis yang belum pernah ia temui, sedang saling berhimpitan dan untungnya masih mengenakan pakaian lengkap. Alia ingin bersuara tapi cukup sulit karena lidahnya yang semakin kelu.

"Well" ucapnya setelah beberapa detik "Aku bisa menutup pintu ini lagi kalau kalian mau"

Arka bangkit dan menarik lengan gadis dibawahnya, bersuara pelan yang membuat gadis tersebut mengganguk tanda paham. Lalu ia berlalu, melewati Alia yang telah meletakan cangkirnya diatas meja belajar Arka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABSENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang