"Tidak ada satu ibu-pun didunia ini yang tidak mencintai anaknya, kalaupun mereka terlihat kejam, itu hanya karna mereka tidak dapat mengungkapkan rasa cintanya"
-Roy-
...........................................................
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
..
.
.
..
.Alia tidak mengikuti Ayahnya ketika beliau memutuskan untuk turun dari mobil yang mereka kendarai menuju makam sang ibu, gadis itu hanya diam dan memilih menutup wajah menggunakan kedua tangannya. Jantungnya kini berdetak tak karuan, dan sesuatu didalam dadanya terasa sakit dan itu cukup untuk membuat ia meringis "Aduh, ini kenapa?"
Sementara di pemakaman, ada tiga manusia sedang membersihkan tanah makam itu dari rumput-rumput liar. Seorang lelaki yang tadinya terlihat tua kini merasa dilahirkan kembali ketika ia merasa telah bertemu lagi dengan sang pujaan hati. Roy mengusap nisan makam itu, lalu memejamkan mata berusaha untuk merasakan bahwa rambut istri nya lah yang ia usap "Apa kabar, sayang?" Lirih "Aku membawa hadiah untukmu" sambungnya lalu menatap keatas.
Arka yang mendapati Roy menatapnya yang sedang berdiri itu bingung sekaligus teriris, melihat mata Roy memerah dan ada air mata diujung pelupuk matanya "Kenapa om?"
"Alia?" Seakan mengerti maksud Roy, Arka melihat sekeliling dan tidak mendapati Alia disana. Lalu matanya menyipit mencoba mencari keberadaan gadis itu. Ia menangkap bahwa pintu mobil yang mereka kendarai belum ditutup, tandanya masih ada orang lain didalamnya.
Arka berjalan kearah mobil itu, dan ia memang melihat Alia sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangan, lalu sesekali meringis. Arka yang memang mengerti situasi ini berjalan mendekati, lalu mengusap rambut gadis itu "Baby girl?"
Gadis menjawab panggilan Arka dengan gumamam "Kenapa nggak turun? Aku kesini untuk menemanimu"
Akhirnya gadis itu terisak "Aku ... Aku..."
"Aku??"
"Apa aku pantas untuk ketemu ibu? Aku, aku anak gadis durhaka"
Arka menghela nafas merangkul bahu gadis itu lalu membawanya kedalam pelukan "Apa aku harus mengulangi kalimat ayahmu tadi?" Gumam Arka mengusap punggung Alia bermaksud menenangkan "Demi Tuhan kamu udah nggak tujuh belas tahun lagi, Al. Kamu harus bersikap dewasa dari ini"
"Dimana sikap ketidak dewasaanku?" Alia protes namun isakan tetap terdengar "Aku sudah cukup dewasa sekarang dengan semua prasangka buruk yang ibu berikan padaku selama ini. Aku sudah cukup dewasa untuk menerima semua perlakuan mamamu karna aku tau, ibuku yang bersalah. Aku juga sudah cukup dewasa dengan keberadaanku disini”
“Itu?” suara Arka terdengar mengejek dan kecewa “Itu yang kamu sebut dengan dewasa? Menyebutkan segala perubahanmu ke yang lebih baik. Itu yang kau sebut dengan kedewasaan? Berapa umurmu Alia?”
Dan kalimat terakhir Arka cukup membuat Alia tersadar sesuatu. Adalah terlalu banyak manusia sekitarnya yang ia buat kecewa hingga mungkin mereka berniat untuk meninggalkan Alia tapi mereka tidak melakukannya. Seperti ayahnya, gadis itu tidak pernah kembali pulang ketika ia merasakan kenyaman dikota Batam itu. gadis itu juga tidak pernah berfikir untuk meluangkan waktunya untuk mengatur jadwal agar ia dapat menelfon orang tua tunggalnya itu. tapi segala kebejatan yang ia lakukan bukan karna ia tak cinta, namun ras ego-nya mengalahkan cinta itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSENCE
Teen Fiction"Adalah Alia, gadis sok pintar yang tidak pernah berkenalan dengan rasa cintanya sendiri. Adalah Arka, pria gila yang kesulitan dalam berpura-pura tidak mencintai. Keduanya saling menyakiti satu sama lain dengan perasaan yang mereka miliki" CERITA...