Absence - 21

57 7 1
                                    

"Kalau pria bejat, bajingan, bangsat, brengsek dan bedebah seperti Arka saja bisa dicintai seorang gadis, bagaimana aku yang tidak memiliki sifat itu bisa ditinggalkan?"

-Jonathan Zaky-

...........................................................

Alia sama sekali tidak menengadah untuk menatap Arka atau Zaky sekalipun. Gadis itu masih berusaha menghentikan tangisnya dalam dekapan Bagas tanpa bermaksud untuk memberontak. Ia bahkan seakan menikmati hangat tubuh Bagas yang disalurkan pria itu padanya dengan sukarela, isakan Alia terdengar melambat ketika ia mengintip melalui sela pundak Bagas yang terlihat tegap, Arka dan Zaky sudah terlihat telentang bersama di lantai kamar pria itu, sesekali mereka menyeka keringat atau darah yang mengalir diwajahnya masing-masing.

Mental Alia tidak akan terluka begitu saja seperti yang diteriaki Bagas ke telinga dua pria itu, justru Alia akan menyerang keduanya karna telah membuat keributan dikamar kecil milik Arka. Namun Alia mengurungkan niatnya saat menyadari masih ada kobaran emosi yang di pertontonkan dengan jelas oleh Zaky padanya maupun pada Arka atau Bagas. Kenyataan kalau Alia tidak dapat mengenakan status adik angkatnya pada Zaky membuat nyali gadis itu ciut, ya Tuhan!

"Kak Bagas?"

"Yes?"

"Suruh aja dua kunyuk itu keluar dari kamar ini" Alia memerintah dengan angkuhnya. Gadis itu mengintip ekspresi Arka dan Zaky dari pundak Bagas, harap-harap cemas ia takut kalau saja keduanya balik marah.

"Listen?" Bagas melonggarkan pelukannya "Kamu mau kalau nanti aku yang jadi sasaran mereka?"

Arka berdehem, seakan mendengar gumaman Alia pada Bagas tadi "This is my room, girl"

"Udah bertengkarnya?!" nada bertanya Alia sudah terdengar tidak seperti nada ramah dan itu tidak dibuat-buat. Gadis itu memang sedang menampakkan rasa jengkelnya, atau lebih tepat menampakkan taring yang sedari tadi ia simpan.

"Udah" Arka dan Zaky menjawab serempak. Kedua pria itu menghela nafas, lalu Arka bersuara terlebih dahulu "Al, bisa buatkan aku secangkir kopi dan bawakan batu es?"

Ketika mendengar permintaan Arka, Zaky mendelik tidak suka ketika mendengar Arka hanya menyebutkan untuknya saja "Aku juga"

"Berani bayar berapa?!" Alia menantang kedua pria itu, namun tetap bergerak kebelakang untuk mengabulkan permintaan Arka dan Zaky.

Sepeninggalan Alia kedapur, Bagas mempelototi dua pria beranjak dewasa itu lalu sebuah pukulan mendarat diperut masing-masing. Keduanya tidak membalas, karna sebenarnya didalam hati masing-masing kini ada rasa penyesalan dan rasa malu karna telah saling adu kekuatan hanya karna kesalah pahaman belaka. Tapi bagi Arka, Zaky-lah yang tetap salah disini.

"Kalian kenapa?"

Arka dan Zaky telah mengambil nafas untuk memberikan pembelaan pada Bagas, namun berhenti ketika pria dewasa itu mengangkat tangan "Aku ingin mendengar alasan dari yang diserang terlebih dahulu" ujarnya lalu menatap kearah Arka.

"Aku sedang bersama Alia dan dia menyerangku" jelas Arka singkat. Zaky menundukkan kepala mengingat kebodohan yang telah diperbuatnya ini.

"Lalu?"

"Aku geram, dan tentu saja aku mengambil jatah untuk memukulnya juga"

Bagas berdeham agar menghilangkan suara tawanya. Bagaimanapun juga, Bagas tetap memiliki perasaan iba untuk menertawakan Arka yang diserang tiba-tiba "Oke, jadi siapa yang salah?"

ABSENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang